Selasa, 11 September 2018

FORMULASI PAKAN IKAN DENGAN METODE SEGI EMPAT PEARSON'S

Kandungan protein beberapa bahan baku pakan ikan berdasarkan tabel analisa proksimat:
1. Tepung ikan = 64,1%
2. Tepung Jagung = 7,8%
3. Tepung Dedak = 13,3%
4. Tepung Kelapa Kopra = 20,50%
5. Dedak = 13,3%)
6. Butiran Jagung = 9,0%
7. Butiran Sorgum = 11,0%
8. Butiran Gandum = 11,9%
9. Butiran Kacang hijau = 24,2%
10. Butiran Kacang kedele = 37,0%
11. Butiran Kacang tanah = 30,0%
12. Butiran Kacang gude = 22,3%
13. Butiran Biji karet = 17,5%
14. Butiran Biji kecipir = 29,8%
15. Bekatul = 10,2%
16. Dedak gandum = 11,8%
17. Tepung bulu unggas = 86,5%
18. Tepung daging bekicot = 60,9%
19. Tepung rese = 33,21%
20. Molase = 5,4%
21. Tepung tulang = 12,0%
22. Tepung darah = 80,1%
23. Tepung gaplek = 1,5%
24. Tepung daun ubi kayu = 29,0%
25. Tepung daun lamtoro = 23,2%
26. Tepung daun pepaya = 23,5%
27. Tepung daun turi = 31,7%
28. Susu bubuk = 35,0%
29. Bungkil kelapa = 20,5%
30. Bungkil kedele = 41,7%
31. Bungkil kacang tanah = 40,2%
32. Bungkil biji kapok = 27,4%
Cara Perhitungan Formulasi Pakan menggunakan pedoman Protein dengan Metode Pearson’s Square
Perkiraan Protein yang akan digunakan sebesar 28% untuk 10 Kg Pakan
Bahan Utama : - Tepung Ikan 64,1%
Bahan Penunjang : - Tepung Jagung 7,8% - Dedak 13,3%
Bahan tambahan : - Minyak sawit 3% - Tapioka 15% - Mineral Mix 2% - Vitamin mix 2%
 Jumlah Bahan Tambahan = 22%
 Jumlah Utama = 78%
 Protein yang harus disediakan dari T.Ikan, T.Jagung, Dedak. 28% - 0,135 = 27,865% 0,135 berasal dari kandungan tapioka berdasarkan analisa proksimat 0,9 X 15% = 0,135
 Prosentase Kadar protein dari total berat kontribusi T.Ikan, T.Jagung, Dedak. 27,865 X 100% = 35,72% 78
 Berdasarkan tabel analisa proksimat kandungan protein pada :
Tepung ikan = 64,1%
Tepung Jagung = 7,8%
Tepung Dedak = 13,3%
T. Jagung + T. Dedak = 21,1 : 2 = 10,55%
Maka cara perhitungannya :
Catatan : Jumlah antara sebelah kanan dan kiri harus sama
Jumlah perhitungan diatas untuk mendapatkan protein dari tepung ikan, tepung jagung, dedak maka dihitung dengan cara : 25,17 X 100% = 47,00% 53,55 28,38 X 100% = 53,00% 53,55
Setelah semua perhitungan diatas didapatkan maka jumlah bahan yang harus ditimbang untuk membuat 10 kg pakan ikan yaitu :  Tepung ikan 47% 0,47 X 0,78 X 10 Kg = 3,666 Kg  Tepung jagung 53% x 0,5 = 26,5% 0,265 X 0,78 X 10 Kg = 2,067 Kg  Dedak 53% x 0,5 = 26,5% 0,265 X 0,78 X 10 Kg = 2,067 Kg  Minyak sawit 3% 0,03 X 10 Kg = 0,3 Kg  Tapioka 15% 0,15 X 10 Kg = 1,5 Kg  Mineral Mix 2% 0,2 X 10 Kg = 0,2 Kg  Vitamin Mix 2% 0,2 X 10 Kg = 0,2 Kg
Untuk membuktikan nilai kandungan protein formulasi adalah 28% :  T. ikan = 3,666 Kg X 10 Kg X 64,1% = 23,5  T. Jagung = 2,067 Kg X 10 Kg X 7,8% = 1,6  Dedak = 2,067 Kg X 10 Kg X 13,3% = 2,8  Tapioka = 1,5 Kg X 10 Kg X 0,9% = 0.1
Sumber : BBAT Mandiangin, 2012

Minggu, 09 September 2018

PEMELIHARAAN INDUK IKAN LELE

Cara pembenihan ikan lele bermula dari cara penanganan indukan lele. Induk lele dapat dipelihara di berbagai wadah seperti kolam tanah, kolam terpal, ataupun tembok. Poin pentingnya bukan pada wadah tetapi ada pada pengelolaan kualitas air yang baik. Induk lele sebaiknya dipisahkan antara jantan dan betina. Jika anda hendak membeli induk lele biasanya perpaket berisi 15 ekor (jantan 5 dan betina 10 ekor).
Pemberian Pakan Induk Lele
Induk lele memerlukan asupan protein yang baik, menurut SNI pakan lele yang baik mengandung tidak kurang dari 30%. Pakan diberikan sehari 2 kali yaitu pagi dan sore/malam. Dosis pemberian pakan minimal 3% dari total berat induk dalam kolam.
Misal : Jumlah berat induk (kg) x Dosis Pakan
: 100 Kg induk x 3%
: 3 Kg Pakan perhari, pagi 1,5kg dan sore/malam 1,5kg.
Sangat disarankan induk lele diberikan pakan khusus ikan lele yang telah ber-SNI atau unit pakan mandiri yang telah teruji baik laboratorium maupun testimonial pengguna. Suplemen biasanya pada pakan dibibiskan vitamin E untuk memperbaiki kualitas dan kuantitas telur.
Kepadatan Induk Lele
Kepadatan induk lele yang dipelihara diusahakan tidak melebihi 5 ekor/m2 hal ini dikarenakan indukan memerlukan ruang yang cukup. Ruang yang cukup memberikan kondisi lingkungan yang mendukung. Misal : lahan 100 m2, maka bisa masuk induk 500 ekor. Kepadatan diatas diasumsikan ketinggian air berkisar antara 80-100 cm.
Jenis dan asal induk lele
Lele memiliki banyak strain/jenis. Di dalam dunia usaha pembenihan lele di Indonesia setidaknya beredar induk lele jenis berikut:
 Induk lele strain sangkuriang: berasal dari pemuliaan Balai Perikanan Besar Air Tawar (BPBAT) Sukabumi dan jenis ini dirilis oleh Presiden RI secara resmi.
 Induk lele strain mutiara: berasal dari Balai Sukamandi dan dirilis secara resmi oleh Presiden RI.
 Induk yang berasal dari perusahaan swasta: lele masamo, lele phyton, lele paiton, lele burma, dan sebagainya.
Pertanyaannya adalah pilih jenis strain yang mana? jawaban yang tepat adalah lakukan sedikit observasi di daerah dimana anda merencanakan membangun usaha anda. Anda bisa menanyakan testimoni kepada pembudidaya yang lebih senior, di daerah anda cocoknya jenis yang mana. Karena lokasi menentukan kecocokan indukan. Selain itu anda bisa menanyakan kepada penyuluh PNS perikanan di kecamatan anda.
Ciri induk yang baik yaitu anggota tubuh lengkap, tidak cacat, lincah, kulit mulus tidak luka, kumis tidak putus, dan agresif. Jika anda membeli induk di Balai pemerintah umumnya anda akan diberikan SKAI (Surat Keterangan Asal Induk).
SUMBER:
Kadarusman H., 2016. Cara Pembenihan Ikan Lele Lengkap. Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Tunas Mina Lestari, Bandung. Didownload dari laman http://benihikan.id/cara-pembenihan-ikan-lele/

Sabtu, 08 September 2018

Sarana Prasarana dan Keunggulan Budidaya Nila Sistem Bioflok

Sumber:
DJPB, 2018. Sarana Prasarana dan keunggulan Budidaya Nila Sistem Bioflok. Didownload dari laman http://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/DJPBSUKABUMI/INFOGRAFIS%20BIO%20NILA.jpg

Jumat, 07 September 2018

MEMILIH INDUK LELE SIAP MEMIJAH

CIRI INDUK LELE JANTAN
 Jika dilihat dari atas, jantan tampak panjang dan ramping
 Bentuk kelamin panjang dan menonjol
 Perut lurus/ramping.
CIRI INDUK LELE BETINA
 Bentuk kelamin bulat/oval
 Daging pada punggung umumnya lebih tebal
 Perut buncit jika di tekan terasa lembek.
MEMILIH INDUK LELE SIAP KAWIN (PIJAH)
Induk Lele Jantan Siap Kawin
 Kelamin menonjol
 Kelamin berwarna kemerahan
Induk Lele Betina Siap Kawin
 Perut buncit dan lembek
 Kelamin bulat dan memerah
SUMBER:
Kadarusman H., 2016. Cara Pembenihan Ikan Lele Lengkap. Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Tunas Mina Lestari, Bandung. Didownload dari laman http://benihikan.id/cara-pembenihan-ikan-lele/

