Minggu, 12 Mei 2019

Makan Ikan Dapat Mengurangi Depresi Pasca Melahirkan


Kelahiran si buah hati, tentu merupakan momen yang ditunggu-tunggu oleh pasangan suami istri. Namun demikian, sebagian ibu setelah melahirkan justru merasakan hal yang sebaliknya. Sebagian ibu justru merasakan kesedihan, mengalami perubahan emosi yang cepat dan bergantiganti (mood swing). Suka menangis, hilang nafsu makan, gangguan tidur, mudah tersinggung, cepat lelah, cemas dan merasa kesepian. Kondisi yang demikian di dalam dunia kesehatan sering disebut baby blues. Baby blues dapat terjadi segera setelah kelahiran, tetapi biasanya akan berlalu dalam beberapa hari hingga 2 minggu.

Baby blues yang berlangsung lama perlu diwaspadai sebagai gejala depresi pasca melahirkan (postpartum depression). Gejala postpartum depression hampir sama dengan baby blues, namun demikian postpartum depression dapat terjadi kapanpun di dalam jangka waktu satu tahun setelah melahirkan. Postpartum depression dapat mengacaukan keberadaan wanita dan dapat membuat dirinya tak dapat berfungsi secara normal dalam kehidupan sehari-hari dalam jangka waktu yang lama. Penelitian menyebutkan bahwa sekitar 10 sampai 20 persen wanita mengalami depresi setelah melahirkan.

Meskipun sangat jarang terjadi, seorang Ibu setelah melahirkan dapat juga mengalami postpartum psikosis. Salah satu penelitian mengungkapkan bahwa postpartum psikosis terjadi pada 1 atau 2 wanita dalam setiap 1000 orang wanita yang melahirkan. Postpartum psikosis biasanya dimulai pada minggu pertama sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan. Perempuan yang menderita bipolar disorder atau masalah psikiatrik lainnya yang disebut schizoaffektif disorder mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena postpartum psikosis. Gejalanya dari postpartum psikosis antara lain: halusinasi, gangguan saat tidur, dan obsesi mengenai bayi. Penderita dapat terkena perubahan mood secara drastis, dari depresi ke kegusaran dalam waktu singkat.

Depresi pasca melahirkan mengakibatkan penderitaan batin ibu, merenggangkan hubungan dengan pasangan, menyebabkan menurunnya fungsi sosial dan kualitas hidup si ibu dan bahkan penelitian terbaru menunjukkan bahwa ibu yang depresi bisa menyebabkan gangguan emosional dan kognitif pada bayi yang baru lahir.

Hasil penelitian mengungkapkan beberapa faktor yang menyebabkan depresi pasca melahirkan antara lain depresi selama kehamilan, rasa rendah diri, stress dalam mengurus anak-anak, kecemasan sebelum melahirkan, hidup yang penuh tekanan, dukungan sosial rendah, kehidupan perkawinan kurang baik, riwayat depresi sebelumnya, bayi rewel atau bermasalah, tingkat ekonomi yang rendah dan kehamilan yang tidak direncanakan. Disamping itu, perubahan hormon diduga menyebabkan perubahan kimiawi di dalam otak yang mengarah menuju depresi. Setelah melahirkan terjadi perubahan hormonal di dalam tubuh wanita. Selama kehamilan, terjadi lonjakan jumlah estrogen dan progesteron. Dalam jangka waktu 24 jam setelah melahirkan, jumlah estrogen dan progesteron kembali normal seperti sebelum saat kehamilan. Perubahan hormonal ini yang dapat memicu terjadinya depresi. Biasanya, tingkat dari hormon tiroid juga turun setelah melahirkan. Tiroid adalah kelenjar kecil di leher yang membantu mengatur metabolisme tubuh ( bagaimana tubuh menggunakan dan menyimpan energi dari makanan). Tingkat tiroid yang rendah dapat menyebabkan gejala depresi, termasuk mood deperesi, kehilangan semangat hidup, gusar, lemas, sukar berkonsentrasi,
sulit tidur, dan bertambahnya berat tubuh.

Pengaruh Makanan

Menurut pakar nutrisi, makanan yang kita makan dapat membuat kita merasa lebih baik, atau merasa lebih buruk, baik dalam waktu singkat maupun jangka panjang. Beberapa nutrisi yang berfungsi mencegah depresi antara lain :

1. Vitamin B 12 dan Asam Folat

Menurut Edward Reynolds, MD, dari the Institute of Epileptology, Kingstone College, London, vitamin B12 dan asam folat berfungsi mencegah kelainan sistem saraf pusat, gangguan mood, serta demensia. Ikan merupakan salah satu sumber vitamin B12.

2. Selenium

Selenium merupakan mineral yang berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh. Apa hubungan antioksidan dengan perasaan gembira atau sedih? Hasil studi menunjukkan, mereka yang mengkonsumsi selenium mempunyai kadar selenium yang lebih tinggi dalam sirkulasi darah dan mengalami penurunan gejala-gejala depresi yang signifikan. Seafood seperti tiram, kerang, sardines, dan ikan merupakan sumber selenium

3. Asam lemak Omega-3

Menurut Jay Whelan, PhD, ketua Department of Nutrition di the University of Tennessee, asam lemak omega-3 dari ikan berdampak positif pada perubahan mood yang teridentifikasi secara klinis, seperti depresi pasca melahirkan. Mengapa asam lemak omega-3 mengurangi risiko depresi? Karena asam lemak essensial
omega-3 merupakan kunci pembangun blok otak dan diet rendah asam lemak omega-3 terkait dengan rendahnya tingkat zat kimia otak yang disebut serotonin. Kadar serotonin yang rendah pada gilirannya terkait dengan tingkat depresi. Wanita hamil dapat sangat rentan terhadap rendahnya tingkat asam lemak omega-3 karena perkembangan fetus mengambil pasokan dari tubuh ibu. Jika Ibu tidak cukup makan, asam lemak omega-3 menjadi berkurang.

Penelitian yang dilakukan di Inggris telah menganalisis 11.721 wanita. Pada penelitian ini, wanita yang mengkonsumsi ikan dua atau tiga kali seminggu digolongkan dalam tipe / group asupan tinggi. Penelitian yang tidak menerima dana dari industri perikanan atau suplemen makanan ini telah dirilis pada pertemuan tahunan the American Psychiatric Association. Penelitian ini menunjukkan bahwa wanita yang mengkonsumsi lemak omega-3 dari seafood lebih banyak selama trisemester ketiga, sedikit yang mengalami depresi pada periode tersebut sampai lebih dari 8 bulan setelah melahirkan. Pada kenyataannya, tingkat depresi pada wanita dengan asupan omega-3 yang tinggi hanya sekitar separuhnya dari wanita dengan asupan yang rendah, kata peneliti dan psikiatri Dr. Joseph R. Hibblen.

Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa mengkonsumsi salmon, sardine atau ikan lainnya dapat membantu wanita hamil terhindar dari depresi sebelum dan sesudah melahirkan. Pemerintahan Federal mengingatkan wanita hamil tentang kewaspadaan terhadap ikan yang barangkali terkontaminasi merkuri, tetapi masih merekomendasi makan ikan sampai 3,36 ons per minggu dari berbagai jenis. Data dari pemerintah Federal menunjukkan sangat sedikit kandungan merkuri dalam salmon, catfish dan scallop. Menurut Hibeln, suplemen minyak ikan juga disarankan karena terbebas dari merkuri.

Disamping itu, menurut Dr Katherine Wisner dari University of Pittsburgh AS untuk menghindari bahaya merkuri, maka ibu-ibu harus mengikuti rekomendasi dari instansi berwenang setempat tentang ikan dapat dimakan. Menurut Wisner, hasil penelitian baru menunjukkan hubungan statistik yang kuat antara rendahnya
tingkat asam lemak omega-3 dan gejala depresi. Hasil penelitian menunjukkan kadar asam lemak benar-benar bertanggung jawab dan mendorong memerangi tingkat depresi.

4. Vitamin D

Cahaya matahari membantu tubuh mensintesa dan mengatur vitamin D. Penelitian baru-baru ini menunjukkan adanya hubungan antara rendahnya kadar serum vitamin D dengan gangguan mood. Menurut peneliti dari Medical University of South Carolina, orang-orang dapat mengatur mood mereka dengan mendapatkan paling sedikit 1000-2000 IU vitamin D per hari. Beberapa peneliti menganjurkan untuk mendapatkan asupan vitamin D dari berbagai sumber seperti cahaya matahari pagi, suplemen vitamin D, serta mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D. Vitamin D ini bisa diperoleh dari makanan seperti ikan salmon, tuna, dan mackerel, hati sapi, keju, serta kuning telur.

Ikan mengandung berbagai nutrisi yang berhubungan dengan depresi seperti vitamin B12, selenium Asam lemak omega-3, dan vitamin D. Oleh karena itu, bagi Ibu hamil sangatlah bijaksana bila mengkonsumsi ikan minimal 2 kali dalam seminggu, karena ikan dapat mengurangi risiko depresi pasca melahirkan. Dengan makan ikan, Ibu terhindar dari baby blues dan depresi pasca melahirkan sehingga kelahiran si buah hati akan disambut dengan rasa bahagia dan si bayi pun akan tumbuh sehat dan cerdas.

Sumber diolah : Ditjen P2HP

Tidak ada komentar:

Posting Komentar