Sabtu, 27 Januari 2018

MEMAHAMI KONSEP MAKANAN IKAN DAN ILMU PENDUKUNGNYA

Dalam memberikan makanan ikan, pelaku budi daya harus memahami karakteristik ikan sehingga makanan tersebut dapat termakan, dicerna, dan dapat menghasilkan energi untuk pertumbuhan. Untuk itu, sangat penting bagi pembudidaya ilmu makanan ikan dan pendukungya.

A. Arti Penting Makanan Bagi Ikan
Salah satu ciri makhluk hidup yang membedakan dari benda mati adalah terjadinya proses metabolisme, yaitu proses pertukaran molekul yang berlangsung secara terus-menerus. Pertukaran molekul tersebut dapat terjadi di antara bagian-bagian tubuh makhluk hidup itu sendiri dan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Proses metabolisme terdiri dari 2 proses, yaitu proses anabolisme dan katabolisme. Anabolisme merupakan proses pembentukan (sintesis) bahan-bahan atau subtansi sederhana menjadi bentuk yang lebih kompleks. Proses katabolisme merupakan proses pemecahan substansi yang kompleks menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana.
Pada proses anabolisme membutuhkan bahan baku yang berasal dari energi dalam makanan. Pada proses katabolisme menghasilkan sejumlah energi yang didahului dengan pemecahan bahan kompleks menjadi bahan yang lebih sederhana. Energi ini dapat diubah menjadi energi panas, energi mekanik, energi kimia, atau energi listrik yang dibutuhkan oleh tubuh ikan. Agar proses katabolisme berlangsung terus-menerus, dibutuhkan bahan bakar yang berasal dari bahan makanan. Proses anabolisme dan katabolisme akan menghasilkan bahan-bahan sisa (limbah) yang dibuang keluar tubuh organisme berupa kotoran.
Sejumlah besar organisme membutuhkan penyediaan materi dan energi yang berasal dari molekul organik yang dimakannya. Nutrisi atau zat makanan yang berupa molekul organik dan telah terbentuk sebelumnya disebut heterotrofik. Organisme yang memanfaatkan makanan jenis ini disebut organisme heterotrof. Mikroorganisme, tanaman yang tidak berklorofil, dan semua hewan, termasuk ikan bersifat heterofik sehingga supaya tetap hidup organisme yang memanfaatkan nutrisi yang berkloforil termasuk organisme golongan ini.
Semua makanan yang akan diberikan pada ikan harus memperhatikan beberapa syarat, seperti jenis makanan, bentuk, ukuran, keras dan lunak, bau, rasa, serta kandungan gizinya. Ilmu yang mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan makan, makanan, dan cara makan ikan disebut ilmu makanan ikan (fish nutrition).
B. Pentingnya Mempelajari Ilmu Makanan Ikan
Ikan dapat tumbuh optimal jika memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang. Dengan kata lain, ikan membutuhkan makanan yang lengkap dalam jumlah yang cukup.
Dalam budi daya perikanan saat ini terjadi kecenderungan bahwa semakin besar perusahaan maka perusahaan tersebut akan dikelola semakin intensif. Artinya, pada lahan yang kapasitas volumenya sama, padat penebarannya semakin bertambah banyak agar hasil produksinya meningkat. Namun, pengelolaan pada tingkat padat penebaran tinggi dilakukan dengan biaya produksi yang rendah. Untuk mencapai hal tersebut, ikan harus diberi makanan ikan, terutama pakan buatan.
Tujuan penggunaan pakan buatan adalah untuk meningkatkan produksi dengan waktu pemeliharaan yang singkat, ekonomis, dan masih memberikan keuntungan meskipun padat penebarannya tinggi. Oleh karena itu, bahan baku pakan yang digunakan harus bergizi tinggi, harganya murah, mudah didapat, dan tersedia secara berkesinambungan dalam jumlah memadai. Bahan baku yang memenuhi syarat untuk dgunakan sebagai bahanmakanan ikan adalah bahan-bahan sisa atau hasil samping dari indutri atau dari pertanian, seperti dedek halus, bungkil kelapa, bungkil kacang, ampas tahu, peperutan (jeroan) ikan, kepala udang, kepompong ulat sutera, isi perut hewan ternak, dan darah hewan ternak. Supaya ekonomis dan menguntungkan, penggunaan bahan pakan tersebut harus efesien. Efisien yang dimaksud adalah dalam hal jumlah pemberian ransum dan komposisi gizi pakannya. Kedua faktor tersebut erat sekali hubungannya dengan kebutuhan nutrisi ikan yang dipelihara. Jumlah ransum dan komposisi gizi dibutuhkan oleh seekor ikan berbeda-beda dan selalu berubah. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh jenis ikan, umur ikan, dan ketersediaan makanan ikan alami di dalam tempat peliharaannya. Semua masalah tersebut di atas perlu dikaji secara seksama.
C. Ilmu-Ilmu Pendukung
Dalam mempelajari dan mengembangkan ilmu makanan ikan, banyak ilmu-ilmu lain yang diperlukan untuk mendukungnya, seperti biologi ikan, biologi perikanan, kimia, biokimia, gizi, fisika, mikrobiologi, matematika, statistika, teknik, dan sosial ekonomi.
Biologi ikan berkaitan dengan jenis makanan ikan dan perubahan makanan ikan sesuai dengan perubahan umur atau ukuran, cara makan, sistem pencernaan, serta konsumsi harian. Biologi perikanan berhubungan dengan pengkajian-pengkajian terhadap ikan sebagai suatu populasi. Misalnya, laju pertumbuhan, laju kematian, dan migrasi (ruaya).
Ilmu kimia digunakan untuk melakukan analisis mengenai komposisi kimia pakan dan bahan bakunya. Biokimia diperlukan untuk menganalisis proses metabolisme. Ilmu fisika berguna untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor fisik pakan, lingkungan, transfer energi terhadap proses fisiologis perubahan mutu pakan yang diakibatkan aktivitas mikroorganisme (jasad renik) dan juga untuk mempelajari organisme parasit pada ikan,
Matematika berguna dalam membuat perhitungan-perhitungan berdasarkan rumus-rumus tertentu, sedangkan statistik dapat membantu membuat kesimpulan-kesimpulan dengan membandingkan data-data yang ada. Ilmu teknik sangat berperan dalam desain dan penciptaan alat-alat modern yang digunakan untuk kelancaran kegiatan usaha budi daya ikan.
Ilmu sosial berkaitan dengan pertimbangan kompetisi dalam penggunaan bahan baku dengan konsumsi manusia. Jika tejadi persaingan maka perlu dibatasi penggunaannya dan dicarikan bahan pengganti atau substitusinya. Ilmu ekonomi berkaitan dengan pertimbangan untung-ruginya dalam pengadaan maupun penggunaan pakan yang bersangkutan. Keuntungan dan kerugian ditinjau dari pihak produsen maupun petani selaku pengguna pakannya.
Semakin baik penguasaan akan ilmu-ilmu pendukung tersebut, pemahaman terhadap ilmu makanan ikan juga akan meningkat. Hal tersebut dikarenakan ilmu makanan ikan adalah ilmu terapan (applied science) maka baik dan tidaknya akan langsung terlihat di dalam penggunaannya secara praktis di lapangan.

Sumber :
http://www.sdi.kkp.go.id/index.php/arsip/c/798/Makanan-Ikan-dan-Ilmu-Pendukungnya/?category_id=27
http://saunggroup.blogspot.com/2011/10/tips-pemberian-pakan.html

Sabtu, 20 Januari 2018

PEMBINAAN MANAJERIAL KELOMPOK

Tumbuh dan berkembangnya kelompok - kelompok dalam masyarakat, umumnya didasarkan atas adanya kepentingan dan tujuan bersama, sedangkan kekompakan kelompok tersebut tergantung pada faktor pengikat yang dapat meningkatkan keakraban individu-individu yang menjadi anggota kelompok.

Dengan berkelompok maka pelaku utama akan belajar mengorganisasi kegiatan bersama-sama, yaitu membagi pekerjaan dan mengkoordinisasi pekerjaan dengan mengikuti tata tertib sebagai hasil kesepakatan mereka. Mereka belajar membagi peranan dan melakukan peranan tersebut. Mereka belajar bertindak atas nama kelompok yang kompak, yaitu setiap anggota merasa memiliki komitmen terhadap kelompoknya. Mereka merasa "In Group" yaitu mengembangkan "ke-kitaan bukan  ke-kamian". Dengan demikian akan merasa bangga sebagai suatu kelompok yang terorganisasi secara baik, dibandingkan berbuat sendiri-sendiri.
Kelompok pelaku utama adalah kumpulan pelaku utama yang mempunyai hubungan atau interaksi yang nyata, mempunyai daya tahan dan struktur tertentu, berpartisipasi bersama dalam suatu kegiatan. Hal ini tidak  akan dapat terwujud tanpa adanya kesatuan kelompok tersebut.
Pelaku utama diharapkan dapat  mandiri dalam arti mampu merumuskan masalah, mengambil keputusan, merencanakan, melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Tumbuhnya kemandirian tersebut diharapkan dapat dilakukan melalui kelompok.
Pengembangan kelompok diarahkan pada peningkatan kemampuan kelompok dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan usaha perikanan, penguatan kelompok menjadi organisasi kelompok yang kuat dan mandiri.
Ciri-ciri Kelompok yang sudah kuat dan mandiri antara lain:
1.   Adanya pertemuan/rapat anggota dan  pengurus yang diselenggarakan secara berkala dan berkesinambungan.
2.   Disusunnya rencana kerja kelompok secara bersama dan dilaksanan oleh para pelaksana sesuai dengan kesepakatan bersama dan setiap akhir pelaksanaan dilakukan evaluasi secara partisipatif.
3.   Memiliki aturan/norma yang disepakati dan ditaati bersama.
4.   Memiliki pencatatan/pengadministrasian organisasi yang lengkap.
5.   Memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama disektor hulu dan hilir.
6.   Memfasilitasi usaha secara komersial dan berorientasi pasar.
7.   Sebagai sumber serta pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha para pelaku utama umumnya anggota kelompok.
8.   Adanya jalinan kerjasama antara kelompok dengan pihak lain.
9.   Adanya pemupukan modal usaha yang baik iuran dari anggota atau penyisihan hasil usaha/kegiatan kelompok.
Bila semua anggota kelompok secara sadar sepakat untuk mengikuti anjuran dan merasakan manfaat dari kegiatan berkelompok, maka langkah selanjutnya adalah berupa bimbingan-bimbingan. Bimbingan tersebut terus dilakukan secara berkala melalui upaya pembinaan yang terus menerus. Pembinaan kepada para sasaran/pelaku utama dilakukan sesuai jadwal yang telah disepakati bersama. Pembinaan tidak semata-mata  hanya dilakukan oleh penyuluh perikanan/pendamping saja, melainkan harus ada dukungan yang kuat dari instansi terkait lainnya, karena dalam proses pembinaan sering ditemui permasalahan yang dihadapi di lapangan dan harus melibatkan institusi lain.
Pengembangan kelompok pelaku utama diarahkan pada peningkatan kemampuan setiap kelompok pelaku utama dalam melaksanakan fungsinya, peningkatan kemampuan para anggota dalam mengembangkan usahanya, penguatan kelompok pelaku utama menjadi organisasi yang kuat dan mandiri. Kegiatan ini dalam proses penyuluhan perikanan sering disebut dengan Pembinaan Manajerial Kelompok.
Beberapa langkah-langkah sederhana, urgen dan efektif dalam pembinaan manajerial kelompok, adalah:
1.      Penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
2.      Pembuatan papan nama dan struktur organisasi kelompok
3.      Penyusunan buku administrasi kelompok
4.      Pengorganisasian kelompok
5.      Permodalan kelompok
6.      Pengelolaan pinjaman ke anggota kelompok
7.      Pemeriksaaan keuangan kelompok
8.      Pengelolaan kesehatan keuangan kelompok



Sumber:


Anonimous, 2006. Undang-Undang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Nomor 16 Tahun 2006.
Anonimous, 2007. Modul Pelatihan Kelompok. Program Pengembangan Kecamatan, Regional Management Unit Wilayah - VII Jawa Timur.
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta.
Pranoto, J dan Suprapti, W. 2006. Membangun Kerjasama Tim (Team Building).Lembaga Administrasi Negara – Republik Indonesia, Jakarta.

Kamis, 18 Januari 2018

Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Induk Pokok (parent stock) (Ringkasan SNI 01-6135-1999)

BATASAN
Standar ini  meliputi definisi, istilah, persyaratan produksi serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Produksi induk ikan mas strain sinyonya kelas induk pokok adalah suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan induk ikan mas strain sinyonya kelas induk pokok (SNI 01-6134-1999). 

PERSYARATAN PRODUKSI
Pra produksi 
1)   Karamba jaring apung  : a) lokasi : di waduk, danau, air tidak tercemar dan memenuhi syarat minimal baku mutu budidaya, kedalaman air ≥ 5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah, luas areal pemasangan jaring ≤ 10 % dari luas potensial dan jumlah luas jaring  ≤ 10 % dari luas areal pemasangan jaring; b) Kolam : bebas banjir dan bebas pengaruh pencemaran,tanah dasar liat berlumpur, pH tanah > 5, sumber air tidak tercemar dan tersedia sepanjang tahun. 
2)   Wadah pemeliharaan : Karamba jaring apung : a) kerangka : bahan dari kayu tahan air, bambu atau besi yang dicat anti karat, ukuran : (7 x 7) m2, bentuk : empat persegi; b) pelampung : bahan dari styrofoam/drum plastik, bentuk silindris, ukuran volume 120 liter, jumlah ≥ 8 buah/unit rakit; c) tali jangkar : bahan dari  polietilena (PE), panjang : 1,5 kali kedalaman perairan maksimal, jumlah  4 utas/unit jaring apung, diameter  ≥ 1,5 cm; d) jangkar : bahan dari besi/blok beton/ batu, bentuk jangkar, segi empat, berat  40 kilogram/buah, jumlah 4 buah/unit jaring apung; e) jaring : bahan dari polietilena /PE 210 D/18,ukuran mata jaring : 1 inci, warna hijau/hitam,ukuran jaring (7 x 7 x 3,5) m3; f) Waring : bahan dari  nilon, ukuran mata waring  1 cm, warna hijau/hitam, ukuran waring (3 x 3 x 1,5) m3. 
3)   Kolam air tenang : a) konstruksi : tanah atau tembok; b) luas : ≥ 500 m2; c) kedalaman kolam : 1,0 - 1,2 m; d) kondisi kolam : dapat dikeringkan.  4)  Kolam air deras : a) konstruksi : bak permanen; b) luas : ≥ 12 m 2/ unit; c) kedalaman air : 1,0 - 1,5 m; d) pintu air : 2 (dua) buah per petak untuk pemasukan dan pengeluaran; e) debit air : ≥ 30 liter per detik per unit; f) benih : benih ikan mas strain sinyonya ukuran sangkal keturunan pertama dari induk dasar. 
4)   Bahan : a)  pakan : pelet, kandungan protein 30 - 35 %, lemak 6 - 8 % (bobot kering); b) pupuk : organik (pupuk kandang); c) bahan kimia dan obat-obatan : formalin, kalium permanganat, kloramfenikol, oksitetrasiklina dan kapur. 
5)   Peralatan : Lambit, pembersih jaring, pengukur kualitas air, peralatan lapangan (timbangan, hapa/waring, ember, cangkul,  alat panen).

Proses Produksi
1)   Kolam air tenang : a) kualitas air : suhu 25 - 30ºC, pH : 6,5 - 8,5, oksigen terlarut > 5 mg/liter, ammoniak (NH3) < 0,02 mg/liter, kecerahan sechi disk > 30 cm ; b) penggunaan bahan : obat-obatan dan bahan kimia : antibiotika (jika diperlukan, kloramfenikol/oksitetrasiklina dengan dosis 5 -10 mg/l), kalium permanganat 1 - 3 mg/l, formalin 25 ppm dengan cara perendaman selama 24 jam ; kapur tohor : 50 g/m2 disebar di dasar kolam ; pupuk organik : kotoran ayam (dosis 500 g/m2)
2)   Kolam air deras : a) kualitas air : suhu : 25 - 30ºC,  pH : 6,5 - 8,5, oksigen terlarut > 5 mg/l, ammoniak (NH3) < 0,01 mg/l, kecerahan sechi disk > 0,30 m ; b) penggunaan bahan : obat-obatan dan bahan kimia : antibiotika (jika diperlukan, kloramfenikol/oksitetrasiklina dengan dosis 5 -10 mg/l), kalium permanganat 1 - 3 mg/l, formalin 25 ppm dengan cara perendaman selama 24 jam. 


Tabel : Standar proses produksi induk ikan mas strain sinyonya pada kolam air tenang dan kolam air deras

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN 
1)   Umur : dihitung sejak telur menetas.
2)   Kematangan gonad : a) ikan jantan dilakukan dengan mengurut perut ikan ke arah anus, yang telah matang gonad akan mengeluarkan cairan kental berwarna putih, b) ikan betina dilakukan dengan meraba bagian perut dan pengamatan bagian anus, yang telah matang gonad ditunjukkan dengan bagian perut membesar, lunak kalau diraba dan bagian anus menonjol. Pengambilan telur secara kanulasi dan pengukuran diameter telur menggunakan mikroskop yang dilengkapi mikrometer.
3)   Panjang standar : jarak antara ujung mulut sampai dengan pangkal ekor, dalam centimeter.
4)   Panjang kepala : jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung tutup insang, dalam centimeter.
5)   Tinggi badan : garis tegak lurus dari dasar perut sampai ke punggung dengan menggunakan mistar atau jangka sorong dalam centimeter
6)   Bobot badan : menimbang berat tubuh ikan per individu menggunakan timbangan dalam gram.
7)   Kesehatan : a) pengambilan contoh dilakukan secara acak sebanyak 1 % dari populasi, dengan jumlah maksimal 10 ekor untuk pengamatan visual maupun mikroskopik;  b) pengamatan visual dilakukan untuk pemeriksaan gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan; c) pengamatan mikroskopik dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium .
8)   Kemurnian ikan : dilakukan dengan pengambilan contoh darah ikan untuk pengujian elektrophoresis di laboratorium yang diambil dari pembuluh darah pada pangkal ekor dengan menggunakan alat suntik.

REFERENSI
BSN, 1999. SNI 01-6135-1999  Produksi Induk Ikan Ias (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Sinyonya Kelas Induk Pokok (parent stock). Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Rabu, 17 Januari 2018

Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6132-1999)

BATASAN
Standar ini meliputi deskripsi, istilah, klasifikasi, persyaratan yang berdasarkan persyaratan  kualitatif dan kuantitatif serta cara pengukuran dan pemeriksaan. Benih sebar ikan mas strain majalaya kelas benih sebar adalah keturunan pertama dari induk pokok yang memenuhi standar mutu benih sebar dan terdiri dari larva, kebul, putihan, belo dan sangkal yang telah teruji keunggulannya serta siap untuk disebarluaskan kepada petani/pengguna. 

PERSYARATAN  
Kualitatif 
1)   Larva :  hasil pemijahan induk kelas induk pokok dengan induk jantan dan induk betina bukan satu keturunan; warna transparan; bentuk tubuhnormal; berenang di permukaan air menyebar di tepi wadah.
2)   Kebul : benih berumur 4 hari; bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap; bentuk tubuh normal; berenang bergerombol di permukaan tepi wadah dan aktif; menyongsong air baru serta ekor bergerak sangat cepat sehingga tidak terlihat jelas gerakannya.
3)   Putihan : benih berumur 20 hari; bagian perut berwarna putih, bagian punggung berwarna gelap hijau kelabu dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh sempurna; mata bulat; berenang bergerombol dan aktif menyongsong air baru.
4)   Belo : benih umur 40 hari bagian perut berwarna kuning, bagian punggung berwarna gelap hijau kelabu dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh tebal, gemuk dan kepala tidak besar, mata  bulat; berenang bergerombol dan aktif menyongsong arus.
5)   Sangkal : benih umur 70 hari; bagian perut berwarna kuning tua, bagian punggung berwarna gelap hijau kelabu dan ekor berwarna terang bersinar; bentuk tubuh tebal, gemuk dan kepala tidak besar, mata bulat dan menonjol; berenang bergerombol dan aktif menyongsong arus.

Kuantitatif
Persyaratan kuantitatif benih ikan mas majalaya seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel : Persyaratan kuantitatif benih ikan mas majalaya

CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN 
1)   Umur  : ditentukan sejak telur menetas.
2)   Panjang total : dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor menggunakan penggaris atau jangka sorong, dalam milimeter atau centimeter.
3)   Bobot badan : menimbang ikan per individu, dalam gram.
4)   Kesehatan : a) pengambilan contoh dilakukan secara acak sebanyak 10 % dari populasi atau minimal 30 ekor untuk pengamatan visual maupun mikroskopik; b) pengamatan visual dilakukan untuk pemeriksaan gejala penyakit dan kesempurnaan morfologi ikan;  c) pengamatan mikroskopik dilakukan untuk pemeriksaan jasad patogen (parasit, jamur, virus dan bakteri) di laboratorium.
5)   Respon :  a) mengalirkan air di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat akan bergerak/berenang melawan arus; b) memberikan pakan di wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat responsif terhadap pemberian pakan; c) memberikan rangsangan pada wadah pemeliharaan atau penampungan, benih yang sehat akan bergerak menyebar dengan cepat bila ada gangguan.



REFERENSI
BSN, 1999. SNI 01-6132-1999  Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search

Selasa, 16 Januari 2018

Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar (Ringkasan SNI 01-6132-1999)

BATASAN
Standar ini meliputi definisi, istilah, dan persyaratan produksi serta cara pengukuran. Produksi benih ikan mas strain majalaya kelas benih sebar ukuran larva, kebul, putihan, belo dan sangkal adalah suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi dan pemanenan untuk menghasilkan benih ikan mas strain majalaya kelas benih sebar (SNI 01-6132-1999).  
 
PERSYARATAN 
Pra produksi
1)   Lokasi : a) kolam dan sawah : kawasan bebas banjir dan bebas dari pengaruh pencemaran, jenis tanah liat berpasir,air tersedia sepanjang tahun dan memenuhi persyaratan minimal baku mutu budidaya, ketinggian lahan : 0 - 1000 m di atas permukaan laut; b) karamba jaring apung : lokasi di  waduk dan danau, air tidak tercemar dan memenuhi persyaratan minimal baku mutu budidaya, kedalaman air > 5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah,luas areal pemasangan jaring ≤ 10 % dari luas potensial dan jumlah luas jaring ≤ 10 % dari luas areal pemasangan jaring.
2)   Wadah : a) produksi larva : wadah pemijahan, penetasan telur dan pemeliharaan larva berupa hapa, bak dan kolam; b) produksi kebul (pendederan I) : kolam tanah ukuran minimal 500 m2; c) produksi putihan, belo dan sangkal (pendederan II, III dan IV) : kolam tanah ukuran minimal 500 m2, sawah dan karamba jaring apung, dengan mata jaring 0,5 cm - 1,0 cm.
3)   Induk : sesuai dengan SNI 01-6130-1999.
4)   Bahan : a) pakan buatan dengan kandungan protein ≥  30 %, lemak 6 - 8 % (bobot kering). b) pupuk organik; c) obat-obatan dan bahan kimia : biru metilena, kalium permanganat, organo fosfat, formalin, kapur tohor dan oksitetrasiklina (bila diperlukan).
5)   Peralatan : kakaban, hapa, pengukur kualitas air dan peralatan lapangan (waring, ember, cangkul).  

Produksi
1)   1)   Larva (pemijahan dan penetasan telur) : a) kualitas air : suhu 25 - 30ºC, pH  6,5 - 8,5; debit air untuk penetasan telur 0,5 liter/detik; oksigen terlarut ≥ 5 mg/l; ketinggian air 50 - 70 cm;   b) penggunaan obat-obatan : kalium permanganat 2 - 4 mg/l, biru metilena 1 - 3 mg/l, oksitetrasiklina 5 - 10 mg/l (bila diperlukan); c) padat tebar : induk untuk pemijahan 2 kg induk betina/4 m2; telur untuk penetasan : 10 000 - 20 000 butir/ m2 kakaban. d) waktu : penetasan telur : 45 jam pada suhu 25ºC; pemeliharaan larva : 4 hari; e) sintasan larva : 70 - 80 %.
2)   Kebul, putihan, belo dan sangkal (pendederan I, II, III dan IV): kolam : a)  kualitas dan kuantitas air : suhu optimum 28ºC, pH 6,5 - 8,5; debit air 0,4 - 0,7 liter/detik, untuk luas kolam 500 m2; oksigen terlarut minimal 5 mg/l; ketinggian air : 50 - 70 cm; kecerahan sechi disk 25 cm; b) penggunaan bahan kimia : organo fosfat 1 - 4 mg/l hanya untuk produksi kebul (pendederan I); c) penggunaan obat-obatan : formalin 25 ppm, oksitetrasiklina 5 -10 mg/l (bila diperlukan). Standar proses produksi benih ikan mas majalaya pada setiap tingkatan pemeliharaan di kolam seperti pada tabel dibawah ini. 

Tabel : Standar proses produksi benih ikan mas majalaya pada setiap tingkatan pemeliharaan di kolam


3)   Sawah :  a) kualitas dan kuantitas air : suhu optimum 28ºC ; nilai pH : 6,5 - 8,5; debit air 0,4 - 0,7 liter/detik; oksigen terlarut minimal 5 mg/l; tinggi air di pelataran10 - 20 cm;  b) obat-obatan : formalin 25 ppm. 
Tabel : Standar proses produksi benih ikan mas majalaya pada setiap tingkatan pemeliharaan di sawah


































4)   Jaring apung : a) kualitas air :  suhu 25 - 30ºC; pH 6,5 - 8,5; b) ketinggian air : 1 - 1,5 m; c) kedalaman air : minimal 5 m dari dasar jaring pada saat surut terendah; d) kecerahan : > 3 meter.
Tabel : Standar proses produksi benih ikan mas majalaya pada setiap tingkatan pemeliharaan di jaring apung




















CARA PENGUKURAN DAN PEMERIKSAAN 
1)   Suhu : menggunakan termometer, di permukaan air dan dasar wadah dengan frekuensi dua kali per hari pada pagi dan sore.
2)   pH air : menggunakan pH meter atau pH indikator (kertas lakmus) sesuai dengan spesifikasi. 
3)   Debit air : volume air yang masuk ke dalam wadah penampungan dibagi waktu yang dibutuhkan, dalam liter per detik.
4)   Ketinggian air : jarak antara dasar wadah pemeliharaan sampai ke permukaan air, menggunakan penggaris, dalam centimeter.
5)   Kecerahan air : menggunakan sechi disk berupa piringan berwarna putih bergaris hitam dengan garis tengah minimal 25 cm dan diberi tali/tangkai yang dimasukan ke dalam wadah pemeliharaan. Kecerahan dinyatakan dengan mengukur jarak antara permukaan air ke piringan saat pertama kali piringan tidak terlihat (cm).
6)   Jumlah pakan : menghitung bobot rata-rata ikan (minimal dari 30 ekor ikan sampel) dikalikan jumlah populasi ikan yang ditanam dikalikan persentase tingkat pemberian pakan yang telah ditetapkan dalam gram atau kilogram.
7)   Jumlah pupuk : dosis pupuk per meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam satuan gram atau kilogram.
8)   Jumlah kapur : dosis kapur per meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan yang dinyatakan dalam gram atau kilogram.
9)   Jumlah organo fosfat : takaran bahan sebanyak satu sampai dengan empat bagian organo fosfat dalam 999.999 bagian air media.
10) Padat tebar benih : perkalian antara jumlah benih yang ditebar per satuan meter persegi dikalikan luas wadah pemeliharaan.
11) Panjang total benih : jarak antara ujung mulut sampai dengan ujung sirip ekor menggunakan jangka sorong atau penggaris, dalam centimeter atau millimeter. 12) Bobot benih : menimbang benih menggunakan timbangan analitis, dalam gram atau miligram.

REFERENSI
BSN, 1999. SNI 01-6132-1999  Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) Strain Majalaya Kelas Benih Sebar. Badan Standardisasi Nasional, Jakarta.
https://www.google.co.id/search