Motile Aeromonas Septicemia (MAS) atau “penyakit merah”, disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas hydrophila; merupakan penyakit bakterial yang bersifat akut, menginfeksi semua umur & semua jenis ikan air tawar, dapat mengakibatkan kematian hingga 100%, dan sering menimbulkan kerugian yang sangat signifikan. Komisi Kesehatan Ikan dan Lingkungan Nasional pada 2006 telah menetapkan jenis penyakit ini sebagai salah satu penyakit ikan utama di Indonesia. Streptococcosis merupakan penyakit infeksius yang semakin sering terjadi pada budidaya ikan nila. Kasus streptococcosis pada ikan nila di Jawa Barat dan Jawa Tengah disebabkan oleh infeksi bakteri S. agalactiae (85%) dan S. iniae (15%). Secara laboratoris, infeksi S. agalactiae pada ikan nila bersifat akut; sedangkan infeksi S. iniae lebih bersifat kronis. Fakta tersebut mengindikasikan bahwa bakteri S. agalactiae berpotensi sebagai penyebab streptococcosis yang lebih serius pada budidaya ikan nila.
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air Tawar – Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya telah mengembangkan vaksin anti-Aeromonas hydrophila dengan nama ”HydroVac” dan vaksin anti-Streptococcus agalactiae dengan nama “StreptoVac” sebagai produk biologi bagi upaya peningkatan produksi perikanan budidaya air tawar nasional. Hasil kajian laboratoris dan lapang, aplikasi vaksin “HydroVac” dapat menekan tingkat kematian ikan akibat penyakit MAS berkisar 30-40% dibandingkan dengan tanpa aplikasi vaksin yang mencapai 60-70%. Sedangkan hasil kajian laboratoris dan lapang, aplikasi vaksin “StreptoVac” dapat menekan tingkat kematian ikan nila akibat penyakit streptococcosis berkisar 20-30% dibandingkan dengan tanpa aplikasi vaksin yang mencapai 50-60%.
Salah satu diantara beberapa keunggulan yang dimiliki oleh kedua jenis vaksin tersebut adalah kemampuannya untuk menginduksi respon kebal spesifik yang dapat bereaksi silang (cross reactivity) terhadap beberapa strain bakteri A. hydrophila (untuk vaksin Hydrovac) dan bakteri S. agalactiae (untuk Streptovac) patogen yang terdapat di beberapa wilayah pengembangan budidaya ikan air tawar. Keunggulan ini memberi harapan bahwa produk vaksin ini dapat digunakan oleh seluruh pembudidaya ikan di seluruh wilayah sentra produksi ikan air tawar.
Vaksinasi ikan adalah memberi bekal kekebalan (immunity) pada tubuh ikan secara dini. Teknik ini merupakan salah satu alternatif pengendalian penyakit yang perlu terus dikembangkan, karena lebih ramah terhadap lingkungan, tidak berdampak negatif terhadap ikan itu sendiri maupun terhadap manusia. Vaksinasi pada perikanan budidaya diyakini akan dapat memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap peningkatan produksi perikanan budidaya. Keberhasilan program vaksinasi akan berdampak langsung terhadap, antara lain: (1) menurunnya tingkat mortalitas ikan budidaya akibat infeksi patogen potensial, (2) menurunnya penggunaan antibiotik pada budidaya ikan, dan (3) menurunnya daya resistensi beberapa jenis patogen terhadap antibiotik.
Manfaat Teknologi
- Aplikasi vaksin HydroVac merupakan upaya pemberian kekebalan spesifik (antibodi) secaradini pada ikan budidaya untuk mencegah infeksi bakteri Aeromonas hydrophila, bakteri patogen penyebab penyakit Motile Aeromonas Septicaemia (MAS).
- Aplikasi vaksin StreptoVac merupakan upaya pemberian kekebalan spesifik (antibodi)secara dini pada ikan budidaya (khusunya ikan nila) untuk mencegah infeksi bakteri Streptococcus agalactiae, bakteri patogen penyebab penyakit streptococciosis.
- Aplikasi vaksin HydroVac dan StreptoVac pada perikanan budidaya air tawar dapat menekan tingkat mortalitas yang diakibatkan oleh penyakit Motile Aeromonas Septicaemia (MAS) pada semua jenis ikan air tawar, dan penyakit streptococcosis pada ikan nila.
- Program vaksinasi akan meningkatkan produksi (food security) dan menjamin mutu produk perikanan (food safety), serta menjamin keberlanjutan budidaya ikan (sustainable aquaculture) air tawar yang ramah lingkungan.
- Vaksinasi merupakan salah satu upaya pengendalian penyakit bakterial pada ikan yang ramah terhadap ikan, lingkungan perairan dan konsumen.
- Penggunaan vaksin dapat mencegah timbulnya resistensi bakteri patogen pada ikan dan lingkungan perairan akibat penggunaan bahan kimia/ antibiotika yang kurang bijaksana dalam pengelolaan kesehatan ikan.
- Secara ekonomi, aplikasi vaksin HydroVac dan StreptoVac pada perikanan budidaya air tawar akan menambah biaya produksi 1 – 2 rupiah/ekor ikan; namun keuntungan yang diperoleh akan sangat nyata.
Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi
Persyaratan yang perlu diperhatikan sebelum melakukan vaksinasi pada ikan:
- Ikan telah berumur lebih dari 2 minggu.
- Kesehatan ikan harus dalam kondisi prima, hindari pemberian vaksin pada ikan yang sedang sakit.
- Suhu air relatif hangat (di atas 25 oC) dan stabil.
HydroVac dan StreptoVac dapat diberikan melalui 3 (tiga) cara, yaitu perendaman, pakan dan
suntik.
- Perendaman dalam larutan vaksin selama 15–30 menit. Teknik ini sangat ideal untuk ikan ukuran benih. Perendaman dapat dilakukan dalam bak beton/fiber glass/ akuarium atau ember plastik. Dosis yang digunakan adalah 100 ml vaksin untuk 1.000 liter air atau 1 ml vaksin untuk setiap 10 liter air. Air bekas rendaman pertama, masih dapat segera (tidak lebih dari 2 jam) digunakan sekali lagi untuk tujuan yang sama.
- Melalui pakan ikan (pellet). Teknik ini cocok untuk ikan yang sudah dipelihara di kolam/jaring atau sebagai vaksinasi ulang (booster). Vaksin diencerkan terlebih dahulu dengan air bersih, kemudian dimasukkan ke dalam alat semprot. Semprotkan larutan vaksin tersebut ke pakan secara merata, dikeringanginkan dan selanjutnya segera diberikan kepada ikan. Dosis yang diberikan adalah 2 - 3 ml/kg bobot tubuh ikan. Pemberian vaksin dilakukan selama 5 – 7 hari berturut-turut.
- Melalui penyuntikan. Teknik ini terutama diaplikasikan untuk ikan yang berukuran lebih dari 5 gram/ekor atau calon induk. Dosis vaksin yang diberikan adalah 0,1 ml/ekor. Penyuntikan dapat dilakukan melalui rongga perut (intra peritoneal) atau dimasukkan ke otot/daging (intra muscular) dengan sudut kemiringan jarum suntik 30 derajat.
Anonymous. 2013. Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar