Sabtu, 20 Oktober 2018

PEMIJAHAN IKAN PATIN


Secara umum, pemijahan ikan dapat dibedakan menjadi pemijahan alami dan pemijaha buatan. Pemijahan alami dilakukan terhadap jenis-jenis ikan yang mudah dipijahkan sepanjang tahun, sedangkan pemijahan buatan dilakukan terhadap ikan-ikan yang sulit memijah karena lingkungannya yang tidak sesuai.
Ikan patin termasuk salah satu jenis yang sulit dipijahkan secara alami, karena sulit menciptakan atau memanipulasi lingkungan sesuai dengan habitatnya di alam. Karena itu, pemijahan ikan patin dapat dilakukan secara buatan dengan ransangan menggunakan kelenjar hipofisa.

Persiapan Induk

Induk merupakan salah satu factor penentu keberhasilan usaha pembenihan ikan patin. Induk yang baik dan sehat tentu akan menghasilkan benih yang baik pula. Induk patin yang akan dipijahkan dapat berasal dari alam atau induk-induk yang dipelihara sejak kecil di kolam.
Induk-induk yang berasal dari alam tingkah lakunya masih liar dan kadang –kadang memiliki banyak luka akibat meronta-ronta saat penangkapan. Karenanya, induk yang baik dipijahkan adalah induk yang telah dipelihara di kolam atau di wadah lainnya, seperti sarang dan jaring.
Untuk mendapatkan induk patin yang baik, lama pemeliharaan di kolam, induk diberi makanan tambahan yang cukup mengandung protein. Berdasarkan hasil penenlitian yang dilakukan oleh para peneliti dalam rangka untuk memepercepat kematangan gonad, 2 kali seminggu patin perlu diberi ikan rucah atau ikan-ikan yang tidak layak dikonsumsi oleh manusia.

Seleksi Induk yang Matang Gonad

Induk ikan patin yang akan dipijahkan diseleksi terlebih dahulu, yaitu dengan memeilih induk-induk betina dan jantan yang matang gonad atau siap pijah. Penangkapan induk dilakukan dengan mengurangi volume air sampai ketinggian 20 cm dari dasar kolam. Penangkapan induk dapat dilakukan secara hati-hati untuk menghindari terjadinya stres. Penangkapan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan menggunakan jaring dan dengan menggunakan tangan.
Ciri-Ciri induk ikan patin yang matang gonad sebagai berikut :
Ø  Indu Betina :
Umur kurang lebih 3 tahun, berat minimal 1,5-2 kg per ekor, perut membesar kearah anus, perut terasa lembek dan halus bila diraba, alat kelamin membengkak dan berwarna merah tua
Ø  Induk Jantan :
      Umur minimal 2 tahun, berat 1,5 - 2 kg per ekor, kulit perut lembek dan tipis, alat kelamin membengkak dan berwarna merah, keluar cairan sperma jika perut diurut kearah anus.

Selain ciri-ciri diatas, induk ikan patin yang akan dipijahkan harus sehat secara fisik yaitu tidak terinfeksi penyakit dan parasit juga tidak memiliki luka akibat benturan, pukulan, goresan/ sayatan. Induk yang baik juga harus memiliki sifat pertumbuhan relatif cepat serta resisten terhadapa penyakit, tetapi toleran atau mudah beradaptasi dan responsive terhadap perubahan lingkungan dan makanan.
Seleksi induk patin tidak memperhatikan bagian luar fisiknya. Pasalnya, yang paling menentukan keberhasilan pemijahan adalah tingkat kematangan telur. Telur yang sudah matang dapat dicek dengan cara sebagai berikut :
-          Ambil 1 ekor induk patin betina, sedot telurnya dengan menggunakan selang kateter. Caranya selang dimasukan kedalam kloakasedalam 3 cm, lalu ujung selang lainnya disedot dengan mulut sampai tampak beberapa butir telur di dalam selang.
-          Telur didalam selang tadi disimpan dicawan, kemudian ditetesi larutan secara ( campuran formalin, alkohol, dan larutan asetid dengan perbandingan 6 : 3 : 1). Larutan tersebut berfungsi untuk mengetahui telur yang telah matang. Telur yang matang memiliki ciri tampak bulat, warnanya putih kekuning - kuningan, inti telurnya terlihat jelas terpisah dari cangkangnya.
-          Induk-induk patin yang telah matang telur disimpan didalam bak atau hapa, jantan dan betina tersimpan terpisah.

Induced Breeding (Kawin suntik)

Ikan patin termasuk salah satu jenis ikan yang sulit memijah secara alami jika tidak berada dihabitat aslinya. Untuk itu perlu dilakukan pemijahan sistem induced breeding (kawin suntik). Tingkat keberhasilan pemijahan sistem kawin suntik sangat dipengaruhi oleh tingkat kematangan induk patin. Faktor lainnya yang juga cukup berpengaruh adalah kualitas air, penyediaan makanan yang berkualitas dan dalam jumlah yang mencukupi, serta kecermatan didalam penanganan atau pelaksanaan penyuntikan.
Induced breeding dapat dilakukan dengan menggunakan kelenjar hipofisa ikan lain, seperti ikan mas, dapat juga dilkaukn dengan menggunakan semacam kelenjar hipofisa buatan yang mengandung hormon gonadotropin. Dipasaran dikenal dengan merek dagang ovaprim.
a.      Menggunakan Kelenjar hipofisa Ikan Mas
Urutan pekerjaan yang dilakukan jika menggunakan kelenjar hipofisa sebagai berikut : 
-          Siapkan ikan donor atau ikan yang akan diambil kelenjar hipofisanya. Jika induk patain betina yang akan di suntik memiliki berat 3 kg maka donor yang digunakan 9 kg sedangkan untuk induk jantan yang memiliki berat 3 kg donor yang digunakan sebanyak 6 kg
-          Ikan mas yang akan diambil kelenjar hipofisanya dipotong tegak lurus atau vertikal dibagian belakang tutup insang
-          Potongan kepala diletakan dengan posisi mulut menghadap keatas, kemudian dipotong vertical dari permukaan sedikit diatas mulut sehingga akan nampak organ otak yang dilingkapi lendir atau lemak.
-          Otak dilingkar dan lendir dibuang atau dibersihkan dengan kapas atau tissue. Setelah bersih dari lendir, diotak akan nampak butiran putih seperti beras itulah yang dinamakan kelenjar hipofisa.
-          Kelenjar hipofisa diambil dengan menggunakan pinset dan dihancurkan dengan menggunakan gelas penggerus sampai halus. Untuk memudahkan penyuntikan, kelenjar hipofisa tadi dilarutkan kedalam akuabides sebanyak 2 ml. Agar larutan tersebut benar-benar hancur dan tercampur, gunakan sentrifugal atau pemusing.
-          Larutan kelenjar hipofisa selanjutnya diambil atau disedot dengan menggunakan alat suntik. Penyuntikan dapat dilakukan secara intramuskular dibelakang sirip punggung dengan menggunakan jarum suntik berukuran 0,12 ml
b.      Menggunakan Ovaprim
Urutan pekerjaan yang dilakukan jika menggunakan ovaprim sebagai berikut :
-          Untuk mengetahui dosis ovaprim yang akan digunakan, induk betina dan jantan yang akan dipijahkan ditimbang terlebih dahulu.
-          Dosis penyuntikan induk betina berbeda dengan inguk jantan. Untuk induk jantan diperlukab ovaprim 0,3 ml/ kg sedangkan untuk betina sebanyak 0,5 ml/ kg
-          Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali pada suntikan pertama dosisnya sebanyak 1/3 bagian dosis total, pada penyuntikan kedua dosisnya sebanyak 2/3 bagian dosis total. Penyuntikan kedua dilakukan 8-10 jam setelah penyuntikan pertama
-          Penyuntikan induk jantan dilakukan sekali bersama dengan penyuntikan kedua induk betina.
-          Untuk menghindari induk berontak pada saat penyuntikan sebaiknya, dilakukan 2 orang
-          Penyuntikan secara intramuskular dibelakang sirip punggung dengan memasukan jarum sedalam kurang lebih 2 cm dengan kemiringan 40 derajad.
-          Induk-induk patin yang telah disuntik disimpan dalam bak atau hapa dengan air yang mengalir.

Stripping dan Pembuahan

Ovulasi adalah tingkat kematangan gonad. Saat ovulasi, telur yang telah masak harus dikeluarkan dengan cara memijit bagian perut patin betina. Urutan pekerjaan stripping sebagai berikut :
-          Sediakan wadah untuk menampung telur, berupa baskom, plastik, yang telah dibersihkan dan dalam keadaan kering.
-          Induk betina yang akan distripping dipegang dengan kedua belah tangan, tangan kiri memegang pangkal ekor dan tangan kanan memegang perut bagian bawah. Ujung kepala induk patin ditopangkan dipangkal paha, selanjutnya perut diurut secara perlahan-lahan dari bagian depan kearah belakang dengan menggunakan jari tengah dan jempol, lalu telur-telur tersebut ditampung didalam baskom.
-          Induk jantan ditangkap untuk diambil spermanya. Sperma ini nanti akan dicampurkan dengan telur-telur didalam baskom
-          Pengurutan induk jantan pada prinsipnya sama saja dengan pengurutan induk betina. Sperma yang keluar dari perut induk jantan langsung disatukan dengan telur yang ditampung diadalam baskom
-          Agar terjadi pembuahan yaitu telur dan sperma dapat dicampur dengan sempurna, lakukan pengadukan dengan menggunakan bulu ayam kurang lebih selama 0,5 menit. Pengadukan dilakukan berputar perlahan-lahan didalam baskom.
-          Untuk meningkatkan fertilisasi (pembuahan), kedalam campuran telur dan sperma tadi dapat ditambahkan garam dapur sebanyak 4000 rpm. Penambahan dilakukan sambil tetap mengaduk campuran dan disertai dengan memasukan air sedikit demi sedikit. Pengadukan dilakukan kurang lebih selam 2 menit.
-           Untuk membuang kotoran berupa lendir perlu dilakukan penggantiaan air bersih sebanyak 2 – 3 kali. Untuk menghindari terjadinya penggumpalan pada telur perlu dilakukan pencucian dengan menggunakan larutan lumpur. Lumpur dapat membersihkan lendir-lendir yang menempel  dan memisahkan telur-telur yang menggumpal. Lumpur yang digunakan berupa lumpur atau tanah dasar kolam atau tegalan yang dipanaskan pada suhu 100 °C terlebih dahulu guna menghindari penyakit.
-          Telur-telur yang telah dibuahi akan megalami pengembangan. Ukuran telur terlihat lebih besar serta berwarna kuning. Telur-telur yang tidak dibuahi akan berwarna putih dan mengendap dibawah.

Proses Penetasan Telur

Wadah penetasan telur berupa corong-corong penetasan. Untuk menjamin keberhasilan penetasan corong penetasan dipersiapkan 1 hari sebelum pemijahan. Langkah – langkah persiapan wadah penetasan telur sebagai berikut :
-          Semua wadah di unit pembenihan patin seperti penetasan telur, tempat perawatan larva, bak filter air, bak penampungan air bersih, water Turen, dicuci bersih dan dikeringkan
-          Untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri corong-corong penetasan telur dapat pula direndam dalam larurtan PK sebanyak 5 ppm selama 30 menit.
-          Setelah semua wadah dipersiapkan langkah selanjutnya adalah memasukan air bersih kesemua wadah. Pompa isap yang berfungsi untuk mengalirkan air dari wadah penempungan air bersih ke water Turen dijalankan, sehingga akan terjadi sirkulasi air diseluruh wadah unit pembersihan patin
Telur-telur ikan patin yang akan ditetaskan dituangkan kedalam corong penetasan lalu disebarkan dengan menggunakan bulu ayam. Air pun harus dialirkan dengan cara mengatur debit air dengan menggunakan keran agar telur selalu terangkat didalam corong tersebut. Jangan samapai telur menumpuk didasar corong. Jika menumpuk telur dapat membusuk kepadatan telur sebanyak 400-500 butir perliter air atau 10.000 – 20.000 butir per corong. Telur yang dibuahi akan berkembang sedikit demi sedikit dan menetas menjadi larva.

Penampungan Larva Sementara

Benih patin yang baru menetas yang dikenal dengan sebutan larva ditampung sementara ditempat penampungan larva. Tempat penampumngan larva berupa hapa (Trilin) yang dipasang didalam bak penampunagan larva. Hal tersebut dimaksudkan guna memudahkan pemanenan larva saat akan dipindahkan ketempat pemeliharaan. Benih-benih patin atau larva yang baru berumur 1 hari yang terbawah arus air dicorong penetasan diambil atau dipanen dengan menggunakan scop net halus secara hati-hati agar benih-benih patin tidak mengalami stres, kualitas air dan tempat pemeliharaan, khususnya suhu atau temperatur, mendekati sama.

Pemeliharaan Benih

Larva yang baru menetas belum sempurnah, tetapi benih tersebut masih memiliki cadangan makanan didalam tubuhnya berupa kuning telur (yolk sack) kelangsingan hidup benih sangat ditentukan oleh kandungan kuning telur serta kualitas air ditempat pemeliharaan benih. Benih-benih patin berenang aktif secara vertikal menuju permukaan air.
Benih yang berasal dari tempat penampungan sementara selanjutnya dipelihara ditempat pemelihaeraan benih. Tempat pemeliharaan benih dapat berupa akuarium/fiber glass. Akuarium atau fiber glass yang akan digunakan sebelumnya dibersihkan dan dikeringkan untuk menghindari terjadinya serangan penyakit. Setiap akuarium yang akan digunakan air bersih serta diberi aerasi guna menambah kandungan oksigen yang terlarut kedalam air. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran benih. Untuk setiap akuarium berukuran 60 x 45 x 30 cm dapat dipelihara benih sebanyak 20.000 ekor. Jika ada pembeli yang akan membutuhkan benih-benih patin tersebut dapat dijual langsung untuk dipelihara atau didederkan ketempat lain.
Benih dipelihara di akuarium atau fiber glass selama 2 – 3 minggu. Selama pemeliharaan, dari hari 1 –10, benih patin diberi makanan tambahan berupa Artemia yang telah ditetaskan ditempat terpisah dan pemberiannya dilakukan setiap 3 - 4 jam sekali. Setelah hari ke 10 benih patin dapat diberi makanan berupa kutu air (Dapnia sp) jentik nyamuk, cacing sutra. Jumlah makanan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan benih, Usahakan jangan sampai ada makanan yang tersisa guna menghindari terjadinya penurunan kualitas air yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian benih.
Selam pemeliharaan lakukan penggantian air bersih 1 – 2 hari sekali atau tergantung pada kebutuhan. Penggantian air dapat dilakukan secara hati-hati dengan cara menyipon atau sambil membuang kotoran yang berada di dasar wadah pemeliharaan dengan menggunakan selang kecil. Penambahan air bersih dilakukan secara bertahap sedikit demi sedikit guna menghindari terjadinya stres pada benih yang dipelihara sampai posisi air mendekati ketinggian semula.   

DAFTAR PUSTAKA
Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993
Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya.
Jakarta :2001
Khairuman dan Dodi Sudenda. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta : 2002

Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Patin Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Jumat, 19 Oktober 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN PATIN


Salah satu kendala yang sering diahadapi dalam budidaya patin adalah hama dan penyakit. Dalam pengendalian hama dan penyakit pencegahan merupakan tindakan paling efektif dibandingkan pengobatan. Tindakan pencegahan juga tidak memerlukan biaya yang besar. Pencegahan sebaiknya dilakukan sebelum pemeliharaan dimulai.

Hama
Serangan hama biasanya tidak separah serangan penyakit, hanya biasanya berukuran lebih besar daripada ikan dan bersifat pemangsa.

Penyakit
Secara umum penyakit yang menyerang ikan patin digolongkan ke dalam dua golongan yaitu penyakit yang timbul akibat adanya gangguan factor bukan patogen, penyakit ini tidak menular. Yang kedua yaitu penyakit yang timbul karena organisme patogen.
a. Penyakit non infeksi
Contoh penyakit non infeksi yaitu keracunan dan penyakit kekurangan gizi. Beberapa factor yang menyebabkan keracunan yaitu pemberian pakan yang kurang baik kualitasnya atu pencemaran air media akibat tumpukan bahan organic.
b. Penyakit Infeksi
NO
JENIS PENYAKIT
GEJALA
1.
Parasit
(Bintik Putih/White Spot)
Ø Ikan berkumpul di tempat yang gelap
Ø Menggosok-gosokan tubuhnya
2.
Bakteri
(Aeromonas sp)
Ø Menyerang bagian punggung, perut dan pangkal ekor yang disertai dengan pendarahan
3.
Jamur
(Saproglegnia )
Ø Luka di bagian tubuh, tutup insang, punggung, dan sirip yang ditumbuhi benang halus seperti kapas berwarna putih

PENANGGULANGAN PENYAKIT
NO
JENIS PENYAKIT
PENGOBATAN
BAHAN KIMIA
BAHAN ALAMI
1.
Parasit
(Bintik Putih/White Spot)
Formalin 20 ppm
Malachite green 4 gr/lt selama 24 jam
Sambiloto yaitu dengan cara mengambil ekstraknya dan dilarutkan ke dalam air
2.
Bakteri
(Aeromonas sp)
PK 10-20 ppm selama 30-60 menit
Memakai kunyit  dengan cara diparut. Kunyit ini berfungsi untuk mengobati borok atau luka dan mempercepat pengeringan
3.
Jamur
(Saproglegnia )
Malachite green 2-3 gr/m3 air selama 30 menit pengobatan diulang selama 3 hari berturut-turut
Memakai rimpang lengkuas yang diparut dan diambil ekstraknya

 

DAFTAR PUSTAKA

Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993
Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya.
Jakarta :2001
Khairuman dan Dodi Sudenda. Budidaya Patin Secara Intensif. Agro Media Pustaka. Jakarta : 2002
Syofan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Patin Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

Minggu, 14 Oktober 2018

PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT PADA IKAN LELE DUMBO

Lele dumbo merupakan jenis ikan tidak besisik sehingga lendir merupakan salahsatu pelindung dari gangguan lingkungan. Akibatnya  bila terluka dengan sangat mudah terjadi pengeluaran lendir yang berlebihan dari tubuhnya. Lendir ini dapat dijadikan media hidup bakteri, dan dengan menempelnya bakteri pada lendir, maka dengan segera kuman penyakit masuk hingga kedalam tubuh lele dumbo. Terjadinya luka inilah yang menjadikan ketahanan tubuh lele dumbo menurun dan menyebabkan sakit.  Namun kebanyakan patogen yang terlibat biasanya bersifat fakultatif yaitu organisme yang hanya menimbulkan penyakit dalam kondisi tertentu saja. Organisme semacam ini secara normal memang hidup dan berada pada berbagai jenis perairan, dan hanya menyebabkan terjadinya penyakit bila daya tahan tubuh lele dumbo menurun atau kelimpahan mahluk tersebut kelewat tinggi. Daya tahan tubuh lele dumbo  biasanya berkurang bila ada dalam kondisi stress yang diakibatkan berbagai faktor terutama lingkungan yang meliputi faktor fisik, kimiawi maupun biologis. Dengan demikian terjadinya wabah sebetulnya merupakan akibat interaksi yang tidak seimbang antara ikan sebagai subyek patogen, patogen itu sendiri serta kondisi lingkungan. Sebenarnya, semua jenis ikan mempunyai kekebalan terhadap penyakit selama ikan tersebut hidup dalam kondisi lingkungan yang baik dan tidak ada faktor yang memperlemah badannya. Penyakit ikan dapat berkembang akibat bermacam macam faktor antara lain trauma pengangkutan, kekurangan pakan, perubahan sifat fisika dan kimia air serta epidemi dari suatu penyakit. Untuk mencegah dan mengobati suatu penyakit maka perlu diketahui hal- hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit, cara cara dan dosispengobatan yang tepat agar diperoleh hasil yang baik.

UPAYA PENCEGAHAN
         Tindakan pencegahan terutama ditujukan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam tempat budidaya ikan,  atau mencegah meluasnya wilayah yang terkena serangan penyakit dalam upaya mengurangi kerugian produksi akibat timbulnya wabah penyakit.
Beberapa tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi kolam, alat-alat, ikan yang akan dipelihara serta lingkungan tempat budidaya.

a.  Sanitasi kolam
     Sanitasi kolam dilaksanakan melalui pengeringan, pemjemuran dan pengapuran dengan kapur tohor atau kapur pertanian sebanyak 50-100 gram/m yang ditebar secara merata dipermukaan tanah dasar kolam dan sekeliling pematang kolam. Setelah dikapur biarkan dalam keadaan kering selama 3-5 hari, baru kemudian kolam dipupuk dan diairi. Bahan lain yang bisa digunakan untuk sanitasi kolam diantaranya kalium permanganat (PK) yang ditebarkan pada kolam yang telah diairi sebanyak 10-20 gram/mair dan dibiarkan selama 2 jam, baru kemudian dimasukan air baru dan ditebari ikan setelah kondisi air normal kembali.

b.  Sanitasi perlengkapan dan peralatan.
Perlengkapan dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaaan suci hama, dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selam 30-60 menit. Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan memegang dan atau mencelupkan bagian tubuh kedalam media air pemeliharaan sebelum disuci hamakan.

c.  Sanitasi Ikan tebaran
Lele dumbo yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa dahulu. Bila menunjukan gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut harus dikarantinakan terlebih dahulu untuk diobati. Namun lele dumbo yang akan ditebar dan dianggap sehat pun, sebelum ditebar sebaiknya direndam dahulu dalam larutan PK dengan dosisi 20 gr/m3 air, atau dalam larutan methylin blue 20 ppm, atau dengan formalin 1cc/10 liter air, masing – masing selama 10 -15 menit. Bila sanitasi ikan tebaran akan menggunakan obat-obatan alami dapat dilakukan dengan cara merendam lele dumbo yang akan di tebar dalam ektrak cair sambiloto dengan dosis 25 ppm, atau dalam ektrak cair rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm atau dapat juga menggunkan ektrak cair daun dewa dengan dosis 25 ppm, perendaman masing masing selama 30 -60 menit. 

d. Menjaga lingkungan tempat budidaya
     Upaya perlindungan gangguan dari penyakit lele dumbo adalah dengan menjaga kondisi lingkungan atau kondisi ekologis perairan dengan cara setiap kolam /bak pemeliharaan lele dumbo diusahakan mendapat air yang baru dan masih segar, telah melalui sistem filtrasi dan diusahakan agar bahan- bahan organik seperti sampah yag memungkinkan masuk kedalam kolam sedapat mungkin dihindari.

UPAYA PENGOBATAN
Gejala –gejala klinis
         Manifestasi klinis dari proses penyakit, baik yang infektif maupun non infektif dalam suatu populasi sering menunjukan tanda-tanda/petunjuk pertama terhadap suatu masalah penyakit walaupun ikan jarang atau hampir tidak pernah memperlihatkan tanda-tanda yang menciri (Pathogonomonic) oleh karena itu diagnosa yang tepat berdasarkan gejala klinis membutuhkan pengalaman dan keterampilan mengobservasi berbagai perubahan klinis. Beberapa perubahan atau tanda-tanda klinis yang perlu diamati antara lain tingkah laku, sikap, keseimbanga warna reflex, pergerakan, pernapasan, kerusakan / luka-luka pada kulit luar dll.
a.    Tingkah laku
         Lele dumbo yang sakit biasanya memperlhatkan tingkah laku menyimpang, misalnya sering menggosok-gosokan badannya pada benda- benda yang ada didalam kolam seperti batu, tanaman air atau kepinggiran kolam/ pematang. Pada kasus lain, ikan lele kehilangan keseimbangan tubuh sehingga gerakannya seprti tidak terkontrol, dan pada ahirnya ikan lele diam didasar kolam dengan sirip dada terbuka atau sekali-kali muncul kepermukaan air seperti menggantung. Ada pula lele sakit yang membuka kedua tutup insangnya lebih lebar dari biasanya, prekuensi pernafasannya meningkat dan tampak terengah-engah. Selain itu ada yang menunjukan gejal mogok makan akibat  kehilangan nafsu makan.

b.   Kelainan warna tubuh
         Jika tubuh lele dumbo mulai terlihat pucat maka harus dicurigai karena kemungkinan sudah mulai ditempeli parasit tertentu. Namun perubahan warna tubuh bisa juga disebabkan stress akibat terjadinya intesitas cahaya gelap keterang. Jika hal ini terjadi biasanya warna lele dumbo kembali normal  dalam waktu yang tidak terlalu lama. Perubahan warna juga sering terjadi jika lele dumbo dalam keadaan takut atau sesaat setelah atau sebelum memijah. Dengan demikian berdasarkan kejadian tersebut, maka perubahan warna pada lele dumbo dapat dianggap sebagai gejala dari suatu penyakit bila tidak ada penyebab lain seperti takut, stress atau setelah dan sebelum memijah. Perubahan warna yang disebabkan oleh penyakit biasanya belangsung lama atau bersifat permanen.

c.    Produksi Lendir
         Lele dumbo yang sakit seringkali memproduksi lendir yang berlebihan. Hal ini cukup terlihat jelas karena lele dumbo berwarna gelap. Produksi lendir yang berlebihan biasanya disebabkan oleh parasit yang menyerang bagian kulit. Banyaknya lendir tersebut tergantung pada intensitas serangan penyakit.


d.   Kelainan bentuk organ tubuh.
13
 
         Serangan tertentu dapat juga menimbulkan kelainan pada organ –organ tubuh tertentu, misalnya terdapat bintik –bintik putih atau merah pada bagian sirip, sisik atau bagian tubuh lainnya. Kelainan bentuk juga dapat terjadi bila serangan sangat hebat dan terjadi infeksi yang parah sehingga mengakibatkan tonjolan – tonjolan   semacam tumor pada insang, mata dan bagian kepala.  

Cara dan teknik mengobati ikan sakit
Tindakan penanggulangan penyakit ikan melalui pengobatan diupayakan agar lele dumbo sembuh tanpa membahayakan keselamatannya karena keracunan obat. Untuk itu perlu diketahui gejala – gejala umum yang timbul kemudian dilakukan diagnosis  untuk menemukan faktor penyebabnya. Setelah itu barulah ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara pasti faktor penyebabnya diketahui kemudian ditentukan pula jenis obat yang akan digunakan serta dosisnya yang tepat sehingga tercapai efesiensi penggunaan obat dan efektifitas pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan yang dianjurkan dan biasa diterapkan dalam mengobati ikan terinfeksi suatu penyakit antara lain
a. Pencelupan
         Pencelupan adalah cara pengobatan menggunakan obat obatan alami atau bahan kimia  pada konsentrasi tinggi ( ratus atau ribuan ppm) dan waktu pengobatan sangat pendek. ( 30 detik ) Pengobatan dengan cara pencelupan biasanya menggunakan larutan obat dengan konsentrasi tinggi ( daya racun tinggi ). Bila kondisi ikan sudah terlalu lemah sedang daya racun obat sangat tinggi. Maka ikan bisa mati.Untuk pengobatan cara ini,  lele dumbo yang terinfeksi ditangkap menggunakan serok kemudian lele bersama serokannya dicelupkan kedalam larutan obat yang telah disiapkan selama 30 - 60 detik.  Lele dumbo yang telah diobati dipindahkan ketempat penampungan sambil diberi airasi dan air mengalir.
b.  Perendaman
Pengobatan ini adalah dengan cara memandikan ikan – ikan yang sakit dalam suatu larutan obat tertentu dengan konsentrasi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam waktu antara 15 -60 menit. Teknis pengobatan dengan cara peandian yaitu ikan – ikan yang terinfeksi di kumpulkan dan secara langsung dimasukan/dilepaskan kedalam larutan obat yang telah disediakan setelah mencapai batas waktu yang telah ditentukan ikan ditangkap kemudian dipindah ketempat penampungan sementara dengan aliran air bersih.
c. Perendaman
         Pengobatan melalui perendaman biasanya menggunakan larutan obat tertentu pada konsentrasi relatif rendah, waktu yang digunakan untuk perendaman cukup panjang yaitu sampai 24 jam. Pengobatan dengan teknik perendaman ini dilakukan 3-5 kali berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali selesai mengobati, ikan dipindahkan ketempat yang berisi air bersih sambil diberi pakan.
d.  Usapan / Olesan.
         Pengobatan ini biasanya hanya dilakukan pada lele dumbo yang luka. Lele dumbo yang luka diolesi obat tepat pada bagian yang luka, selanjutnya dipindahkan ketempat berair mengalir agar sisa obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci.
e.  Pemberian pakan.
         Pengobatan ini terutama ditujukan bagi lele dumbo yang terinfeksi bakteri pada organ tubuh bagian dalam. Obat yang akan digunakan dicampur kedalam pakan ikan sesuai dosis yang dianjurkan. Pakan yang telah dicampuri obat diberikan kepada lele dumbo yang akan diobati sebanyak 2-3% biomas, diberikan 3 kali perhari.

JENIS-JENIS OBAT
A. OBAT ALAMI/TRADISIONAL
1.    Kunyit  (Curcuma longa Linn)
*      Nama daerah: Kunyir, Koneng, Kunyit, Alawahu, Nikwai Pagidon.
*      Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Bau khas aromatik, rasa agak pahit, sedikit pedas, tidak beracun. Berkhasiat sebagai anti radang ( anti inflamasi) dan anti bakteri.
*      Kandungan kimia : Rimpang mengandung minyak atsiri 3-5 %, turmeron, zingberene, sesquiterpen, alkohol pati , tanin dan damar.
*      Cara pemakaian : Perendaman dan oles.

2.    Lengkuas (Alpinia galanga L willd)
*      Nama daerah : Langkueh, halawas, lengkuas, lawas, laja, langkuwasa.
*      Sifat kimiawi dan efek farmakologis: Rasanya pedas dan hangat. Berkhasiat untuk, menetralkan racun, Meningatkan napsu makan( stomakik) dan sebagai obat jamur kulit.
*      Kandungan kimia: Rimpang mengandung minyak atsiri 1% metilsinamat, kamfer, galangin dan eugenol. Sedangkan buah mengandung, methyl ether, kaemferide, galangin dan dimethoxyflavone.
*      Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles.

3.    Daun Dewa ( Gynura pseudochina DC.)
*      Nama daerah : Beluntas cina, Daun dewa.
*      Sifat kimiawi dan efek farmakologis Daunnya dapat dikonsumsi dengan cara dilalap atau dijus. Berkhasiat sebagai anti radang, Penghilang nyeri (analgesik), obat luka bakar, luka bekas gigitan hewan berbisa, anti kanker dan peradangan pada jaringan tubuh.
*      Kandungan kimia: Batang, daun dan umbinya mengandung minyakatsiri, saponin , teranoid, tanin dan tekalora.
*      Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles.

4.    Mahkota dewa (phaleria macrocarpa)
*      Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Jika dikonsumsi manusia dalam keadaan segar bisa menyebabkan keracunan. Berkhasiat untuk mengobati kanker, anti oksidan, bersifat analgesik, antipiretik, dan anti radang.
*      Kandungan kimia: Daging buah dan cangkang biji mahkota dewa mengandung alkaloid, flavonoid, senyawa politenol dan tanin.
*      Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles.
*     
19
 
Berhasiat sebagai penambah napsu makan, menetralisir racun ( anti toksik), menghilangkan gumpalan darah dan mengobati cacing ( Vermifuge ).
*      Kandungan Kimia : Batang dan daun mengandung : Minyak atsiri, tanin, lemak, phytosterol dan calcium oxalate.
*      Cara pemakaian :  melalui perendaman atau dioles

6.      Jarak Ulung ( Jatropha gossipifolia L )
*      Nama daerah  : Jarak kosta merah, Jarak cina, jarak ulung.
*      Sifat kimiawi dan efek farmakologi : Getahnya bersabun, biji mengandung minyak. Bagian yang bisa dipakai adalah daun dan biji. Berkhasiat untuk meningkatkan napsu makan, mengobati pembengkakan dan penyakit kulit.
*      Kandungan kimia. : Akar mengandung  alkaloid. Daun dan batang mengandung  tanin, calcium oxalate, dan sulfur.
*      Cara pemakaian : Perendaman dan oles
17
 
 


Cara membuat obat alami/tradisional.
a.      Ekstrak.
         Ekstrak adalah obat alami dalam bentuk kering, kental atau cair yang dibuat dengan cara mengambil sari simplisia (bahan obat ) menurut cara yang cocok tanpa pengaruh cahaya matahari langsung. Wadah untuk menyari, merendam atau merebus simplisia bisa berupa panci stainlees atau toples kaca dan pengaduk dari kayu. Sedangkan simplisia yang digunakan berupa daun, buah, batang maupun rempang yang masih segar atau simplisia yang telah dikeringkan dan telah diawetkan sebelumnya.
         Salah satu cara ekstraksi yang biasa dilakukan adalah dengan cara memasak air sampai mendidih, kemudian simplisia direbus selama sekitar 30 menit. Selanjutnya bahan rebusan tersebut disaring dengan kain atau kawat kasa. Setelah itu air rebusan di panaskan lagi sampai mengental, dan didinginkan.
            Ekstrak ini merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat dalam bentuk serbuk atau dalam bentuk salep/krim atau dapat juga digunakan langsung untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian maupun pengusapan/oles dengan cara mencampur dengan air bersih sesuai dosis yang dianjurkan.
b.      Obat serbuk     
         Obat serbuk dibuat dengan cara mencampur ekstrak kental dengan saccarum lactis ( gula susu), sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan yang dapat dibentuk lempengan. Selanjutnya lempengan tersebut di jemur sampai kering lalu digiling dan hasil gilingannya disaring dengan kawat kasa sehingga didapatkan serbuk halus yang berukuran seragam.
         Obat serbuk ini dapat digunakan untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian, pengolesan dan pengobatan melalui pakan.

c.       Obat oles ( krim/ Lulur )
         Obat oles biasanya berupa salep yang merupakan campuran minyak tumbuhan dengan bahan-bahan yang telah berbentuk ekstrak. Minyak tumbuhan yang digunakan untuk mencampur adalah minyak kelapa atau minyak zaitun dicampur bahan pengemulsi(emulgator) seperti gom arab, acacia dan tragacanth. Pembuatannya dilakukan dengan cara mencampur, minyak, ektrak kental dan emulgator dengan perbandingan 2 : 4 : 1 diaduk dengan cepat hingga menjadi bentuk krim emulsi. Pembuatan obat oles ini tidak boleh dipanaskan karena dapat memisahkan minyak dan air yang telah bercampur. Krim atau lulur ini dapat digunakan untuk pengobatan luka atau borok yang terinfeksi bakteri atau parasit. Dengan cara dioleskan tepat pada bagian yang luka.
d.      Ramuan
          Ramuan adalah campuran berbagai macam bahan obat-obatan segar atau yang telah diawetkan untuk mengobati penyakit tertentu, sehingga perbandingan jumlah bahannya disesuaikan dengan kebutuhan kandungan bahan kimia dalam bahan yang akan digunakan. Cara pembuatanya, semua bahan dirajang kecil-kecil kemudian direbus hingga air rebusan tersisa separuhnya. Air rebusan tersebut selanjutnya digunakan untuk pengobatan.

OBAT KIMIA
         Obat-obatan kimia yang lazim digunakan dalam pengobatan penyakit ikan banyak sekali jenisnya. Ada yang berbentuk serbuk ada pula yang berbentuk cairan. Semuanya merupakan bahan kimia. Berdasarkan sifatnya jenis-jenis obat obatan tersebut dapat dikelompkan menjadi  obat anti biotik, desinfektan , insektisida obat oles dan obat obat lain.
a.      Obat serbuk
         Umumnya obat antibiotik digunakan untuk penyakit bakterial yang diaflikasikan dengan cara perendaman, penyuntikan maupun pengobatan melalui pakan. Contoh obat antibiotik adalah Tetrasiklin. Kemisitin, oksitetracyclin hcl, streptomisin, sulfamerizin sulfanomid.
b.      Obat oles
         Obat oles yaitu obat- obatan yangdigunakan manusia terutama untuk mengobati luka luka. Obat ini berbentuk cairan, penggunaannya dalam pengobatan ikan harus diencerkan dahulu hinga sepuluh kali. Cara penggunaannya dioleskan dengan bantuan kapas tepat pada luka ditubuh ikan yang terinfeksi penyakit bakterial atau parasit lainnya yang bisa menyebabkan luka atau borok pada tubuh ikan. Contohnya adalah obat merah ( jodium tinktur, mercurochrome ) kecuali itu ada lagi bedak talk yang penggunaannya juga dioleskan, terutama untuk melepaskan jenis ektoparasites seperti argulus sp, yang menempel ketat pada tubuh ikan.

c.       Obat- obat lain
         Justru obat- obatan inilah yang paling sering dimanfaatkan dalam pengobatan lele dumbo, sebagian besar berbentuk serbuk, bersifat racun, dan harganya relatif mahal. Obat ini mudah diperoleh ditoko- toko kimia atau di afotik. Obat – obat dimaksud yang sudah dikenal luas adalah malchyt green, methyline blue, cooper sulfat, PK, rivanol, bromex, formalin, Hcl quinine, Chinine trifaplafin, garam amonia dan kalium bikromat.

JENIS  PENYAKIT LELE DUMBO
         Bila dilihat berdasarkan biotaksonominya, parasit penyebab penyakit pada lele dumbo, digolongkan dalam dua golongan yaitu zoo-parasites dan Phytoparasites.
Zoo parasites
         Parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam dunia hewan   ( animal kingdom) diantaranya sebagai berikut.
a.      Cyclochaeta ( Trichodina sp )
         Cyclochaeta atau lebih dikenal dengan Trichodina, berkembang biak dengan cara membelah diri dan selama hidupnya berada pada tubuh ikan. Bagian bawahnya terdapat mulut yang dilingkari suatu alat dari zat kitin berjumlah 20 – 30 buah, berfungsi sebagai alat untuk menempel pada tubuh atau insang, sekaligus sebagai alat pengisap. Parasit ini sering menempel pada lele yang telah terjangkit parasit lain. Bagian badan yang diserang  menjadi
pucat, terkadang disertai dengan pendarahan. Bagian tubuh yang terinfeksi banyak mengeluarkan lendir
*              Siklus hidup
         Berdasrkan siklus hidupnya ,cyclochaeta termasuk parasit onligat yaitu selama hidupnya berfungsi penuh sebagai parasit dan tidak pernah melepaskan diri dari inangnya ( ikan ) sehingga parasit ini tidak bisa hidup tanpa ikan. Penularannya akan terjadi apabila ada kontak langsung antara ikan yang terjangkit dengan ikan sehat
*              Gejala infeksi
         Tubuh lele dumbo bagian luar yang terkena infeksi menjadi pucat, banyak mengeluarkan lendir, serta kemerah merahan karena terjadi pendarahan. Warna tubuh pucat dan tingkah laku tidak normal   ( ikan menjadi lemah terjadi penurunan berat tubuh, terjadi iritasi pada kulit )
*              Pencegahan       : Memelihara kondisi lingkungan, Kolam didesinfekstan sebelum penebaran ikan. Kalau memungkinkan, copepoda harus dihambat agar tidak masuk kekolam. Populasi lele dumbo dijaga serendah mungkin, makanan harus tersedia dalam jumlah dan mutu yang cukup

b.      Bintik Putih (white spot)
         Parasit ini sering dijumpai pada lele dumbo dan terlihat seperti bintik- bintik putih sehingga disebut penyakit bintik putih ( White spot). Parasit tersebut menyerang lele dumbo secara berkelompok membentuk koloni yang bersarang pada lapisan lendir kulit, sirip hingga lapisan insang.
         Parasit yang dapat menyebabkan pendarahan ini termasuk protozoa yang sangat ganas, sesuai namanya ichtioptirius berarti penghancur ikan, yang mampu berkembang biak dalam waktu yang sangat singkat.
*              Siklus hidup
         Didaerah tropis siklus hidup nya lebih pendek dari pada didaerah sub tropis ( sedang) . Metabolismenya sangat cepat pada suhu yang hangat sehingga perkembang biakannya pun pesat sekali. Penyakit
Bintik putih agak sulit diberantas karena pada tahap parasiter hidup terbungkus selaput sel lendir ikan. Larutan obat tidak akan meresap mengenai parasit tanpa merusak selaput lendir ikan. Namun demikian cara memutuskan siklus hidupnya, parsit ini dapat diberantas secara efektif.
         Siklus hidup Ichtyoptihirius multifilis dibagi menjadi empat fase yaitu :
1.      Fase parasiter , ketika hidup pada ikan
1.             Fase pra kista : Setelah dewasa dan melepaskan diri dari tubuh ikan, tetapia belum membentuk kista
2.             Fase kista : Selama terjadi proses membelah diri, terbungkus dinding lendir  melekat padaa suatu benndda didalamair.
3.              Fase paskakista : Berupa benih- benih parasit yang baru keluar dari kista.
         Pada fase parasiter parasit ini melekat padad tubuh ikan selama lebih kurang 8 hari, setelah itu melepaskan diri dan hidup bersifat planktonis ( melayang-layang) didalam air untuk beberapa saat lamanya. ( fase prakista). Saat itulah kesempatan paling tepat untuk mengobati lele yang sakit sekaligus membunuh parasit. Kesempatan kedua terjadi pada saat parasit baru keluar dari kista dan masih berupa benih parasit ( fase paskakista)
*              Gejala Infeksi
         Bagian tubuh lele dumbo yang menjadi sasarannya adalah sel- sel pigmen, sel- sel darah, dan sel- sel lendir. Bila yang diserang bagian kepala, terutama permukaan insang, lele dumbo biasanya megap- megap seperti sesak nafas, lama kelamaan mati. Serangan yang ringan pada selaput lendir mengakibatkan lele gatal- gatal, jika serangan
menghebat tak jarang terjadi pendarahan. Sering juga terjadi lele dumbo yang diserang penyakit bintik putih banyak mengeluarkan lendir, tubuhnya pucat, serta pertumbuhannya lambat.Terjadi iritasi, lele menggosok gosokan tubuhnya ketepi kolam. Pada lele dumbo yang terinfeksi lebih lanjut, akan terlihat meloncat loncat kepermukaan air dan megap megap untuk mengambil udara, nafsu makan berkurang, terjadi perubahan warna, geraka nmenjadi lamban dan tidak responsip terhadap rangsangan.

Penyakit bakteri
a.      Aeromonas ( Bercak merah)
         Bakteri Aeromonas termasuk patogen terhadap ikan. Dari genus aeromonas terdapat 3 spesies yaitu Aeromonas punctata, Aeromonas Hydrophilla  dan Aeromonas liquifaciens.
29
 
         Terlepas dari adanya perbedaan dalam hal klasifikasi, yang jelas bakteri terdapat di dalam tanah maupun didalam alat pencernaan ikan. Habitatnya adalah air tawar terutama yang mengandung kadar bahan organik tinggi. Khusus bakteri Aeromonas hydrophillabiasanya merupakan
penyerang kedua setelah terinfeksi parasit lain ataujika ikan menderita stress.
*              Gejala Infeksi
         Ikan  lele yang terserang bakteri Aeromonas warna tubuhnya berubah menjadi gelap, kulitnya kesat karena kehilangan banyak lendir diikuti pendarahan dan luka/borok. Selain itu ikan berenang sangat lemah , napasnya megap- megap,sering timbul atau menggantung  dipermukaan air. Bila menyerang organ dalam biasanya ginjal dan limpanya bengkak atau terkadang terjadi pendarahan
Faktor penunjang : Kualitas air buruk, terutama bila bahan organik tinggi karena perubahan musim. Temperatur air berfluktuasi tinggi antara siang dan malam serta kadar oksigen sangat rendah.
*              Pencegahan      
 -       Sanitasi air dan wadah/kolam.
-           Desinfeksi peralatan
-           Karantina ikan yang baru

Phyto-parasites
         Phyto- parasites adalah parasit yang secara biotaksonomi tergolong dalam dunia tanaman ( plant kingdom ). Dari golongan phyto parasites terdapat dua genus jamur ( fungi) yang paling dikenal didunia perikanan yaitu jamur achliya dan saprolegnia.
         Kedu parasit ini memiliki bentuk yang hampir sama yaitu menyerupai benang- benang halus. Jamur achliya dan saprolegnia cukup berbahaya bagi benih dan telur ikan. Ikan dewasa yang badannya mengalami luka fisik juga akan mudah menjadi mangsa parasit ini.

*              Siklus hidup
         Meskipun siklus jamur ini belum diketahui secara pasti, tetapi wabah achliya dan saprolegnia umumnya terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan organik terutama bila sedang terjadi proses pembusukan. Dalam keadaan suhu relatif rendah, serangannya juga bisa menghebat. Ikan yang tubuhnya lemah atau menderita luka akibat  terkena serangan parasit lain akan cepat dijangkiti jamur ini sebagai infeksi kedua.
*              Gejala infeksi
         Ciri khas akibat serangan jamur pada badan lele dumbo terdapat benang – benang halus berwarna putih seperti kapas. Kalau tidak segera ditangani lama kelamaan lele dumbo menjadi kurus dan akhirnya mati karena jamur mampu menerobos kulit bagian dalam terus masuk keotot daging bahkan sampai ketulang. Sasaran penyakit jamur bukan saja benih atau ikan dewasa tetapi telur pun sangat mudah terinfeksi. Penyerangan terjadi terutama pada lele yang sebelumnya sudah terjangkit parasit lain atau mengalami luka fisik sehingga penyerangan jamur ini merupakan infeksi kedua. Mewabahnya penyakit ini sering terjadi pada kondisi lingkungan yang banyak mengandung bahan-bahan organik dan sedang terjadi pembusukan. Serangannya sangat menghebat bila terjadi penurunan suhu air.

PENGOBATAN/PENGENDALIAN PENYAKIT

NO
JENIS PENYAKIT
PENGOBATAN/PEMBERANTASN
ALAMI
KIMIA
1
Tricodina/
cyclochaeta
1. Perendaman dalam  20 gr serbuk sambiloto dalam 100 liter air bersih selama 12 jam. Sebanyak 3 kali berturut – turut selama 3 hari. 
1. Dimandikan dalam larutan garam dapur (NaCl) 2.5 % atau 2.5 gr Na CL dalam 100 ml Air bersih sebanyak 3 kali berturut – turut selama 3 hari


2. Perendaman dalam ramuan, buah mahkota dewa 20 gram, Rempang kunyit 30 gram dan daun miana 25 gram. Semua bahan direbus dalam 1 liter air sampai tersisa 500 cc. Air rebusan dicampur 100 liter air bersih untuk peren daman selama 24 jam. Pengobatan dilakkan 3 kali berturut-turut.
2. Perendaman dengan formalin konsentrasi 25 mg/l atau 2,5 gr formalin dalam 100 liter air bersih. Perendaman dilakukan selama 10 menit ditempat yang teduh. Pengobatan diulangi 2 -3 kali dalam jangka waktu 2-3 hari.
2
Bintik Putih  (white spot)
1Perendaman dengan serbuk kunyit 50 gram dalam air 100 liter, dengan suhu air 28-30oC selama 24 jam. Pengobatan dilakukan 3 kali berturut-turut. 
1.Perendaman dalam larutan metil biru 0.gr dalam 100 ml air bersih Masukan ikan yang sakit dan biarkan selama 24 jam



2. Perendaman dalam ramuan segar daun dewa 30 gram, daun sambiloto 25 gram, buah mahkota dewa 30 gram dan daun jarak ulung 25 gram. Semua bahan direjang kecil-kecil, direbus dalam air 1 liter sampai tersisa 500 cc. Air rebusan dicampur 100 liter air bersih dengan suhu 28-30oC. Untuk perendaman selama 24 jam. Pengobtan dilaku kan 3 kali berturut-turut.
2. Perendaman dalam larutan chinine tripaflavin dan vinanol, dosis nya 10 ppm ( 10 mg/l air ) selama tiga hari berturut turut. menit.


3
Aeromonas (Bercak merah)
1. Perendaman dalam ekstrak cair lengkuas 25 ppm selama 24 jam. Perendaman dilakukan berulang-ulang sampai ikan sembuh.
1. Perendaman dalam nitrofuran 5-10 ppm selama 12-24 jam.



2. Perendaman dalam irisan buah mahkota dewa segar sebanyak 40 gram dalam air 100 liter selama 24. jam. Pengobatan dilakukan berulang-ulang.
2.Perendaman dalam PK 10 – 20 ppm selama 30-60 menit atau 3-5 ppm selama 12-24 jam



3. Ramuan serbuk daun dewa 15 gram, serbuk daun sambiloto 20 gr dan serbuk daun jalak ulung  15 gram dicampur dalam setiap  kilogram makanan. Diberikan selama 1-2 minggu sebanyak 3% biomas/hari.
3.Perendaman dengan oxytetra cyclin 5 ppm selama 24 jam, imequyl 5 ppm selama 24 jam, bytril 5-8 ml/m3 selama waktu tak terbatas.
4
Phyto-parasites/ jamur
Telur yang akan ditetaskan direndam terlebih dahulu dalam ekstrak cair sambiloto sebanyak 25 gram, atau ekstrak cair daun miana sebanyak 25 gram dalam air 100 liter selama 60 menit.
Telur yang akan ditetaskan sebaiknya direndam dahulu dlm larutan malachite green 0.15 ppm selama 30 -60 menit. Larutan tersebut dapat dibuat dari 150 mg malachyte green dicampur kedalam 1000 l air bersih


2. Untuk lele berukuran besar dapat diobati dengan olesan obat oles/krim daun dewa, atau krim sambiloto. Sebelum dioles, terlebih dahulu jamur dicabut atau dipotong dari tubuh ikan.
3.Olesan bisa dilakukan pada ikan berukuran besar dengan obat merah 2 % yang diencerkan 10 kali ( 1 bagian obat dicampur dengan 9 bagian air )

DAFTAR PUSTAKA
Darti S.L , Penyakit ikan hias, Penebar swadaya, Jakarta
Prihartono Eko, Juansyah R, dan Usni Arie, Mengatasi Permasalahan   Budidaya Lele dumbo. Penebar swadaya, cet 3, Jakarta   2001.
Susanto, H. Ikan Lele. Kanisius Yogyakarta
Sudewo, Bambang. Tanaman Obat Populer, Agro Media Pustaka, Jakarta. 2004.

Syambas M. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lele Dumbo Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.