Rabu, 05 September 2018

Pengawetan Ikan Menggunakan Biji Picung Beku

DESKRIPSI TEKNOLOGI

Biji picung (Pangium edule Reinw.) telah lama digunakan sebagai pengawet ikan oleh nelayan di daerah Banten, Jawa Barat, Sulawesi Utara, serta daerah lain yang sulit mendapatkan pasokan es. Dalam pemanfaatannya, nelayan biasa mencampurkan picung yang telah dicacah yang dicampur dengan garam, kemudian melumurkannya ke seluruh permukaan dan bagian rongga perut ikan. Dalam praktek, penggunaan picung ini dapat mengawetkan ikan selama beberapa hari.
Hasil penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa penggunaan 3 – 4 % picung yang dicampur dengan 2 – 3 % garam, dapat mempertahankan kesegaran ikan hingga 4 hari pada suhu ruang. Selain itu, secara in vitro ekstrak picung terbukti mampu mengambat pertumbuhan baik bakteri Gram positif maupun Gram negatif seperti Staphylococcus aureus, Pseudomonas fluorescens, Salmonella thypimurium, Enterobacter aerogenes dan Micrococcus lactis.
Hasil penelitian di laboratorium dan penggunaan secara tradisional di lapangan menunjukkan bahwa potensi pemanfaatan biji picung untuk menghambat proses ikan sangat terbuka luas. Meskipun demikian, masih terdapat beberapa kendala teknis dalam penggunaannya di lapangan. Di antaranya adalah waktu panen picung yang hanya sekali dalam setahun sehingga ketersediaannya terbatas pada musim tertentu; proses penyiapannya kurang praktis karena biji picung harus dipisahkan dulu dari cangkangnya lalu dicacah setiap akan digunakan. Selain itu, biji yang telah dipisahkan dari cangkangnya mudah berubah warna menjadi kecoklatan. Pencoklatan yang diakibatkan oleh aktivitas enzim fenol oksidasi di dalam biji picung ini menyebabkan penurunan daya pengawetan biji picung terhadap ikan segar, selain tentu saja akan mempengaruhi warna ikan yang diawetkan.
Oleh karena itu, diperlukan suatu teknologi yang dapat menjamin ketersediaan biji picung sepanjang tahun dalam bentuk yang praktis, mudah digunakan sekaligus memiliki daya pengawetan ikan yang tinggi. Pengawetan biji picung dengan cara pengeringan telah dicoba dilakukan, namun hasilnya tidak memuaskan karena biji picung menjadi coklat dan daya pengawetan terhadap ikan pun sangat berkurang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembekuan biji picung dapat menghambat kerja enzim yang berperan dalam proses oksidasi biji picung yang menyebabkan biji picung berwarna coklat. Kemampuan biji picung untuk mengawetkan ikan masih dapat dipertahankan meskipun disimpan dalam kondisi beku. Penggunaan biji picung beku pada ikan nila dapat memperpanjang daya simpan ikan hingga 3-4 kali lebih lama jika dibandingkan dengan ikan nila tanpa pengawetan. Ikan yang disimpan pada suhu ruang tanpa pengawetan hanya bisa bertahan selama 8-12 jam saja. Selain itu biji picung beku mempunyai daya anti bakteri khususnya E. coli dan S. aureus.
PENGERTIAN
Picung (Pangium edule Reinw) adalah tumbuhan yang tergolong Spermatophyta. Biji buah picung dalam bentuk terfermentasi dikenal sebagai keluwak adalah tanaman liar yang banyak ditemui di hutan pada ketinggian hingga 1.000m. Biji picung banyak mengandung asam sianida dan tanin, yang diyakini berfungsi sebagai bahan pengawet. Asam sianida bersifat antimikroba, tetapi dalam jumlah banyak dapat menyebabkan keracunan pada manusia. Meskipun demikian, penggunaan biji picung sebagai pengawet ikan tidak membahayakan kesehatan dan keselamatan konsumen karena asam sianida diketahui mudah menguap dalam suhu ruang.
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS
Persyaratan Teknis
Selama proses pengupasan dan pencincangan biji picung harus diusahakan agar proses pencoklatan dihindarkan dengan selalu menggunakan suhu rendah, mengurangi cahaya, dan bekerja cepat. Selama disimpan, biji picung beku diusahakan tetap dalam keadaan beku. Kemudian pada tahap pelelehan dan aplikasi, biji picung beku sebaiknya tidak terpapar langsung dengan sinar matahari. Konsentrasi biji picung beku yang digunakan untuk pengawetan ikan harus tidak melebihi konsentrasi yang dianjurkan.
Rincian teknologi
Teknologi penyiapan biji picung beku:
1. Penyiapan biji picung cincang (sebaiknya dilakukan pada ruang tertutup bersuhu rendah) :
 Buah picung dikupas kulitnya dan diambil bijinya
 Biji picung dibersihkan lalu dibuka dengan memecahkan kulitnya
 Bagian dalam biji picung dicungkil, dikumpulkan dan dicincang
2. Pengemasan biji picung cacah
 Biji picung cincang dikemas dalam kantong plastik berukuran ± 1 kg
