Schizophrenia merupakan penyakit otak yang sanggup merusak dan menghancurkan emosi. Menurut psikolog Prof. Dr. Dadang Hawari, jumlah penderita schizophrenia di Indonesia adalah tiga sampai lima per 1.000 penduduk. Schizophrenia memiliki basis biologis, seperti halnya penyakit kanker dan diabetes.
Media Penyuluhan Perikanan - Dadang mengatakan bahwa schizophrenia dapat dipicu dari faktor genetik. Namun jika lingkungan sosial mendukung seseorang menjadi pribadi yang terbuka maka sebenarnya faktor genetika ini bisa diabaikan. Jika kondisi lingkungan mendukung seseorang bersikap asosial maka penyakit schizophrenia menemukan lahan suburnya. Secara sederhana, Schizophrenia dapat digambarkan sebagai kepribadian ganda. Gejalanya
antara lain adanya auditory hallucination, paranoid dan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan. Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap, selalu menjadi bagian dari hidup penderita schizophrenia. Mereka tidak merasa memiliki perilaku yang menyimpang, tidak mampu membina hubungan relasi dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi adalah sesuatu yang sangat menyakitkan. Di samping itu, perubahan otak secara biologis juga memberi andil dalam depresi. Depresi yang berkelanjutan akan membuat penderita schizophrenia menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu merasa aman bila sendirian.
Data yang ditunjukkan pusat data schizophrenia AS, tiga perempat penderita schizophrenia berusia 16-25 tahun. Data ini memiliki kesamaan dengan pernyataan Dadang yang mengatakan bahwa schizophrenia di Indonesia umumnya menyerang remaja. Pada kelompok usia 16-25 tahun, schizophrenia mempengaruhi lebih banyak laki-laki dibanding perempuan. Pada kelompok usia 25-30 tahun, penyakit ini lebih banyak menyerang perempuan dibanding lakilaki. Penelitian menyarankan bagi penderita untuk bisa mengurang gejala schizophrenia, agar mengkonsumsi kapsul minyak ikan dengan kandungan EPA (salah satu jenis asam lemak Omega 3) yang tinggi. Tapi penting untuk diperhatikan jenis minyak ikan yang akan digunakan,
karena tidak semua minyak ikan akan efektif. Para peneliti di Universitas Scheffield mengatakan bahwa setiap orang seharusnya memperhatikan kandungan EPA dalam minyak ikan yang akan dibeli, tidak hanya melihat pada kandungan DHAnya saja. Data yang didapat dari penelitian sebelumnya, DHA kurang memperlihatkan hasil pada perawatan schizophrenia dibanding dengan EPA yang memberikan hasil terbaik.
Dosis yang dianjurkan adalah sekitar 2.000 – 4.000 mg per hari. Ada satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa tidak ada satu pun penelitian yang mengatakan bahwa vitamin atau EPA akan menyembuhkan schizophrenia, karena sampai saat ini belum ada obat yang dapat membuat penderita schizophrenia sembuh
total.
Minyak Ikan Juga Atasi Remaja Bermasalah Kepribadian
Sebuah riset yang dilakukan di County Hurham, Inggris kepada 20 anak yang mempunyai masalah kepribadian seperti sering mengganggu dan menyusahkan orang lain secara terus menerus, diterapi dengan suplemen minyak ikan yang mengandung Omega 3, 6 dan 9 selama 3 bulan. Pada akhir masa riset, psikolog pendidikan Dr. Madeleine Portwood, memberikan gambaran yang menarik. Hanya tiga anak yang digolongkan sebagai bermasalah tidak mempunyai perhatian dan enam diantaranya sangat impulsif. Anak yang dikategorikan bermasalah dan sangat bermasalah setelah mengikuti riset ini, sebesar 90% meningkat menjadi kategori sedang dan baik. Dr. Portwood merekomendasikan bahwa suplemen minyak ikan
yang diberikan selama periode 3 bulan akan sangat berpengaruh bagi anak dalam masa pertumbuhan.
Sumber Diolah : Ditjen P2HP