Minggu, 28 April 2019

Gurame Bau Lumpur? Berikut Tips Menghilangkannya

Ikan gurame memang hidup di air yang banyak mengandung Lumpur. Banyak orang yang mengira bahwa bau lumpur pada ikan gurame disebabkan karena ikan gurame hidup pada lingkungan yang berlumpur. Sebenarnya, timbulnya bau lumpur pada ikan gurami hasil pemeliharaan di kolam stagnan disebabkan oleh senyawa geosmin yang dihasilkan oleh melimpahnya (blooming) fitoplankton (alga hijau-biru) di perairan.

Jika tidak ditangani dengan baik, bau lumpur ini akan menjadi salah satu penyebab orang kurang mengkonsumsi ikan. Karena bau lumpur masih terasa pada masakan ikan, padahal sebagian besar orang tidak menyukai bau lumpur pada olahan masakan ikan.

Tips Agar Gurame Tidak Berbau Lumpur


Pencegahan bau lumpur di kolam

Pencegahan bau lumpur di kolam ini perlu dilakukan melalui cara yang tepat yaitu dengan mengendalikan kelimpahan plankton. Plankton penyebab bau lumpur di kolam ini pada umumnya adalah fitoplankton alga hijau-biru jenis Coelasphaerium dan Oscilatoria. 

Pencegahan ini bertujuan agar gurame tidak berbau lumpur dan sekaligus mengendalikan plankton penyebab bau lumpur. Pencegahan dapat dilakukan secara kimia yaitu  dengan menggunakan tembaga oksida dan pupuk urea dan secara biologis yaitu dengan menggunakan tanaman air. 

Pengendalian plankton penyebab bau lumpur ini lebih baik dilakukan dengan cara biologis yaitu dengan menggunakan tanaman air Salvinia natans. Tanaman air ini hanya disebarkan di kolam dan selalu dikontrol kelimpahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tanaman air Salvinia natans efektif mencegah kelimpahan fitoplankton alga hijau-biru yang komposisinya didominasi oleh Coelasphaerium dan Oscilatoria. 

Dengan penggunaan tanaman air Salvinia natans, kelimpahan plankton nyata lebih rendah dibandingkan dengan penggunaan tembaga oksida dan pupuk urea.

Penanganan bau lumpur pada saat panen ikan

Penanganan bau lumpur pada saat panen ikan ini sudah dilakukan oleh pembudidaya gurame di daerah Beji Banyumas. Ikan gurame yang berbau lumpur dikarantina dalam kolam khusus dan hanya diberi pakan berupa daun sente selama kurang lebih 7 hari. Setelah itu bau lumpur yang ada akan hilang. Hal ini dikarenakan kotoran pada insang dan lendir yang mengandung kotoran pada seluruh tubuh ikan akan hilang. Sehingga cita rasa lumpur pada ikan akan hilang.

Bau lumpur pada ikan gurami dapat dihilangkan dengan perlakuan berupa pemberokkan ikan gurami pada air yang bersalinitas 8 sampai dengan 12 ppt selama 7 hari. Pemberokan ikan gurami ini mengakibatkan perubahan yang terjadi pada kulit yang semula mengkilat menjadi terlihat lebih kusam, dan tesktur semula lembek (banyak mengandung air dan mudah pemisahaan dagingnya) menjadi kenyal (struktur daging kompak, kering dan tidak mudah terjadi pemisahan).

Penanganan dengan pemberokan selama 7 hari, selain menghilangkan bau lumpur pada gurame juga  menjadikan daging ikan terasa lebih gurih, struktur daging lebih kompak dan kering.

Jumat, 26 April 2019

Turunkan Resiko Penyakit AMD dengan Makan Ikan


Dalam dunia kesehatan, Age-Related Macular Disease/AMD merupakan kondisi memburuknya penglihatan secara progresif dan tidak dapat diperbaiki akibat penipisan dan pendarahan di sekitar macula atau daerah pusa tretina mata. Penderita AMD kebanyakan berusia 60 tahun ke atas dan penderita kehilangan kemampuan untuk melihat benda-benda halus secara detil. Pada beberapa kasus yang parah, penderita AMD dapat menjadi buta meski masih memiliki sedikit kemampuan untuk melihat.

Penyakit AMD tidak menyebabkan sakit/nyeri dan biasanya berkembang secara perlahan sehingga penderita tidak terlalu memperhatikan perubahan pada penglihatannya. Namun demikian, pada beberapa kasus AMD dapat berkembang dengan cepat dan dapat mengakibatkan kebutaan.

AMD diduga dipengaruhi gaya hidup seperti pola makan, kebiasaan merokok, tekanan darah dan olah raga. Jika benar dugaan tersebut maka kita mempunyai peluang untuk melakukan pencegahan sedini mungkin terhadap serangan penyakit tersebut. Peluang tersebut telah dijadikan sebagai objek penelitian terkait hubungan antara AMD dengan konsumsi ikan dan omega-3.

Peneliti Australia mengulas 9 publikasi penelitian yang dimuat Jurnal Archives of Ophthalmology dengan melibatkan 88.974 responden termasuk 3.203 orang dengan kasus AMD. Hasil penemuan ini menyatakan bahwa asupan omega-3 dapat menurunkan 38% risiko AMD stadium lanjut dan makan ikan dua kali seminggu dapat menurunkan risiko AMD stadium awal dan lanjut. Selain itu, peneliti dari Universitas Melbourne mencatat bahwa lemak omega -3 rantai panjang merupakan komponen vital dari lapisan sel syaraf di retina. Sel bagian luar retina terus mengalami pergantian dan regenerasi. Oleh karena itu, kekurangan omega-3 diduga dapat menyebabkan AMD.

Selanjutnya diungkapkan orang dengan kadar vitamin D dalam darahnya tinggi, cenderung lebih tahan terhadap serangan AMD. Hasil penelitian ini semakin menguatkan bahwa mengkonsumsi ikan menjadi penting karena ikan juga merupakan sumber vitamin D. Hasil penelitian lain yang dilakukan terhadap 7.752 responden, termasuk 11 persen responden penderita AMD, menemukan bahwa kadar vitamin D yang tinggi dalam darah dapat mengurangi resiko AMD

dengan memperlambat atau mencegah timbulnya pembuluh darah baru pada retina mata yang berkontribusi pada sakit mata yang lain. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di tahun 1992 sampai 1998 dengan responden sekitar 4.519 orang berusia 60 sampai 80 tahun, untuk dicek apakah mereka menderita AMD atau tidak dihubungkan dengan kebiasaan makan mereka. Hasil penelitian tersebut menemukan, semakin
tinggi konsumsi ikan semakin rendah pula risiko menderita AMD neovaskular. Penelitian ini juga menyebutkan, konsumsi ikan sebanyak 115 gram seminggu, akan mengurangi risiko terkena AMD. Penelitian ini juga telah membuktikan bahwa Omega 3 akan membantu melancarkan aliran darah ke retina mata dan menjaga keseimbangan tubuh.

Ingin menyelamatkan generasi muda dari kerusakan mata pada usia lanjut, sediakan selalu menu ikan yang merupakan sumber omega-3 dan vitamin D mulai dari sekarang

Sumber Diolah : Ditjen P2HP

Selasa, 23 April 2019

Induk dan Benih Gurame Unggul

Untuk memperoleh induk unggul, sebaiknya dilakukan seleksi berdasarkan standar yang telah dibakukan. Ada tiga cara yang umum dilakukan oleh pembudidaya ikan untuk mendapatkan induk yang baik dan unggul sehingga dapat menghasilkan benih yang unggul pula. Ketiga cara tersebut adalah seleksi massal, seleksi individu dan seleksi ilmiah.
Cara Memperoleh Induk dan Benih Gurame yang Unggul

Ketiga cara tesebut tentu saja memiliki kelebihan maupun kekurangan. Berikut ini adalah ketiga cara memperoleh induk dan benih unggul :

a.    Seleksi Massal

Salah satu cara yang paling sederhana dan murah adalah dengan seleksi missal. Seleksi ini merupakan hasil pemijahan berbagai jenis induk ikan yang dimiliki.

Selanjutnya dipilih benih hasil pemijahan yang mempunyai keunggulan fisik seperti pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan benih lainnya, warna yang sesuai dengan induknya, tubuh tidak cacat dan mempunyai sifat-sifat unggul dari induknya.

b.    Seleksi Individu

Cara lain untuk memperoleh induk unggul adalah dengan seleksi individu, yaitu seleksi yang dilakukan secara individu atau ekor per ekor. Benih yang digunakan dipilih dari berbagai induk atau daerah. Selanjutnya dipilih benih yang terbaik, yaitu yang mempunyai karakteristik sesuai dengan standar yang telah dibakukan, seperti tidak cacat fisik dan mempunyai sifat-sifat unggul yang diturunkan oleh induknya. Benih yang dihasilkan memiliki kriteria kuantitatif sesuai dengan tahap pemeliharaannya, yaitu p-I, P-II, P-III, P-IV dan P-V. untuk lebih jelasnya syarat benih yang dapat dijadikan calon induk dan diharapkan mempunyai keunggulan dibanding induk yang belum jelas asal keturunannya. Berikut ini adalah kriteria tersebut:

  1. Larva : umur 10-12 hari, panjang total 0,75-1 cm, bobot minimal 0,03 gr, keseragaman ukuran > 80%
  2. Benih P-I : umur 40 hari, panjang total 1-2 cm, bobot minimal 0,2 gr, keseragaman ukuran > 80%
  3. Benih P-II : umur 80 hari, panjang total 2-4 cm, bobot minimal 0,5 gr, keseragaman ukuran > 80%
  4. Benih P-III : umur 120 hari, panjang total 4-6 cm, bobot minimal 1,0 gr, keseragaman ukuran > 80%
  5. Benih P-IV : umur 160 hari, panjang total 6-8 cm, bobot minimal 3,5 gr, keseragaman ukuran > 80%
  6. Benih P-V : umur 200 hari, panjang total 8-11 cm, bobot minimal 7,0 gr, keseragaman ukuran > 80%

c.    Seleksi Alamiah

Seleksi alamiah terjadi secara kebetulan, yaitu benih yang dijadikan induk diperoleh dari induk-induk yang tidak jelas, tetapi mempunyai keunggulan sesuai standar baku, baik dari segi pertumbuhan maupun kriteria lainnya. 

Benih semacam ini biasanya ditemukan secara tidak sengaja pada kolam pemeliharaan. Umurnya tidak jelas, tetapi kualitas keturunan yang dihasilkan sangat baik. Baiknya kualitas dimungkinkan karena adanya perawatan yang lebih baik oleh induknya. 

Pada umumnya benih dari hasil seleksi alamiah sangat sedikit jumlahnya, tetapi kualitasnya baik sehingga sangat memungkinkan untuk dijadikan sebagai induk.

Minggu, 21 April 2019

Budidaya Ikan Gabus

Budidaya ikan gabus bisa dilakukan secara sederhana. Menjanjikan banyak keuntungan. Ikan gabus atau dikenal dengan sebutan merupakan ikan asli perairan tawar Indonesia Snakehead yang banyak dijumpai di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, Flores, Ambon, Maluku, dan Papua. Ikan yang di Kalimantan disebut “haruan” itu di habitat aslinya dapat mencapai 3 – 5 kilogram. Ikan ini mempunyai nilai ekonomis tinggi dengan harga perkilogram Rp 30.000 - Rp 60.000. Harga ikan gabus asin bahkan dapat mencapai Rp 80.000 per kg. Kandungan protein ikan gabus adalah sekitar 25,2 gram/100 gram dagingnya. Ikan ini juga mengandung albumin 62,24 g/kg yang dipercaya bermanfaat untuk penyembuhan luka terutama pada pasien pasca operasi.

Tingginya permintaan ikan gabus mendorong masyarakat melakukan usaha budidaya melalui proses domestikasi. Kepala Balai Per ikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Mandiangin, Kali mantan Selatan, Ir. Endang Mudji utami,
mengatakan bahwa sejak tahun 2011 BPBAT Mandiangin telah berhasil melakukan proses domestikasi ikan gabus.

“Potensi ekonomi ikan gabus sebagai ikan budidaya tidak kalah oleh ikan lokal maupun ikan introduksi lain,” katanya. Selain domestikasi ikan gabus, BPBAT Mandiangin juga telah berhasil melakukan kegiatan domestikasi dan budidaya ikan spesifik lokal yang lain seperti ikan Papuyu (Anabas testudineus, Bloch), Belida (Chitala lopis), dan Kelabau (Osteochilus melanopleura, Bleeker).

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, BPBAT Mandiangin berupaya untuk menghasilkan teknologi budi daya ikan gabus yang sederhana dan aplikatif sehingga mudah diterapkan masyarakat. Ikan gabus mampu beradaptasi terhadap kualitas air yang “ekstrem” seperti pH air dan oksigen yang rendah (DO<4). Ikan gabus mampu mengambil nafas langsung dari udara bebas karena memiliki organ pernafasan tambahan berupa labirin.

Di Kalimantan, habitat asli ikan ini adalah perairan agak asam seperti sungai, rawa, dan lahan gambut. Karena itu, pengembangan budidaya ikan gabus juga dilakukan BPBAT Mandiangin pada lahan gambut dengan membangun salah satu instalasi budidaya ikan di lahan gambut, yaitu Instalasi Budidaya Ikan Lahan Gambut
(IBILAGA) di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah. Kini instalasi ini telah menjadi sentra pengembangan ikan gabus.

Budidaya ikan gabus yang sudah berhasil dikembangkan BPBAT Mandiangin meliputi teknologi pembenihan dan teknologi pem besarannya. Pembenihan gabus dimulai dari pematangan gonad, seleksi induk, pemijahan, pemeliharaan larva, dan pendederan. Induk ikan gabus sudah dapat dipijahkan mulai dari yang berukuran 200 – 300 gram. Untuk mendorong pematangan gonad induk gabus dilakukan pemberian pakan pelet apung dengan kadar protein 30 – 32%, lemak 5% dengan porsi 3% dari bobot biomassa perhari, sebanyak 2 kali sehari. Hasilnya, tingkat kematangan gonad induk berkisar antara 8,3% - 26,7%.


“Cara makan ikan gabus yang menyambar mangsanya membuat ikan gabus hanya tertarik dengan pakan yang berada di permukaan air. Dan dari hasil adaptasi pakan buatan yang telah dilakukan diketahui ikan gabus lebih responsif terhadap pelet apung ketimbang pelet tenggelam,” kata Tulus, seorang perekayasa BPBAT Mandiangin.

Pemijahan ikan gabus dapat dilakukan secara alami. Jumlah perbandingan induk jantan dan betina adalah 1 : 1. Wadah pemijahan berupa bak terpal berukuran 4 x 2 m. Induk jantan dan betina dicampur dalam satu bak terpal. Induk jantan dan betina bisa juga diberi rangsangan hormon ovaprim untuk mempercepat terjadinya pemijahan dengan cara disuntik satu kali pada bagian punggung dengan dosis 0,5 ml/kg berat induk. Induk ikan gabus dapat memijah sebanyak 2 – 3 kali dalam satu siklus pemijahannya dengan jumlah telur berkisar antara 3.000 – 5.000 tergantung dari berat induk. Telur ikan gabus bersifat mengapung di permukaan air. Telur ini akan menetas setelah 24 – 38 jam. Karena sifat induk ikan gabus yang menjaga dan mengasuh anaknya, maka larva ikan gabus dipelihara bersama dengan kedua induknya selama ± 1 bulan sampai mencapai ukuran panjang 2 – 3 cm. Pemberian pakan buatan untuk larva ikan berupa pelet tepung protein 40% diberikan mulai umur 7 hari setelah menetas.

Setelah itu, larva ikan dipelihara dalam happa selama 1 bulan sampai mencapai 3 – 5 cm. Pakan benih selama pendederan berupa pelet apung ukuran PL 1 protein 40% sebanyak 3 – 5% dengan frekuensi pemberian sebanyak 2 kali sehari. Selama pendederan dilakukan seleksi ukuran benih/grading setiap minggu sekali untuk memisahkan ukuran benih mulai dari ukuran kecil, sedang, besar, atau ukuran S, M, L. Ukuran benih yang seragam berguna untuk mencegah kanibalisme pada benih ikan gabus dan mengurangi persaingan pakan yang diberikan sehingga diharapkan pertumbuhan benih ikan akan lebih baik dan seragam. Pemeliharaan benih dilakukan selama 7 bulan yang akan mencapai ukuran 200 gram perekor.

Erisman, seorang pembudidaya ikan gabus dari Basarang Kapuas Kalimantan Tengah, mengatakan bahwa dari benih 2.000 ekor selama 11 bulan pemeliharaan diperoleh gabus konsumsi sebanyak 700 kg. ”Dengan modal Rp 14 juta mendapat untung Rp 8 juta,” kata dia. Keberhasilan budidaya ikan gabus memberikan harapan untuk pendapatan masyarakat, sekaligus untuk pelestarian sumberdaya perikanan tawar asli perairan Indonesia.

Sumber : Gabus Kian Menjanjikan. Tabloid Akuakultur Indonesia. Edisi No.8 Th 2 - Maret - April 2014

Sabtu, 20 April 2019

Turunkan Resiko Kanker Prostat, Makan Ikan


Banyak riset yang telah merekomendasikan untuk lebih banyak makan ikan guna menjaga kesehatan jantung. Berdasarkan hasil penelitian yang dimuat dalam Jurnal The Lancet mengatakan bahwa laki-laki yang lebih banyak makan ikan mempunyai risiko menderita kanker prostat yang lebih kecil dibandingkan dengan laki-laki yang sedikit atau tidak sama sekali makan ikan.

Hasil penelitian tersebut didasarkan pada hasil analisa dari informasi yang dikumpulkan pada 6.272 laki-laki. Pada awal penelitian, banyak sukarelawan yang memberikan informasi tentang diet yang dilakukan, aktivitas fisik, kebiasaan merokok dan penggunaan alkohol. Peneliti menanyakan apa yang mereka makan setiap minggunya termasuk ikan. Setelah lebih dari tiga dekade dari penelitian tersebut terdiagnosa 466 kasus kanker prostat (340 yang fatal) dengan umur rata-rata 77 tahun. Hasil penelitian tersebut juga dilaporkan bahwa orang yang memakan ikan lebih tinggi mempunyai gangguan kanker prostat lebih rendah.

Makan Ikan adalah kebiasaan yang lebih sehat

Kebiasaan sehat selain makan banyak buah dan sayur, mengurangi konsumsi daging merah dan daging olahan serta menghindari merokok adalah mengkonsumsi banyak ikan. Kebiasaan yang sehat tersebut dapat menurunkan risiko menderita kanker. Disamping itu, orang laki-laki yang mengkonsumsi ikan lebih banyak mempunyai fisik yang lebih aktif.

Bagaimana ikan bisa membuat sehat?

Ikan, terutama yang banyak mengandung asam lemak omega -3 seperti salem, herring dan mackerel dapat menghalangi pertumbuhan sel kanker prostat. Omega-3 dari ikan juga dapat menjadikan jantung sehat. Omega-3 dapat membantu mencegah pembekuan darah di dinding arteri, yang pada akhirnya dapat melindungi dari serangan penyakit jantung.

Pada saat ini profesional dan ilmuwan kesehatan akan melihat lebih lanjut peran konsumsi ikan terhadap risiko serangan kanker. Sebagian besar dari ilmuwan menyetujui banyak makan buah dan sayur, biji-bijian, makan sedikit lemak dan makan banyak ikan adalah langkah terbaik yang dapat meminimalkan risiko kanker tertentu. Oleh karena itu, seperti halnya The American Heart Association maka saat ini The American Cancer Society juga merekomendasikan untuk makan ikan lebih banyak. Selain banyak makan ikan, saran lainnya adalah mengganti daging merah dan daging babi yang kandungan asam lemak jenuhnya sangat tinggi.

Asupan asam lemak jenuh diindikasikan dapat mengakibatkan meningkatnya risiko kanker. Banyak orang berpikir menyiapkan makan dengan menu ikan lebih sulit, tetapi sebenarnya hal tersebut tidaklah benar. Kita hanya perlu sedikit pengetahuan bagaimana membeli, menyimpan dan menyiapkan ikan. Jika merasa repot memasak ikan di rumah, maka biasakan memesan menu ikan kalau sedang makan di luar rumah.

Sumber Diolah : Ditjen P2HP

Selasa, 16 April 2019

Bahan Baku Pakan Ikan dari Eceng Gondok

Di Ambarawa dan Boyolali pakan ikan dibuat dari eceng gondok. Ikut mengatasi masalah melimpahnya gulma air itu. Pada 16 Januari 2015, Dirjen Perikanan Budidaya, Dr. Ir. Slamet Soebjakto mengunjungi 3 lokasi pengembangan pakan ikan mandiri di Jawa Tengah. Ketiganya adalah: Kelompok Sido Makmur di Desa Tambaksari Kecamatan Rowosari Kabupaten Kendal, UPTD PBIAT Ambarawa Kabupaten Semarang, dan perusahaan swasta di Desa Guwokajen, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali.

Di daerah Ambarawa dan Boyolali, tersedia sumberdaya alam berupa enceng gondok yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan mandiri. Pemanfaatan enceng gondok ini juga membantu mengurangi melimpahnya eceng gondok khususnya di Rawa Pening yang selama ini jadi masalah.

Cara pembuatan pakan dari eceng gondok cukup sederhana. Eceng gondok diambil daun dan pelepahnya 5 cm dari bawah daun. Selanjutnya dipotongpotong dan dikeringkan. Setelah kering digiling untuk dijadikan tepung, ditambah dengan tepung ikan sebagai suplemen hewani, dan berbagai vitamin. Dengan banyaknya bahan baku pembuatan pakan ikan, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Tengah terus mendorong terbentuknya Kelompok Produsen Pakan Ikan Mandiri yang secara kelembagaan yang terpisah dari Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan). Kelompok produsen pakan ikan mandiri ini dapat dibagi dalam beberapa zona, yaitu : zona I sebagai sentra sumber bahan baku pakan, zona II sebagai sentra produksi pakan ikan mandiri dan zona III sebagai sentra lokasi penyimpanan pakan dan distribusi pakan ikan mandiri. Melalui sistem zona ini, maka dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak, berkembangnya profesionalitas usaha budidaya, tersedianya bahan baku pakan ikan mandiri berbasis bahan baku lokal secara kontinyu (berkelanjutan), produksi pakan ikan mandiri sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) pakan serta semakin lancarnya distribusi pakan ikan guna memenuhi kebutuhan pembudidaya ikan.

Pengembangan pakan ikan mandiri 3 (tiga) zona di Provinsi Jawa Tengah ini diharapkan dapat mendorong daerahdaerah lainnya untuk dapat membentuk kelompok produsen pakan mandiri lainnya. Hal ini membawa dampak positif untuk mengurangi ketergantungan bahan baku pakan impor dan peningkatan produksi perikanan budidaya yang menguntungkan.

Sumber : Pakan Ikan dari Eceng Gondok. Tabloid Akuakultur Indonesia. Edisi No.13 Th 2 Januari - Februari 2015

Minggu, 14 April 2019

Turunkan Resiko Kelahiran Prematur dan Berat Lahir Bayi, Konsumsi Ikan


Resiko kelahiran bayi prematur dan berat lahir bayi yang terlalu rendah dapat diturunkan dengan mengkonsumsi ikan pada masa kehamilan. Di negara-negara berkembang di seluruh dunia pada setiap tahunnya terdapat lebih dari 13 juta bayi dilahirkan secara prematur. Observasi yang dilakukan di Pulau Faroe dan Orkney dimana masyarakatnya banyak mengkonsumsi ikan, diperoleh hasil bahwa masyarakat di pulau tersebut mengalami masa kehamilan sesuai waktu dengan berat lahir bayi yang normal.

British Medical Journal telah mempublikasikan hasil penelitian bahwa rata-rata berat lahir dan masa kehamilan sesuai waktunya berhubungan langsung dengan jumlah ikan yang dimakan oleh wanita hamil. Percobaan secara acak telah menunjukkan hubungan antara konsumsi ikan yang mengandung asam lemak omega-3 dengan lamanya masa kehamilan serta risiko kelahiran prematur.

Peneliti di Aarthus Denmark mengkompilasi daftar pertanyaan yang diisi oleh hampir 9000 wanita untuk menilai tingkat konsumsi ikan, hasilnya menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi ikan sedikitnya sekali seminggu hanya 1,9 % yang mengalami kelahiran prematur.

Sedangkan pada wanita yang tidak pernah mengkonsumsi ikan kelahiran prematur meningkat menjadi 7,1 %. Peneliti dari Universitas Bristol di Inggris yang merupakan bagian dari penelitian yang lebih luas dari Avon Longitudinal of Parent and Children (ALSPAC) telah mengamati secara detil sekitar 14.000 ibu-ibu selama kehamilannya serta anak-anak yang dilahirkan. Mereka dibagi ke dalam lima kelompok berdasarkan pada berapa banyak mereka mengkonsumsi ikan. Wanita-wanita tersebut telah melaporkan apakah mereka makan ikan putih, kekerangan atau minyak ikan yang kaya asam lemak omega-3. Hasilnya menunjukkan kelompok dengan konsumsi ikan yang tinggi, rata-rata mempunyai bayi dengan berat antara 70 dan 80 g lebih dibanding mereka yang tidak makan ikan sama sekali. Sedangkan faktor lainnya seperti kelas sosial dan apakah ibu tersebut merokok tidak menunjukkan perbedaan berat lahir diantara kelompok tersebut.

Penelitian oleh Public Health Institut of Iceland yang dimuat dalam British Journal of Obstetrics and Gynecology volume 112 bulan April halaman 424-9 mengemukakan bahwa mengkonsumsi minyak ikan pada awal kehamilan bisa mengakibatkan bayi lahir lebih besar. Penelitian dilakukan terhadap 435 wanita hamil yang sehat yang diminta untuk mengisi daftar pertanyaan pada umur kehamilan antara 11 dan 15 minggu dan antara 34 dan 37 minggu. Wanita yang mengkonsumsi minyak ikan dalam bentuk cairan di awal kehamilan, 14 % diantaranya melahirkan bayi lebih berat dan mengalami masa kehamilan sesuai waktunya.

Disamping itu, wanita-wanita sehat yang mengkonsumsi minyak ikan cair, lebih dari 11 kalinya melahirkan
bayi dengan berat 4,500 g atau lebih dengan umur kehamilan yang sesuai waktunya. Selain konsumsi ikan, memang masih banyak faktor lain yang juga berperan pada kelahiran prematur. Infeksi di kandungan misalnya dapat menyebabkan kontraksi lebih awal, pembukaan servik dan juga pecahnya cairan ketuban lebih awal. Dr Imogen Roger juga melaporkan bayi dengan berat lahir sangat kecil berhubungan dengan meningkatnya risiko tekanan darah tinggi dan permasalahan lainnya pada wanita paruh baya. Konsumsi ikan yang tinggi nampaknya memang tidak mampu menetralkan efek infeksi, tetapi bagaimanapun dari segi nutrisi konsumsi ikan dapat mengurangi risiko kelahiran prematur dan berat lahir yang sangat kecil.

Hasil penelitian-penelitian tersebut semakin menguatkan pentingnya mengkonsumsi ikan bagi wanita hamil serta menguatkan rekomendasi bahwa wanita hamil harus mengkonsumsi ikan sekurang-kurangnya dua kali seminggu. Mengkonsumsi ikan yang mengandung minyak adalah suatu kebiasaan yang baik dan perlu didorong untuk menghindari bayi lahir prematur dengan berat lahir sangat kecil. Berat lahir lebih tinggi akan menurunkan risiko penyakit di kemudian hari dalam kehidupannya.

Jadi bagi wanita yang sedang hamil, jangan tunda lagi segera konsumsi ikan terutama yang mengandung omega-3 seperti tenggiri, patin, lemuru dan sardin. Dengan mengkonsumsi ikan berarti anda telah membantu melindungi anak-anak anda melawan sejumlah penyakit pada saat anak-anak anda menjadi dewasa kelak. Peneliti juga menyarankan bagi wanita yang tidak mengkonsumsi ikan perlu mempertimbangkan suplemen minyak ikan. Hanya saja, perlu diketahui juga bahwa tidak semua ikan direkomendasikan untuk wanita hamil. The UK Standards Agency menyarankan agar wanita hamil menghindari mengkonsumsi ikan yang diduga mengandung merkuri yang relatif lebih tinggi

Sabtu, 13 April 2019

Membuat Pakan Ikan Murah

Pokdakan Tambak Makmur di Rembang berhasil membuat pakan ikan dari telur ayam gagal tetas. Ujicoba pada bandeng menunjukkan hasil bagus. Gerakan Pakan Ikan Mandiri (Gerpari) mendapat respons positif dari pelaku usaha budidaya. Hal ini dikarenakan harga pakan ikan makin tinggi, tapi tak diikuti kenaikan harga jual ikan.

Akibatnya, tingkat keuntungan pembudidaya rendah bahkan merugi. Upaya pembuatan pakan ikan mandiri berbasis bahan baku lokal yang lebih murah terus dilakukan masyarakat. Namun masih terhambat berbagai faktor yaitu penyediaan sarana (mesin pelet), rendahnya pengetahuan tentang formula pakan ikan, dan lain-lain.

Terobosan dalam membuat pakan ikan mandiri dilakukan oleh Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Tambak Makmur yang berlokasi di Desa Tritunggal, Kecamatan Rembang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Kelompok binaan BBPBAP Jepara yang merupakan salah satu UPT Ditjen Perikanan Budidaya, itu mencoba memanfaatkan telur ayam infertil (gagal tetas) sebagai bahan baku pakan ikan. Selain berkadar protein tinggi, telur gagal tetas ini juga merupakan bahan yang ekonomis dalam memproduksi pakan ikan mandiri.

Kebetulan di daerah Rembang banyak terdapat perusahaan penetasan telur ayam yang menghasilkan banyak telur gagal tetas. Ketua Pokdakan Tambak Makmur, Tris, mengatakan bahwa untuk menghasilkan 500 kg pakan per hari, diperlukan telur infertil sebanyak 200 kg. Lalu, dicampur dengan tepung daging anak ayam 200 kg, telur retak 50 kg, silase artemia dewasa sebanyak 5 liter, dedak halus 50 kg dan tapioka 5 kg. Semua bahan dicampur dan diaduk secara merata.

Menurut Tris, untuk menghasilkan pakan pasta, campuran ini ditambah air 350 ml untuk tiap 1 kg. Sedangkan untuk membuat pakan berbentuk pelet ditambahkan air 250 ml per 1 kg campuran. Kemudian diaduk hingga rata dan selanjutnya bahan adonan dicetak menjadi pelet dengan mesin cetak pelet (mesin giling daging).

Hasilnya sangat memuaskan. Dari hasil percobaan di lapangan menunjukkan bahwa ikan bandeng yang diberi pakan buatan dari telur infertil ini tumbuh cepat mencapai ukuran 5-6 ekor/kg selama pemeliharaan 4 bulan. Sedangkan ikan bandeng yang tanpa diberi pakan ini hanya mampu mencapai ukuran 12 ekor/kg dengan lama pemeliharaan yang lebih lama, 12 bulan. Hasil pada ikan lele pun sama memuaskannya, sedangkan pada udang baru dilakukan uji coba, dan belum diketahui hasilnya. Terobosan yang dilakukan Pokdakan Tambak Makmur membuktikan bahwa pakan ikan murah dapat dibuat menggunakan bahan baku telur gagal tetas, dengan hasil yang sangat bagus.

Pakan ikan murah ini terbukti mampu menghemat biaya penggunaan pakan sebesar Rp 3.000 per kg dibandingkan jika menggunakan pakan pabrikan. Pakan memang merupakan ongkos produksi terbesar dalam usaha budidaya ikan. Karena itu, para pembudidaya ikan dituntut melakukan terobosan untuk menekan biaya itu.



Sumber : Pakan Buatan dari Telur Infertil. Tabloid Akuakultur Indonesia. Edisi No.15 Th 3 Mei - Juni 2015

Minggu, 07 April 2019

Kurangi Resiko Asma pada Anak-Anak, Makan Ikan


Asma adalah penyakit umum yang dapat berakibat fatal. Asma masih menjadi penyakit misterius tetapi gejalanya menyebabkan radang pada tubuh dan menjadi pencetus turunnya kekebalan tubuh. Para peneliti medis mengungkapkan, sekitar 1 dari sepuluh anak dan 1 dari 20 orang dewasa adalah penderita asma. Peneliti medis menyelidiki efek berbagai anti-inflammatory yang dikandung oleh makanan dan obat/racun terhadap penyakit asma. Penelitian yang dilakukan oleh salah satu peneliti Amerika Serikat menunjukkan hasil yang mendukung penelitian sebelumnya yaitu ikan bermanfaat untuk menurunkan risiko penyakit asma pada anak-anak.

Penelitian ini dititik beratkan pada pengaruh tingkat kandungan bahan kimia pro-inflammatory terhadap serangan asma. Penelitian dilakukan dalam 2 tahap yaitu tahap observasi dan tahap uji percobaan klinis. Tahap observasi dilakukan untuk mengetahui hubungan statistik antara tingkat asma atau tingkat bahan-bahan kimia pro-inflammatory yang berhubungan dengan asma. Sedangkan tahap uji percobaan klinis dilakukan untuk mengetahui tingkat penurunan risiko serangan asma dan tingkat bahan kimia pro-inflammatory pada darah.

Hasil dua studi yang dipublikasikan oleh salah satu peneliti Amerika Serikat tersebut dan hasil investigasi lainnya di Belanda mengindikasikan bahwa ibu hamil penderita asma yang mengkonsumsi ikan dengan kandungan omega-3 tinggi dapat mengurangi risiko asma pada anak yang dilahirkan. Salah satu efek omega-3 pada ikan adalah mengurangi peradangan yang berlebihan pada tubuh dengan cara menurunkan produksi bahan-bahan kimia tubuh yang dapat mempengaruhi radang termasuk eicosanoid, radikal bebas, cytokines dan lainnya. Hubungan jumlah omega-3 pada ikan dengan pencegahan dan penurunan gejala asma menjadi dasar rancangan penelitian untuk menguji hipotesis ini.

Asumsi yang sama juga digunakan oleh peneliti Australia untuk mengetahui pengaruh omega-3 pada wanita hamil terhadap risiko alergi pada anak yang dilahirkan. Pada penelitian tersebut responden diberi perlakuan dengan mengkonsumsi suplemen omega-3 sejak 5 bulan setelah terjadinya pembuahan sampai dengan melahirkan. Hasilnya menunjukkan bahwa anak pada umur satu tahun yang dilahirkan dari ibu tersebut memproduksi bahan kimia pro- inflammatory (cytokines) yang lebih rendah dan menunjukkan gejala alergi makan telur 3 kali lebih rendah dibandingkan dengan ibu yang tidak mengkonsumsi omega-3. Cytokines adalah bahan kimia pro-inflammatory yang merupakan penyebab utama alergi. Beberapa penelitian yang dilakukan pada anak juga menunjukkan bahwa anak-anak muda yang banyak mengkonsumsi ikan, biji-bijian dan susu dapat menurunkan risiko asma. Bagi ibu dan anak-anak penderita asma, segera perbanyak konsumsi ikan yang mengandung omega-3 tinggi karena omega 3 pada ikan ternyata berfungsi menurunkan produksi bahan kimia proinflammatory atau berfungsi sebagai anti peradangan.

Manfaat optimal ikan diperoleh dari ikan yang berkualitas baik. Untuk itu, penanganan ikan dengan benar semenjak ditangkap/dipanen hingga disantap perlu mendapat perhatian.

Sumber Diolah : Ditjen P2HP

Sabtu, 06 April 2019

Kurangi Resiko Diabetes pada Anak-Anak dengan Makan Ikan

Belum lama ini, Journal of the American Medical Assosiciation (JAMA) telah mempublikasikan studi internasional baru tentang peran makan ikan yang dapat mengurangi risiko penyakit diabetes pada anak-anak.

Dalam studi tersebut disimpulkan bahwa sebuah pola makan (diet) yang kaya dengan minyak omega3, yang ditemukan melimpah pada ikan dan berbagai seafood lainnya dapat memotong peluang risiko sebesar 55 % terhadap diabetes tipe 1 pada anak-anak. Hal ini merupakan temuan yang sangat penting bagi anak-anak di Autralia, karena rerata kasus penyakit ini relatif lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Studi dilakukan selama 6 tahun, melibatkan 1700 anak-anak dan diklaim sebagai penelitian yang pertama mengaitkan dengan diet anak-anak (diatas balita). Studi diketuai oleh Dr. Jill Norris, epidemilogist dari Universitas Colorado, Amerika Serikat. Temuan tersebut sangat signifikan dan menggembirakan karena nampaknya dimungkinkan untuk mengatasi suatu penyakit melalui intervensi nutrisi.

Penyakit dibetes tipe 1, umumnya diwariskan, sehingga penelitian difokuskan kepada anak-anak yang berisiko tinggi, yaitu yang mempunyai jenis genetis (genotype) berisiko tinggi atau yang mempunyai orang tua atau saudara kandung penderita diabetes. Para peneliti menemukan bahwa, anak-anak yang banyak makan ikan, kacang-kacangan dan pangan sumber asam lemak omega-3 lainnya berkurang 55 % kemungkinannya menjadi penderita diabetes. Pemerintah Federal Australia melalui Institute of Health & Welfare (AIHW) baru-baru ini mengumumkan data, kasus baru diabetes tipe 1 pada anak-anak yang cukup meningkat dan menuntut perhatian lebih. Diantara 6100 anak-anak dibawah usia 15 tahun yang telah menderita diabetes tipe 1 lebih dari 7 tahun, jumlah kasusnya telah meningkat, naik dari 19 menjadi 23 per 100.000 anak pada periode tahun 2000 - 2005.

Adanya temuan baru untuk pengobatan maupun pencegahan penyakit melalui intervensi nutrisi ini sangat penting, tidak hanya bagi anak yang bersangkutan tetapi juga bagi kedua orang tuanya. Meskipun penelitian tersebut baru mampu menunjukkan penurunan risiko, tetapi hal tersebut telah merupakan langkah awal yang menjanjikan. Diduga zat penting dari omega3 yang paling berpengaruh adalah kandungan anti-inflamatory yang cukup tinggi. Diantara pertanyaan yang ditujukan kepada orang tua anak dalam daftar kuisioner adalah
ukuran porsi makan ikan dari anak yang menjadi obyek penelitian yaitu sekitar 85 gram hingga 115 gram, dengan kisaran dari tidak pernah hingga 6 kali atau lebih dalam sehari. Secara spesifik, mereka ditanya tentang frekuensi makan tuna, mackarel, salmon, sardin, tailor dan swordfish, serta ikan lainnya, udang, lobster dan scallop. Hal yang menarik dalam penelitian tersebut adalah, adanya 45 anak dalam kelompok tersebut yang paling berpeluang untuk menderita diabetes tipe 1 adalah anak-anak yang paling sedikit mengkonsumsi omega3 dari ikan dan sumber lainnya.

Tentu saja, kepada orang tua yang mempunyai anak bermasalah dengan diabetes tipe 1 sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan advis medis langsung yang lebih pribadi sifatnya. Bagimanapun hasil studi di Amerika Serikat tersebut telah membawa pencerahan dan bahwa makan ikan sangat bermanfaat bagi semua kelompok umur.

“Para peneliti menemukan bahwa, anak-anak yang banyak makan ikan, kacang-kacangan dan pangan sumber asam lemak omega3 lainnya berkurang 55 % kemungkinannya menjadi penderita diabetes”

Sumber Diolah : Ditjen P2HP

Selasa, 02 April 2019

Penyakit Ikan Hias Air Tawar

Perhatikan ikan-ikan hias air tawar yang Anda pelihara. Apakah sehat atau sakit? Kenali tanda-tanda ikan sakit, yaitu gerakan yang lemah dan lambat, pertumbuhan yang lambat, perkembangan tubuh yang tidak sempurna atau cacat, dan warna sisiknya yang pudar. Selalu perhatikan hal yang tidak wajar pada ikan Anda. Ini karena ada banyak penyakit yang bisa melanda ikan hias tanpa Anda sadari sebelumnya jika tidak awas. Akibatnya bisa berujung kematian pada ikan. Penyakit-penyakit tersebut bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, protozoa, learnea, dan kutu ikan. Berikut adalah beberapa jenis penyakit pada ikan hias yang harus diwaspadai.
Infeksi Jamur dan White Spot
Jamur bisa menyerang hampir seluruh jenis ikan. Bentuknya seperti benang-benang berwarna putih kecokelatan. Biasanya tumbuh subur di luka pada tubuh ikan. Awalnya mungkin tidak berbahaya, namun jika tidak diberantas, ikan yang terkena bisa kekurangan nutrisi. Gejalanya adalah tubuh ikan yang mengurus dan tampak benang-benang halus di sekitar ikan. Cara memberantasnya adalah dengan menjaga kebersihan air akuarium dan bila perlu menggunakan rendaman PK. Cukup satu teteskan satu tetes PK ke dalam sekitar 2 liter air dan diamkan selama 10 menit, kemudian kuras. 
Penyakit lainnya yang bisa menyerang ikan hias air tawar adalah white spot atau bintik putih. Penyakit ini disebabkan oleh protozoa dan menyerang lapisan lendir di insang, sirip, maupun ekor ikan. Mikroorganisme yang menyerang bergerombol membentuk gumpalan putih, maka itu disebut penyakit bintik putih. Penyakit ini sangat menular dan tergolong sulit diberantas. Gejalanya, selain terlihat bintik putih di tubuh, adalah pernpasan ikan meningkat, ikan malas berenang, tubuhnya jadi lebih berlendir, warna badan pucat, dan jadi sering berenang di permukaan untuk mengambil udara. Untuk mengobati, pisahkan ikan yang sakit dari ikan lainnya, kemudian teteskan cairan obat (blitz ich) satu tetes untuk 1 liter air, atau campurkan obat Gold 100 sekitar 5-10 gram ke dalam tiap 500 liter air. 
Busuk Sirip
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri yang menyerang sirip yang awalnya memang sudah terluka, kemungkinan karena digigit ikan lain. Bakteri ini akan menggerogoti sirip ikan dan membuatnya tampak busuk, sehingga hanya menyisakan sedikit di bagian pangkal. Gawatnya, penyakit ini sering diikuti penyakit jenis lain yang bisa memperparah kondisi ikan. Untuk mengobatinya, rendam ikan ke dalam larutan antibiotik. Lama waktu rendaman tergantung dengan jenis antibiotik yang digunakan. Untuk antibiotik yang keras, merendam ikan hanya boleh sekitar 10 menit, sedangkan untuk antibiotik biasa, bisa dilakukan rendaman sekitar 5 jam. Konsultasikan jenis antibiotik apa yang harus digunakan untuk ikan hias air tawar Anda dengan yang sudah berpengalaman.