3. Pembekuan: biji picung dalam kemasan plastik dibekukan pada suhu -10o s/d - 18°C selama beberapa jam, selanjutnya disimpan dalam keadaan beku
4. Aplikasi pada ikan
 Biji picung beku dilelehkan pada suhu ruang sebelum digunakan
 Konsentrasi yang disarankan sebanyak 4% dari bobot ikan segar, penggunaannya dapat dikombinasikan dengan garam sebanyak 1-2% dari bobot ikan
 Biji picung dilumurkan ke seluruh permukaan ikan dan dimasukkan ke rongga perut ikan yang telah disiangi isi perutnya. Perlu diperhatikan bahwa sejak pemanenan, biji picung harus dilindungi dari cahaya matahari, udara (oksigen) dan suhu tinggi. Proses produksi biji picung beku ini sebaiknya dilakukan secara bertahap, tanpa menunggu bahan baku terkumpul dalam jumlah banyak. Karena biji picung yang tidak segera dibekukan akan menjadi coklat dan daya awetnya menurun. Pada saat pendistribusian, biji picung beku harus dijaga dalam kondisi beku dan tidak terpapar sinar matahari.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI
 Biji picung beku sangat praktis karena tidak perlu memecahkan, mencungkil dan mencincang biji picung setiap akan mengawetkan ikan,
 Dalam keadaan beku dapat tersedia dengan daya pengawetan yang sama sepanjang tahun tanpa terkendala musim,
 Biji picung beku memang tidak lebih unggul dibandingkan pengawetan dengan suhu rendah/es yang hingga saat ini masih tidak tergantikan.
Akan tetapi teknologi ini memberikan solusi untuk daerah-daerah di mana refrigerasi/es tidak tersedia, seperti di daerah terpencil, yang masyarakatnya lebih banyak mengenal ikan asin daripada ikan segar.
 Teknologi ini dapat mencegah penyalah-gunaan bahan pengawet berbahaya seperti formalin untuk mengawetkan ikan.
 Mudah diterapkan dalam sistem usaha kelautan dan perikanan secara berkelanjutan seseuai dengan daerah pengembangan (ekologi, sosial budaya, ekonomi, teknis, infrastruktur, fiksal, hukum dan kelembagaan)
 Teknologi pengawetan biji picung dapat mendorong berkembangnya industri bahan pengawet alami yaitu biji picung beku, yang aman dan mudah digunakan di pusat-pusat penjualan ikan segar yang terpencil atau yang tidak terjangkau oleh pasokan es. Teknologi pembekuan ini dapat dintroduksikan kepada UKM atau koperasi nelayan yang berada di wilayah terpencil.
 Industri biji picung beku bahkan dapat mendorong pembudidayaan pohon picung, terutama di lahan kering atau lahan terlantar, sehingga produksi dapat ditingkatkan, karena saat ini ketersediaan biji picung masih terbatas karena masih mengandalkan tanaman yang ada di hutan/kebun dan tidak tersebar merata di seluruh Indonesia.
WAKTU DAN LOKASI REKOMENDASI
Aplikasi biji picung beku untuk pengawet ikan masih dilakukan pada skala laboratorium, karena belum ada investor yang tertarik untuk membuat biji picung beku.
Teknologi ini layak diterapkan di tempat pendaratan ikan yang terpencil dan susah mendapatkan pasokan es sebagai pengawet. Sasaran pengguna teknologi (pembuat biji picung beku dan pengguna biji picung beku dalam pengawetan ikan) adalah UKM atau koperasi nelayan terutama yang memiliki fasilitas mesin penyimpan dingin (beku.)
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
Tanaman picung mengandung asam sianida yang cukup besar jumlahnya baik pada batang, daun dan buahnya. Namun demikian, asam sianida bersifat mudah menguap bahkan pada suhu kamar sehingga akan hilang pada saat ikan dimasak, sehingga tidak beresiko terhadap kesehatan dan keselamatan konsumen.
KELAYAKAN FINANSIAL
Biaya pengawetan ikan menggunakan es memerlukan biaya sekitar 1000-3000 rupiah/kg ikan (tergantung lama penyimpanan), bila es ditambahkan terus menerus dapat mengawetkan ikan hingga 10-12 hari. Pengawetan dengan biji picung beku memerlukan sekitar 500 rupiah/kg ikan dengan daya awet 2-3 hari. Tanpa pengawetan, ikan akan busuk dalam waktu 8 jam. Biaya pengangkutan biji picung beku ke pusat pendaratan ikan jauh lebih mudah, lebih praktis dan lebih murah dibandingkan dengan pengangkutan es, atau pengangkutan biji picung segar yang masih bercangkang.
T I N G K AT K O M P O N E N D A L A M NEGERI
Bahan baku yang diperlukan, yaitu buah picung (Pangium edule Reinw.) merupakan tanaman asli Indonesia, banyak tersebar di hutan daerah dataran tinggi di beberapa wilayah Indonesia.
Sumber:
Heruwati E. S., Rachmawati N., dan Hermana I., 2013. Pengawetan Ikan Menggunakan Biji Picung Beku. Buku Rekomendasi Teknologi Kelautan dan Perikanan 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan – Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta.