Kamis, 15 November 2018

MENGENAL LOBSTER AIR TAWAR

Dahulu sebelum lobster air tawar terkenal, hanya lobster air laut yang menjadi makanan lezat. Padahal, lobster air laut diperoleh dengan cara ditangkap dari alam sehingga ketersediaannya tergantung alam. Sedangkan lobster air tawar dapat dibudidayakan dengan relatif mudah dan sederhana.




Lobster air tawar merupakan udang air tawar berukuran relatif besar. Tubuhnya tertutup kulit beruas-ruas yang keras dan terbuat dari bahan kitin. Bagian tubuh terbagi menjadi dua bagian, yaitu kepala-dada (chephalothorax) dan badan-ekor (abdomen). Kepala tertutup kulit keras dengan bagian depan (rostrum) meruncing dan bergerigi.
Di kepala terdapat sepasang mata bertangkai, sepasang antena panjang, dan sepasang antena pendek. Bagian kepala terdapat lima pasang kaki. Tiga kaki, diantaranya kaki pertama, kedua, dan ketiga mengalami perubahan bentuk dan fungsi menjadi capit. Sepasang capit yang pertama besar dan kokoh yang berfungsi dalam mempertahankan diri dan untuk menangkap mangsa. Bagian belakang, yaitu perut dan ekor kulit tubuhnya beruas-ruas dengan kulit keras, dibagian ini terdapat empat pasang kaki renang. Ekornya berbentuk seperti kipas dengan lima ruas.
Pertumbuhan lobster bertambah besar melalui pergantian kulit (moulting). Pada waktu ganti kulit tersebut lobster dalam kondisi lemah sehingga saat itu sering terjadi kanibal, seperti udang yang lain.

A.    Sistematika
Phylum                         Arthropoda
Sub phylum                Crustaceae
Kelas                             Malacostraca
Ordo                              Decapoda
Family                           Parastacidae
Genus                           Cherax

Ciri-ciri Utama           
1.       Badan terdiri dari kepala dada (cephalotorax), tubuh (abdomen) dan ekor (telson)
2.       Pada ujung depan kepala dada terdapat tanduk berbentuk segitiga yang di sebut rostrum.
3.       Pada dadanya terdapat 5 pasang kaki jalan dengan pasangan kaki terdepan berbentuk capit (“chelipet”)
4.       Tubuhnya terdiri dari 6 ruas yang tersusun tumpang tindih seperti genteng rumah dengan ruas kedua berada di atas ruas pertama dan ketiga
5.       Pada tiap ruas tubuh di lengkapi dengan sepasang kaki renang (“pleopod”).
6.       Ekor berbentuk segi tiga dengan ujungnya yang runcing.
7.       Ekor tersebut di apit oleh sirip ekor yang di sebut “uropod”.
8.       Dalam keadaan normal, kulitnya keras dan pada saat ganti kulit udang ini membentuk gumpalan kapur yang di sebut gastrolith yang terletak di depan lambungnya.

B.    Habitat dan Penyebaran
Lobster air tawar yang berasal dari family Astacidae, Cambaridae, dan Parastacidae, menyebar di semua benua, kecuali. Meskipun demikian, di kedua benua tersebut pernah di temukan fosil lobster air tawar
Family Astacidae banyak hidup di perairan bagian barat Rocky Mountains di barat laut Amerika Serikat sampai Kolombia, Kanada, dan juga di Eropa. Di Indonesia, terutama di Jayawijaya (Papua), hidup beberapa spesies dari family Parastacidae antara lain Cherax monticola, Cherax lorentzi, Cherax comunis, Cherax papuana, dan Cherax wasseli.

C.    Spesifikasi Spesies.
Dalam usaha budidaya lobster air tawar, ada 3 spesies dari genus Cherax yang dapat dikembangbiakkan secara ekonomis, baik ditinjau dari penyediaan spesies udang hias air tawar maupun udang konsumsi, yakni lobster air tawar capit merah atau redclaw (Cherax qudricarinatus), yabbie (Cherax destructor), dan marron ( Cherax tenuimatus).
Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Sukabumi telah mulai melakukan domestikasi berbagai spesies lobster air tawar yang berasal dari habitat alam kawasan Kabupaten Wamena. Tujuan utama domestikasi ini adalah menghasilkan induk dan benih teradaptasi dan menghasilkan informasi teknik pembudidayaan yang mengarah kepada upaya pelestarian plasma nutfah asli Indonesia. Di samping itu, merupakan upaya pengembangan teknik budi daya lobster air tawar sebagai spesies baru yang mampu meningkatkan pendapatan petani ikan air tawar khususnya dan peningkatan ekspor nonmigas pada umumnya.
1.       Lobster Air Tawar Capit Merah (Redclaw)
Lobster air tawar capit merah (redclaw) merupakan salah satu spesies endemik dari kelompok udang yang pada awalnya hidup di habitat alam, seperti sungai, rawa, atau danau yang ada di kawasan Queensland, Australia.
Secara khusus, ciri-ciri morfologi Lobster air tawar capit merah adalah warna tubuhnya hijau kemerahan dengan warna dasar bagian atas capit berupa garis merah tajam, terutama pada induk jantan yang telah berumur lebih dari 7 bulan. Selain itu, memiliki duri-duri kecil yang terletak di atas seluruh permukaan capit yang dilengkapi duri berwarna putih di atas permukaan setiap segmen capit, telur berwarna kuning kemerahan, dan memiliki masa pengeraman telur 32 -35 hari dengan suhu air 20–220  C.
Lobster air tawar capit merah dapat hidup dan tumbuh pada suhu 2–37C. Meskipun demikian, suhu air optimum yang paling tepat untuk hidup dan tumbuh adalah 23-31C. Sementara itu, toleransi terhadap kandungan oksigen di dalam air adalah 1 ppm, keasaman 6-9,5, dan amonia 1 ppm.
 
2.       Lobster Air Tawar Yabbie
Lobster air tawar yabbie merupakan salah satu spesies endemik yang menyebar luas di danau atau sungai yang terletak di wilayah tropis hingga subtropis di beberapa negara bagian Australia, seperti Melbourne, Adelaide, Alice Spring, Victoria, dan Townsvilelle. Di wilayah-wilayah tersebut umumnya jenis lobster ini menempati perairan yang kaya akan oksigen, tumbuhan, dan subtrat berlumpur atau berpasir.
Lobster air tawar yabbie memiliki toleransi yang tinggi terhadap konsentrasi oksigen terlarut sebesar 0,5 ppm dan suhu air 8-30C. Namun, metabolime tubuh, nafsu makan, dan pertumbuhannya menjadi rendah jika dipelihara dalam wadah dengan suhu air kurang dari 16C. Yabbie membutuhkan kisaran suhu untuk pertumbuhan optimum antara 20-25C. biasanya yabbie menjadi induk saat berumur 6-7 bulan dengan bobot maksimum yang ditemukan di habitat alam mencapai 300-400 gram dan panjang total sekitar 30 cm.
Lobster ini merupakan jenis omnivora, walaupun memiliki kecenderungan menyukai tumbuhan, seperti daun dan ranting pohon yang jatuh ke perairan. Kebiasaan lain yang dimiliki yabbie adalah kemampuannya membuat tempat perlindungan dengan menggali lubang di dasar perairan hingga kedalaman 2 meter. Kenyataan ini tentunya bisa menjadi faktor yang mempersuliat pembudidaya.

3.       Lobster Air Tawar Spesies Indonesia
Lobster air tawar spesies Indonesia adalah spesies-spesies lobster air tawar yang hidup di habitat asli perairan Indonesia, seperti danau, rawa, atau daerah aliran sungai (DAS), terutama yang berlokasi di berbagai daerah di Propinsi Papua.
Berdasarkan berbagai penelitian dan pengkajian yang telah dilaksanakan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian Pengembangan Teknologi (BPPT), Lembaga Biologi Nasional (LBN), serta laporan tahunan Dinas Perikanan Kabupaten Wamena tahun 2002, diperoleh informasi bahwa ada 12 spesies dan 1 subspesies lobster air tawar yang terdapat di perairan Papua.
Dalam upaya pelestarian sumber daya plasma nutfah habitat perairan Indonesia dan pengembangan teknik produksi budidaya lobster air tawar dalam bentuk induk benih dan induk yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi telah melakukan berbagai kegiatan perekayasaan. Kegiatan tersebut meliputi domestikasi induk lobster asli Indonesia sesuai dengan kajian desain konstruksi wadah budidaya, penanganan dan pengelolaan pakan, kualitas air, serta pengendalian penyakit.



Sabar (1975) dalam Sukmajaya dan Suharjo (2006)

Sumber:
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fdentistvschef.files.wordpress.com%2F2012%2F12%2Flobster-air-tawar.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Fdentistvschef.wordpress.com%2Ftag%2Fhow-cook-lobster-yabbies%2F&docid=JSh8wMGk5Hh9NM&tbnid=5yzVdUWdRLMydM%3A&w=2256&h=1504&bih=667&biw=1366&ved=0ahUKEwiGtuqhh6HNAhUHrI8KHa8LBdAQMwgeKAAwAA&iact=mrc&uact=8
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fimg.webme.com%2Fpic%2Fs%2Fsewan-lat%2Fcheraxdestructorblue.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fcarabudidayalobsterairtawar.blogspot.com%2F2013%2F10%2Fjenis-jenis-lobster-air-tawar-di-dunia.html&docid=b41VC_lLb8ytAM&tbnid=ty-ncBuXVCFe6M%3A&w=400&h=213&bih=667&biw=1366&ved=0ahUKEwiGtuqhh6HNAhUHrI8KHa8LBdAQMwgfKAEwAQ&iact=mrc&uact=8
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2Fimg.indonetwork.co.id%2Fproducts%2Fthumbs%2F600x600%2F2011%2F03%2F04%2Fe5f5fef7e3d39570d56072d67928b4c2.jpg&imgrefurl=http%3A%2F%2Fshasi.indonetwork.co.id%2F2457890%2Fjual-lobster-air-tawar-lat-jenis-yabby-cherax-destructor.htm&docid=CGADTI24v7k4LM&tbnid=PFO7Ze0gRkAtVM%3A&w=600&h=337&bih=667&biw=1366&ved=0ahUKEwiGtuqhh6HNAhUHrI8KHa8LBdAQMwgmKAgwCA&iact=mrc&uact=8

Rabu, 14 November 2018

JENIS DAN POLA MAKAN LOBSTER AIR TAWAR

Dilihat dari kebiasaan makanan (food habit), hewan dibagi dalam tiga golongan, yaitu ikan pemakan tumbuhan (herbivora), ikan pemakan hewan (carnivora) dan ikan pemakan segala (omnivora).
Ikan mas termasuk herbivora atau ikan yang sepanjang hidupnya pemakan tumbuhan. Menurut Rita Suryani (2005) lobster air tawar tergolong karnivora, yaitu pemakan segala, baik tumbuhan maupun hewan.

Lobster air tawar dapat memakan bahan hewani, seperti cacing sutera, cacing air, cacing tanah dan zooplankton. Sementara bahan nabati yang sangat disukai adalah tanaman air, sperti lumut, akar salada air dan tanaman air lainnya. Menurut Wiyanto dan Hartono (2003) selain pakan alami segar, lobster juga menyukai pakan buatan, terutama pelet.

Sedangkan menurut Iskandar (2003), selain lumut dan cacing, lobster juga suka dengan biji-bijian, ubi-ubian dan bangkai binatang. Sebelum memangsa makanan, lobster mendeteksi makanan itu dengan antena pada kepala, kemudian jika makanan itu sudah sesuai dengan keinginan, mangsa akan ditangkap dengan capitnya yang kuat dan kokoh. Setelah itu, mangsa diserahkan pada kaki jalan pertama, yang berfungsi sebagai tangan, dan siap dikonsumsi.

Karena pelet khusus lobster jarang, maka pelet lain juga bisa diberikan, tapi kandungan protein pakan tersebut harus berkisar antara 30 – 40 persen. Menurut Iskandar (2003), jenis pelet komersil untuk lobster air tawar adalah pelet untuk windu dan udang galah. Dosis pakan yang diberikan sebanyak 3 persen/hari dari bobot tubuh.

Dilihat dari kebiasaan makan, ikan dibagi menjadi tiga golongan, yaitu floating feeder, midle feeder dan bottom feeder. Ikan nila termasuk floating feeder, karena terbiasa makan di permukaan. Tambakan termasuk midle feeder, karena terbiasa makan di tengah perairan.

Sedangkan lobster air tawar termasuk bottom feeder, yaitu pemakan dasar. Selain bottom feeder, lobster juga fasif dalam mencari makan, dan lebih banyak dilakukan pada malam hari, atau dikenal dengan sebutan nocturnal animal. Karena sifat itu, maka pemberian pakan untuk lobster harus lebih banyak untuk malam hari.


Lobster air tawar termasuk hewan pemakan segala (omnivora). Bahan-bahan makanan dari hewani dan nabati sangat di sukainya. Lobster menyukai cacing-cacingan, seprti cacing sutera, cacing air, cacing tanah, dan plankton. Setelah berhasil dikembangbiakkan diluar habitat asalnya, ternyata lobster juga menyukai pakan buatan, seperti pelet.


Kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 2-3 gram per ekor lobster dewasa perhari. Kebutuhan pakan tersebut di gunakan untuk pertumbuhan, pergantian sel-sel yang sudah rusak dan perkembangbiakkan.








Sumber:
http://prohighschool.blogspot.co.id/2013/11/makanan-yang-baik-dan-cocok-untuk.html
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

Senin, 12 November 2018

PERGANTIAN KULIT PADA BUDIDAYA LOBSTER AIR TAWAR

Setiap mahluk hidup pasti tumbuh. Proses itu menghasilkan perubahan tubuh, yaitu bertambah besar dan bertambah berat. Bersamaan itu pula terjadinya perubahan struktur tubuh, terutama tubuh bagian luar. 
Ini terjadi pula pada lobster air tawar. Namun tubuh lobster tak berkulit melainkan terbungkus oleh cangkang tua yang keras, bila sudah lama.

Pada saat tubuh bertambah besar maka cangkang sudah tak cukup lagi untuk menutup bagian tubuh itu, sehingga cangkang itu harus dibuang, terkelupas dengan sendirinya, kemudian berganti dengan cangkang yang baru yang lebih muda, dan elastis. Ini hanya terjadi pada udang, dan proses ini disebut dengan istilah moulting.
Menurut Iskandar (2003), dalam siklus hidu lobster, pertumbuhan hanya terjadi di bagian tubuh saja, tidak terjadi dengan cangkangnya. Cangkang tidak akan muat ketikan tubuh lobster semakin bertambah besar. Oleh sebab itu, lobster perlu membuang cangkangnya dan mengganti dengan cangkang yang baru. Karena pertumbuhan terus terjadi, maka moultingpun akan terus terjadi.

Selama hidupnya, lobster mengalami moulting hingga puluhan kali. Moulting mulai terjadi pada umur 2 -3 minggu. Frekwensi tertinggi terjadi sebelum loster dewasa, berumur 6 – 7 bulan, dibanding dengan lobster yang sudah dewasa (Wiyanto dan Hartono, 2003). Lobster dewasa terutama induk jantan maupun betina akan moulting lagi setelah 2 – 3 kali melakukan perkawinan.

Dua hingga tiga jam sebelum moulting, lobster nampak gelisah, dan tidak mau makan. Keadaan ini menyebabkan kondisi tubuhnya menjadi lemah. Pada saat ini diperkirakan lobster mengeluarkan aroma yang merangsang lobster lain untuk makan. Karena salah satu sifat jelek dari hewan ini adalah kanibalisme.
Dalam www.O.fish.com (2005) dinyatakan bahwa pergantian kulit pada lobster merupakan saat yang rawan. Tanda-tanda yang terlihat adaloah lobster cenderung tidak aktif dan berdiam di tempat persembunyiannya. Selain itu pergerakannya lamban dan kulitnya nampak keruh. Setelah proses moulting terjadi, kulit lobster akan lembut. Untuk memulihkan kembali seperti keadaan semula perlu waktu 24 jam.
Selanjutnya dalam situs itu menerangkan tentang proses terjadinya moulting. Ada empat tahapan dalam moulting : A. Proecdysis. Merupakan tahap persiapan moulting. Kalsium diserap dari kerangka lama dan disimpan dalam gastrolith diikuti dengan pembentukan kulit baru. B. Ecdysis. Merupakan tahap pelepasan diri dari kerangka lama. Pada saat baru keluar, kutiler lobster dalam keadaan masih lembut. Pada fase ini terjadi penyerapan air secara cepat oleh tubuh lobster. C. Mecedysis, merupakan tahap pemindahan mineral kalsium dari gastrolith ke kutikel baru sebagai bahan krangka luar. Lobster sudah akan mulai makan. Pembentukan jaringan disertai dengan peningkatan sintesis protein dan DNA. Jaringan sudah mulai mengganti air yang diserap pada fase sebelumnya. D. Intermolt, merupakan fase antar moulting. Kerangka dan pertumbuhan jaringan akan selesai serta mulai mengubah metabolisme untuk pemenuhan cadangan energi yang disimpan dalam hepatopancreas yang akan digunakan untuk proses moulting berikutnya.

Menurut Wiyanto dan Hartono (2003), moulting berfungsi untuk merangsang dan mempercepat pertumbuhan. Selain itu moulting juga berperan dalam proses pematangan gonad, sehingga betina dapat memproduksi telur dan jantan dapat meproduksi sperma. Selanjutnya, keduanya menyatakan bahwa moulting juga berperan dalam menumbuhkan kembali organ yang cacat.

Menurut Setiawan (2006), selain pertumbuhan, pemicu moulting bisa juga akibat perubahan air. Perubahan air yang mendadak bisa menyebabkan lobster stress. Kondisi ini menjadikan terjadinya perubahan pada struktur daging dan cangkang, yang akhirnya dapat menyebabkan terpisahnya bagian cangkang dengan daging tersebut.

Proses pergantian kulit di kenal dengan istilah moulting. Umumnya pergantian kulit mulai terjadi pada umur 2-3 minggu. Lobster muda lebih sering mengalami moulting di bandingkan dengan lobster dewasa karena masih dalam masa pertumbuhan. Faktor makanan berpengaruh pada percepatan moulting, karena makanan yang di serap lobster berfungsi untuk membentuk jaringan material pertumbuhan. Selain faktor umum dan makanan, faktor kualitas lingkungan juga bisa mempengaruhi frekuensi moulting. Suplai oksigen, suhu air yang terlalu tinggi dan adanya timbunan zat-zat beracun dalam air akan membuat pertumbuhan lobster terlambat. Otomatis frekuensi moulting juga terlambat.

Pada dasarnya moulting berfunsi untuk merangsang atau mempercepat pertumbuhan. Moulting juga bisa mempercepat pematangan gonad pada lobster. Dengan demikian lobster akan cepat menghasilkan telur. Selain itu, pergantian kulit juga untuk menumbuhkan kembali bagian tubuh yang cacat.

Sumber:

http://bisnis-lobsterairtawar.blogspot.co.id/2009/03/pergantian-kulit-lobster-air-tawar.html
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Flatanzalobsterfarm.files.wordpress.com%2F2013%2F04%2F100_1573.jpg&imgrefurl=https%3A%2F%2Flatanzalobsterfarm.wordpress.com%2F2013%2F04%2F01%2Findukan-lobster-air-tawar-red-claw%2F&docid=OBLAkC5b2-gMMM&tbnid=nBXTSIf7vhd3sM%3A&w=3296&h=2196&bih=623&biw=1366&ved=0ahUKEwjtq-Gmi6HNAhVLQI8KHYgsC3wQMwg3KAYwBg&iact=mrc&uact=8
http://usniarie.blogspot.com/2008/04/pergantian-kulit-lobster-air-tawar.html
28 April 2008. 
http://s62.photobucket.com/albums/h109/Big_Vine/Frame-Worthy%20Photos/?action=view&current=Jerrica-WithOldMoult.jpg
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

Minggu, 11 November 2018

LOBSTER AIR TAWAR MERUPAKAN HEWAN YANG KANIBAL

Lobster termasuk hewan yang suka memangsa jenisnya sendiri. Sifat kanibal pada lobster akan lebih nyata jika terjadi kekurangan makanan. Biasanya lobster akan memangsa lobster yang sedang mengalami ganti kulit. Kemungkinan pemicu munculnya sifat kanibal saat ada lobster yang ganti kulit adalah aroma yang ditimbulkan  oleh cairan pelican yang dikeluarkan lobster saat proses ganti kulit sehingga memancing lobster lain untuk memangsanya.

Lobster termasuk hewan yang suka memangsa sesama jenis atau kanibal. Sifat ini sudah muncul sejak lobster masih kecil. Sifat kanibal akan tampak nyata saat lobster kekurangan makanan. Lobster yang kanibal ini umumnya menyerang lobster lain pada saat moulting. Karena pada saat proses moulting tubuh lobster mengeluarkan aroma dari cairan pelicin. Cairan pelicin itulah yang merangsang lobster lain untuk memangsa.

Sumber:
http://cocoper6-cocoper6.blogspot.co.id/2011/02/karakteristik-lobster-air-tawar.html
https://www.google.co.id/imgres?imgurl=http%3A%2F%2F3.bp.blogspot.com%2F-7wdaiVXmfoU%2FVSFPuaFPtrI%2FAAAAAAAAASc%2FudQ2P-o1FwQ%2Fs1600%2Flobster.png&imgrefurl=http%3A%2F%2Fcarabudidayapertanian.blogspot.com%2F2015%2F04%2Ftips-cara-budidaya-lobster-air-tawar.html&docid=SdGLwEra2gZTzM&tbnid=DDojJfwIiLNapM%3A&w=457&h=281&bih=623&biw=1366&ved=0ahUKEwjggavUi6HNAhXMv48KHVQkCHcQMwghKAcwBw&iact=mrc&uact=8
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

Sabtu, 10 November 2018

KARAKTERISTIK LOBSTER AIR TAWAR

Sebelum memulai usaha budidaya lobster air tawar, ada baiknya setiap calon pembudidaya mengetahui terlebih dahulu berbagai macam sifat dan kelakuan dari lobster air tawar.
Hal ini penting diketahui agar teknologi budidaya yang akan diterapkan dapat tepat guna sehingga dapat meminimalisir berbagai macam kerugian yang akan muncul selama dalam masa pemeliharaan.


Adapun berbadai macam sifat dan kelakuan lobster air tawar dapat diuraian sebagai berikut :
    1. Hewan nokturnal. Lobster air tawar lebih banyak melakukan aktifitasnya pada malam hari. Di siang hari, lobster air tawar akan lebih banyak berdiam diri di dalam tempat perlindungan
    2. Moulting (ganti kulit). Semasa hidupnya, lobster air tawar juga mengalami apa yang disebut dengan moulting atau ganti kulitMoulting terjadi sebagai tanda bahwa lobster tumbuh menjadi lebih berat dan panjang ataupunlobster air tawar sedang melakukan proses adaptasi terhadap lingkungan hidup baru.
    3. KanibaL. Jika kondisi lingkungan hidupnya mengalami kekurangan ketersediaan pakan, kepadatan yang tinggi dan kurangnya tempat persembunyian, lobster air tawar mempunyai kecendurangan untuk memangsa bangsanya sendiri.
    4. Pemakan segala. Lobster air tawar akan menjadikan apapunyang tersedia dilingkungan hidupnya sebagai sumber pakan.
    5. Daya tahan tinggi. Apabila lingkungan hidupnya dalam kondisi yang baik dan ideal, lobster air tawar mempunyai daya tahan tinggi terhadap serangan pernyakit dan serangan stres.
    6. Mempunyai ketertarikan tinggi terhadap pergerakan (aliran) air.
    7. Bergerak dengan cara merambat.
    8. Hidup berkoloni.


Sumber:
https://iwien11.wordpress.com/2013/03/11/karakteristik-lopster-air-tawar/
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.

Jumat, 09 November 2018

PEMBENIHAN LOBSTER AIR TAWAR

1.       Membedakan jantan dan betina
Sebelum melakukan pembenihan pembudidaya lobster harus dapat mengetahui terlebih dulu perbedaan antara lobster jantan dan betina. Cara membedakan kelamin yang paling muda adalah menggunakan teknis visual dari atas.Lobster jantan dapat di lihat jika pada capik sebelah luarnya terdapat bercak berwarna merah. Namun, tanda merah itu baru muncul ketika lobster berumur 3-4 bulan atau setelah lobster berukuran 3 inc (7 cm). Tanda merah ini juga merupakan tanda lobster jantan telah siap kawin (matang gonad). Sedangkan pada lobster betina di bagian yang sama tidak tampak tonjolan (penis). Ciri lobster betina adalah terdapat lubang pada pangkal kaki ketiga dari bawah (ekor). Lubang tersebut adalah kelamin lobster betina dan tempat mengeluarkan telurnya.


2.       Pemilihan induk
Pilih indukan yang berukuran di atas 4 inci (10 cm) atau berumur di atas 5-6 bulan karena lobster seperti ini akan memiliki jumlah anakan cukup banyak.
Tips memilih calon indukan yang berkualitas;
a.       Pilih indukan yang pertumbuhannya paling cepat di antara lobster-lobster yang lain
b.      Beli indukan di tempat penjual indukan yang telah bersertifikat
c.       Perhatikan kelaminnya, jangan pilih lobster yang ”banci”. Pasalnya ada indukan yang mempunyai indukan betina, tetapi juga memiliki kelamin jantan (sering di sebut dengan lobster banci). Lobster tersebut kemungkinan besar tidak bisa bertelur
d.      Pilih lobster yang badannya gemuk. Hindari memilih indukan yang kepalanya besar tetapi tubuh dan ekornya kecil. Ciri tersebut menandakan lobster kurang makan.
e.      Kawinkan lobster minimum ketika berumur 4 inci atau kira-kira berumur 5-6 bulan. Semakin kecil (muda) lobster di kawinkan, pertumbuhan anakannya akan selalu lambat. Misalnya, jika mengawinkan lobster ukuran 3 inci (7,5 cm) dan 4 inci (10 cm) akan jauh lebih cepat daripada yang 3 inci. Namun, bukan berarti ukuran tubuh anakan lobster 3 inci tidak bisa melebihi tubuh induknya. Lobster tersebut tetap bisa tumbuh melebihi induknya tetapi prosesnya lebih lambat. Lobster ukuran 3 inci memiliki jumlah telur maksimum 50 butir, sedangkan lobster berukuran 4 inci bisa menghasilkan telur 200 butir.
f.        Calon indukan lobster berkualitas bisa didapat dengan cara memisahkan lobster jantan dan betina ketika mereka berukuran 2 inci (5 cm). Paling bagus baru di kawinkan  setelah masing-masing mencapai ukuran minimum 4 inci (10 cm).
g.       Perlu juga diketahui asal usul lobster atau keluarganya pilih jenis lobster yang murni dari spesies tertentu agar pertumbuhan anakan lobster lebih baik.

3.       Mengawinkan Lobster
Gabungkan indukan jantan dan betina lobster menjadi satu dalam suatu media akuarium yang berukuran 1x 0,5 meter tinggi 25 cm bisa di masukan sekitar 5 lobster betina dan 3 lobster jantan. Satu jantan prinsipnya mampu membuahi 30 betina tetapi dalam perkawinan di akuarium  digunakan 3 lobster jantan karena dalam perkawinan tersebut lobster betina lebih dominan dalam memilih pasangan yang cocok sehingga jika hanya ada 1 ekor lobster jantan di dalam akuarium, kemungkinan ke 5 lobster betina untuk kawin dan bertelur semua menjadi lebih kecil.
Kebiasaan lobster dalam melakukan perkawinan saling mencari kecocokan. Ketika mengawinkan lobster, ukuran tubuh lobster jantan dan betina tidak harus sama karena di habitat aslinya, lobster jantan memang memiliki tubuh lebih besar daripada lobster betina.
Jika media perkawinan menggunakan akuarium ukuran 1x 0,5 x 0,5 meter, letakan minimum 8 buah pipa paralon berdiameter 2 inci dan panjang 15-20 cm, tergantung pada ukuran indukan. Indukan berukuran 4 inci, panjang paralon yang di gunakan 15 cm dan indukan dengan ukuran 5-6 inci panjang paralonnya 20 cm. Dua minggu setelah lobster jantan dan betina di gabungkan biasanya sudah ada indukan bertelur.
Lobster dalam masa perkawinan akan saling berhadap-hadapan membentuk formasi huruf Y. Lobster jantan akan mengeluarkan sperma dan meletakannya di dekat pangkal ke dua kaki lobster betina. Sperma tersebut berwarna putih, menggumpal, agak keras, dan larut ke air. Setelah di buahi, lobster betina akan menyingkir dari lobster jantan sampai perlahan-lahan mengeluarkan telurnya dari lubang pangkal kaki ketiga melewati sperma lalu turun ke ekor atau abdomennya. Telur di kumpulkan didalam abdomennya sambil ekornya menutup rapat selama seminggu pertama.   
4.       Pemindahan Induk Pengeraman dan Penetasan Telur
Setelah minggu ke-2 atu ke-3 telur baru dapat menempel dengan baik di kaki renangnya, dan si betina akan berjalan keliling dengan ekor terbuka sehingga telurnya dapat terlihat. Dalam keadaan seperti ini induk dapat dipindahkan dari akuarium perkawinan, ke kolam penetasan yang berukuran 1x 2 meter, atau ke kolam penetasan masal menggunakan kurungan keranjang. Resiko meletakan induk ke dalam akuarium adalah harus memindah-mindahkan lagi, karena setelah satu bulan harus di pisah-pisahkan lagi ke dalam akuarium 
Ciri Ciri Proses Pematangan Telur :
a.       Minggu kedua bentuk telur masih bulat
b.      Minggu ketiga mulai terlihat dua bintik hitam pada telur. Binitk hitam tersebut merupakan embrio
c.       Minggu keempat, capit, sungut, dan kakinya mulai tumbuh. Pada fase ini, lobster masih belum bisa mandiri. Jika fase ini telur rontok dari induknya kemungkinan besar embrio tersebut akan mati. Ketika menempel di kaki renang induknya, ibunya akan dengan telaten merawat embrio tersebut dengan cara menggoyang-goyangkan kaki renangnya untuk memberikan oksigen  pada anak-anaknya, sering kali si induk akan merapikan telurnya menggunakan kaki jalannya.
d.      Minggu kelima hampir seluruh kuning telur sudah habis. Ketika, embrio mulai lepas satu persatu dari induknya untuk mencari makanan sendiri. Meskipun sudah lepas, embrio bisa saja menempel ke kaki renang induknya sehingga ketika anakan sudah lepas sekitar 70%, sisanya sebanyak 30% yang masih menempel sebaiknya dirontokan saja karena di khawatirkan naluri keibuannya sudah hilang akibat terlalu lama menggendong telur.
Setelah bersih, si induk betina dipindahkan ke akuarium lain untuk istirahat selama dua minggu sampai berganti kulit. Tujuannya, jika berganti kulit, ukuran lobster menjadi semakin besar, sehingga semakin banyak juga jumlah anakan yang dihasilkan pada penetasan berikutnya karena semakin besar tubuh lobster betina, kapasitas penyimpanan telurnya akan bertambah besar.
Semakin bertambah usia dan ukuran lobster, jumlah telurnya terus bertambah, tetapi frekuensi bertelurnya menjadi lebih jarang. Ketika sedang dalam masa istirahat panjang (1 bulan), ada kemungkinan induk sudah matang gonad. Induk seperti ini dapat mengeluarkan telur sendiri tanpa dibuahi. Namun, telur yang dihasilkan adalah telur kosong sehingga ketika induk menggendong telur selama 1-2 minggu dan merasakan bahwa telur yang digendongnya tidak ada pertumbuhan maka telur tersebut akan dimakannya.
Apabila air ditempat perkawinan dan air ditempat penetasan memiliki perbedaan suhu dan pH, letakan terlebih dulu lobster yang sedang bertelur tersebut kedalam baskom yang diisi dari akuarium perkawinan baru kemudian dipindahkan kekolam penetasan dengan dipercik-percikan air kolam supaya suhu dan pH air di baskom stabil.
5.       Pemeliharaan Benih
Setelah menetas, anakan lobster tidak cocok diberi makanan dari jenis sayuran dan umbi-umbian sebaiknya merekan diberi cacing sutera atau cacing beku sehingga bisa memacu pertumbuhan denga baik. Jumlah pakan yang diberikan sebaiknya 3% dari berat badannya. Pada pagi hari pakan yang diberikan sebanyak 2% dan sore hari 75%.
6.       Kematian Benih Lobster
Kematian benih biasa dipicu oleh kegagalan dalam pergantian kulit yang pertama kali. Meskipun demikian, perlu diperhatikan adanya bahaya pencemaran racun yang bisa muncul, misalnya racun bekas semprotan (fogging) Demam Berdarah Dengue (DBD). Maka dari itu sebelum penyemprotan sebaiknya semua media ditutup dengan plastik, apabila perlu matikan aeratornya.
7.       Panen Benih
Dalam pemanenan benih berukuran 1-2 cm alat yang digunakan adalah ember plastik scoopnet berukuran 20 x 10 cm. Sementara itu saat yang baik untuk pemanenan adalah sebelum jam 9 pagi berada dilingkungan terbuka, kualitas dan parameter air yang digunakan harus sama dengan air dalam akuarium agar benih tidak menjadi stres. Sebaiknya air yang digunakan berupa air baru, bukan dari akuarium karena biasanya telah kotor. Perlu diketahui, tingkat sensitifitas benih berukuran 20 hari terhadap perubahan lingkungan drastis lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran lebih besar.
8.       Simulasi Usaha Pembenihan
Simulasi usaha yang dilakukan dilahan pekarangan rumah dengan menggunakan bak tembok adalah sebagai berikut :
a)      Luas keseluruhan 100 m2
-   Lahan perawatan induk seluas 30 m2.
-   Lahan pemijahan 20 m2.
-   Lahan pembenihan 40 m2
-   Lahan untuk tendon air dan lain-lain 10 m2.
b)      Wadah pembenihan berupa bak tembok dengan ukuran 1 m x 1 m x 1 m sebanyak 35 bak
c)       Sarana dan prasarana
1)      Prasarana
-   Pengadaan induk 30 pasang. Perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3.
-   Perbaikan/pembuatan kolam.
-   Pengadaan peralatan :
o   Thermometer.
o   pH meter
o   Water heater.
o   Pompa air dan aerator
2)      Sarana
-   Pakan
-   Pakan induk berupa pellet dengan kandungan protein 30% sebanyak 2-3% berat ikan. Frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali. Selama induk di kolam perawatan diberi pakan pelet dengan penambahan pakan alami, seperti tauge dan cincangan wortel.
-   Pakan larva berupa plankton dari jenis daphnia, klorela, tubefix, rotifer sebanyak 1% dari berat biomas.
-   Pakan benih berupa pakan alami, seperti cacing.
d)      Tenaga kerja yang dibutuhkan untuk operasional 1 orang
e)      Jumlah induk jantan 30 ekor dan induk betina 90 ekor.
f)       Frekuensi pemijahan 3 kali setahun.
g)      Jumlah benih yang dihasilkan dari 90 ekor induk betina yang bertelur 1.000 butir dengan SR 80% dan frekuensi pemijahan 3 kali adalah 90 x 1.000 x 3 x 80% = 216.000 ekor per tahun.
h)      Siklus periode pembenihan lobster 2-3 bulan.


Sumber:
Kristiany M.G.E., dan Mulyanto. 2011. Materi Penyuluhan Perikanan: Budidaya Lobster Air Tawar. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.