Ikan Tawes (Puntius javanicus) merupakan ikan peliharaan yang berasal dari sungai, tergolong dalam marga Cyprinidae seperti ikan mas dan nilem. Bentuk tubuh ikan tawes mirip dengan ikan mas, tetapi badannya lebih memanjang dengan sirip punggung relative lebih panjang. Pada mulutnya terdapat dua kumis dan bibirnya berkeruk-keruk sebagai tanda pemakan jasad penempel.
Ciri-ciri ikan tawes yaitu bentuk badannya memanjang dan kecil, sedangkan sisiknya berwarna putih keperak-perakan. Panjang batang ekor ikan tawes dan tinggi badannya yang terendah adalah sama. Ikan tawes mempunyai tanda hitam pada pangkal ekor.
Di perairan umum ikan tawes berkembangbiak pada akhir musim penghujan, sedangkan di kolam berkembangbiak sepanjang tahun jika terdapat cukup air jernih. Kematangan kelamin dicapai pada akhir musim pertama berukuran 15-20 cm, telur transparan demersal. Fekunditas bervariasi antara 50.000-94.000 butir dari induk beratnya 130-255 gr. Untuk ketinggian tempat yang cocok dalam pemeliharaan 800 m di atas permukaan laut, suhu 18-28 derajat C.
DESKRIPSI IKAN
Sistematika ikan tawes adalah sebagai berikut:
Species : Puntius javanicus
Gernus : Puntius
Sub famili : Ciprininae
Famili : Cyprinedae
Sub ordo : Cyprinoidea
Ordo : Ostariophysi
Sedikitnya ada empat macam ikan tawes yang biasa ditemukan yaitu:
1. Tawes biasa: sisik berwarna putih kelabu.
2. Tawesbule: sisik albino, mulai terdapat pada tahun 1936
3. Tawessilap: sisik berwarna putih kelabu bercampur dengan sisik keperak-perakkan.
4. Tawes kunpay: sisik berwarna kelabu, ekornya terutama sirip dada dan ekor panjang.
Ikan tawes merupakan ikan sungai, dapat hidup pada salinitas 7 ppm. Jenis ikan ini sangat cocok dipelihara dikolam-kolam, waduk dan sawah. Ikan tawes digolongkan termasuk sebagai herbivore. Pemijahan di kolam terjadi sepanjang tahun, tidak ada musim. Di sungai atau di perairan umum pemijahan terjadi pada permulaan musim penghujan.
PROSES BUDIDAYA
Pemeliharaan ikan tawes biasanya dilakukan secara tradisional, penanaman dilakukan baik dikolam ataupun di sawah. Pada umumnya pemeliharaan ikan tawes dilakukan secara polikultur dengan jenis-jenis ikan lainnya, yaitu dengan jenis ikan yang mempunyai sifratmaan yang berlainan seperti ikan mas yang memakan jasad-jasad dasar, tambakan pemakan plankton, nilem pemakan jasad-jasad penempel (periphiton). Susunan campuran pemeliharaan bervariasi bergantung kepada ikan utama yang dikehendaki dan kesuburan kolam.
Penyakit pada ikan tawes adalah Icthyophirius, Dacthylogyrus dan gyrodctylus, penyakit ini tidak berbahaya dan belum pernah di amati terjadi kematian masal. Dacthylogyrus dapat menyebabkan kerusakan pada ujung-ujung filament insang. Pada benih-benih yang di berok sering dijumpai Cyclochaeta. Pada ikan yang terserang ini pada insang umumnya merana menyebabkan ikan menjadi kurus. Myxobolus merupakan penyakit yang berbahaya yang dapat menyebabkan kematian masal. Lernaea jarang menyerang benih dan ikan dewasa.
PENANGANAN PENYAKIT
Penyakit yang menyerang Ikan Tawes antara lain Gyrodactylus dan Mixobolusspp yang kerap menyerang pada benih sampai ikan dewasa.
GYRODACTYLIASIS
Penyebab: Parasit ini termasuk monogenia; menyerang pada bagian tubuh dan sirip ikan.
Jenis dan ukuran: Hampir semua jenis ikan air tawar, terutama ukuran benih.
Gejala klinis: Ikan menjadi lemah, nafsu makan berkurang, frekuensi pernapasan meningkat dan produksi lender meningkat.
Faktor pendukung: Kualitas air yang menurun, kekurangan pakan, padat tebar tinggi dan fluktuasi suhu air selalu berubah.
Penularan: Melalui air dan kontak langsung dengan ikan yang terinfeksi.
Verifikasi: Pengamatan melalui microkopis.
Pencegahan: Meningkatkan kualitas air; Pemberian pakan tepat mutu dan jumlah yang diperlukan; Pengendapan air dan pemasangan saringan pada pintu pemasukan.
Pemberantasan: Perendaman dengan larutan garam dapur, dosis 12,5-13 gr/m2selam 24-36 jam; Perendaman dengan larutan formalin 40 ppm selama 24 jam.
MYXOSPOREASIS
Penyebeb : Mixobolusspp, parasit ini; termasuk kelompok myxosporea
Jenis dan ukuran: Myxobolus spp biasanya; menyerang pada bagian insang saat benih, mulai berumur 1 bulan
Gejala klinis: Adanya benjolan menyerupai tumor pada insang ikan, bahkan sering disebut penyakit amandel
Faktor pendukung: Kualitas air menurun dan padat tebar yang tinggi
Penularan: Melalui air danikan yang mudah terinfiksi.
Verifikasi: Pengamatan mikroskopis
Pencegahan: Pengendapan air dan pemasangan saringan pada pintu pemasukan; dilakukan pengapuran dan pengeringan kolam.
DAFTAR PUSTAKA
Daelani Deden A.S., 2001. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya, Cianjur.
Dinata Sumanta K., 1983. PengembangbiakanIkan-ikanPeliharaan di Indonesia. PT SastraHudaya, Bogor.
Rohmat C. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Tawes Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Catatan Penyuluh Perikanan
sepenggal tulisan seputar kelautan & perikanan
Rabu, 19 Juni 2019
Senin, 17 Juni 2019
Budidaya Ikan Maanvis
Ikan hias air tawar merupakan komoditas yang dapat diandalkan sebagai komoditas ekspor sehingga mempunyai prospek yang cukup potensial untuk dikembangkan. Peluang yang sangat baik tersebut harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya. Oleh karena itu perlu kesiapan dalam mengembangkan komoditas ini baik dari teknologi pembenihan maupun teknologi pembesarannya.
Beberapa jenis ikan hias air tawar yang banyak disukai oleh para kolektor di luar negeri antara lain ; Tetra, Maanvis, Diskus, Cupang, Severum, Balck Ghost, dan banyak lagi. Peluang ini sekaligus merupakan tantangan bagi para pembudidaya dan pengusaha Indonesia untuk lebih meningkatkan ekspor ikan hiasnya.
Saat ini, ekspor ikan hias dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan yang signifikan. Apabila dilihat dari volume ekspor tahun 1998 berjumlah hanya 192 ton dan pada tahun 2002 berjumlah 3.513 ton yang berarti kenaikan per tahun rata-rata sekitar 343,6%.
Dengan data dan fakta yang ada, bisa diartikan bahwa komoditas ikan hias ini masih bisa dipacu lagi pengembangannya. Untuk itu, guna mencapai cita-cita yang kita inginkan yakni menyumbangkan devisa dari sector perikanan budidaya, maka cara yang perlu kita lakukan adalah dengan meningkatkan kesehatan ikan yang kita budidayakan sehingga produksinya meningkat.
DESKRIPSI IKAN MAANVIS
Klasifikasi
Sistematika Ikan Maanvis adalah sebagai berikut :
• Ordo : Perchomorphidei
• Subordo : Percoidea
• Famili : Cichlidae
• Genus : Pterophyllum
• Spesies : Pterophyllum scalare
Ikan Maanvis merupakan bukan ikan hias asli Indonesia tetapi berasal dari Amerika Selatan yakni dari dataran Orinocu dan Sungai Amazon. Di habitat aslinya, ikan ini dijumpai pada perairan tenang dan banyak ditumbuhi tanaman air dengan suhu 23 – 28 oC dan pH berkisar antara 6,5 – 7,0. Maanvis termasuk kedalam golongan ikan pemakan segala (omnivore) serta bersifat pendamai sehingga dapat dipelihara bersama ikan-ikan yang memiliki gerakanlamban. Seperti umumnya ikan dari famili Cichlidae, Maanvis pun memiliki sifat sayang terhadap keturunannya. Begitu sayangnya, terkadang ia tega menyantap anak-anaknya bila ia merasa ada yang mengganggu keselamatannya.
PROSES BUDIDAYA IKAN MAANVIS
Persiapan Sarana Pemijahan
Ada beberapa tempat yang dapat digunakan sebagai tempat pemijahan Ikan Maanvis, diantaranya kolam atau bak semen, dan akuarium. Jika menggunkan bak semen, ukurannya 100 x 100 x 80 cm. namun bila menggynkan akuarium bisa dipakai ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 60 x 40 x 40 cm. Tempat pemijahan sebaiknya diletakkan pada lokasi yang terhindar dari kebisingan serta diusahakan suasananya agak gelap sesuai dengan sifat ikan ini yang menyukai suasana sepi dan damai.
Karena Maanvis mempunyai sifat menempelkan telurnya, maka di dalam tempat pemijahan harus disediakan benda atau alat sebagai media untuk menempelkan telur. Benda ini bisa berupa pecahan botol, pipa paralon, atau benda lain yang permukaannya licin. Bisa pula dari jenis tanaman air yang berdaun panjang dan kuat ( bisa pula diganti dengan potongan daun pisang yang agak lebar ). Sebelum digunakan, semua alat ini dicuci ersih terlebih dahulu.
Setelah dibersihkan, kemudian wadah pemijahan diisi air setinggi 30 cm dengan suhu air 23 – 26 derajat C dan pH 6,8 – 7. Air sebagai media pemijahan maupun pemeliharaan harus selalu bersih dan kualitasnya terjaga.
Pemilihan Induk
Pada pemilihan induk Ikan Maanvis, perbedaan antara jantan dan betina kurang terlihat jelas. Oleh karena itu, hal termudah yang dapat dilakukan adalah dengan cara memilih induk Maanvis yang sudah berpasangan dari sekumpulan induk yang dipelihara yang kemudian dipisahkan dan ditempatkan pada wadah pemijahan.
Pada umur yang sama, ukuran ikan jantan lebih besar dengan perutnya yang pipih serta bagian kepala yang juga besar mempunyai benjolan kecil (kadang tidak tampak jelas) yang terletak antara ujung mulut dan sirip punggung. Sedangkan Maanvis betian, sekalipun ukurannya lebih kecil tetapi perutnya agak menonjol dengan bentuk kepala yang relative kecil dan umumnya menbentuk garis lurus antara mulut dan sirip punggung.
Ikan Maanvis mulai dewasa dan siap kawin bila umurnya telah mencapai 7 – 12 bulan dengan ukuran tubuh anatar 6 – 8 cm. ikan yang mijah biasanya selalu bersama-sama kemanapun pergi (berkejar-kejaran).
Proses Pemijahan
Untuk menciptakan suasana tentram pada saat pemijahan, sebaiknya pada dinding akuarium ditempel kertas berwarna gelap. Jika menggunakan bak semen, maka pada permukaan air bak tersebut bisa diberi tanaman air yang mengapung seperti eceng gondok (Echornia crassipes). Hal ini dilakukan sesuai dengan sifatIkan Maanvis yang gemar hidup ditempat gelap. Baru setelah itu induk yang telah berpasangan dapat dilepaskan ke dalam wadah pemijahan.
Proses pemijahan biasanya terjadi pada malam hari ketika suasana tenang dan sepi. Induk betina segera akan meletakkan telur pada media yang telah disediakan sehingga keesokan harinya tampak telur yang menempel pada media tersebut.
Penetasan Telur
Setelah menetas, biasanya induk Ikan Mannvis akan menjaga dan merawat telurnya dengan cermat secara bergantian. Kelompok telur yang melekat pada daun atau benda lain dibersihkan dengan mulut sambil mengkipas-kipaskan siripnya agar telur-telur tersebut memperoleh aliran air yang segar. Pada kondisi ini sebaiknya induk jangan dikagetkan, karena jika itu terjadi bisa jadi induk Maanvis akan memakan telurnya karena sayangnya induk kepada keturunannya.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut diatas, alangkah lebih baiknya telur-telur tersebut diangkat dan ditetaskan pada tempat tersendiri. Telur akan menetas dalam waktu 2 – 3 hari pada suhu 25–280C. Larvanya akan menggantung pada permukaan daun dengan perantaraan seutas benang halus yang dihasilkannya. Dua atau tuga hari kemudian anak Maanvis terlihat sudah mulai berenang sendiri.
Pendederan
Persediaan kuning telur pada umur 3 – 4 hari sudah habis dan anakan Maanvis sudah aktif berenang. Keadaan seperti ini merupakan saat-saat yang rawan dalam usaha budidaya Maanvis. Oleh karena itu harus segera mendapat perlakuan sebaik-baiknya yang biasanya dipindah ke wadah pendederan seperti bak semen yang berukuran 2 x 2 m dengan kepadatan 300 ekor.
Semenjak hari pertama hingga hari ke tujuh, benih diberi pakan berupa infusorea atau rotifera. Awal minggu kedua diberi naupli artemia atau kutu air halus hasil saringan, kemudian cacing sutera atau pakan buatan berbentuk tepung halus. Pemberian pakan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terdapat sisa pakan di dasar wadah yang dapat menyebabkan perubahan kualitas air pada wadah budidaya. Pemeliharaan tahap pertama ini biasanya diakhiri dengan kegiatan seleksi.
Pembesaran
Pembesaran Maanvis dapat dilakukan di kolam atau bak semen ukuran 2 x 2 m dengan kepadatan tergantung pada ukuran ikan. Biasanya kepadatan setelah pendederan dikurangi menjadi 100 – 150 ekor. Benih untuk pembesaran ini biasanya sudah berumur 3 – 4 minggu. Tandanya ialah sirip-siripnya sudah lengkap. Pakan yang diberikan berupa kutu air besar, cacing sutera, ataupun cacing darah.
Biasanya pada usia 2 bulan dan dewasa, ikan ini sudah tahan terhadap perubahan kualitas air. Namun demikian, pergantianair sebaiknya dilakukan secara rutin. Ini disebabkan sirip dadanya yang panjang seperti dasi sangat mudah rusak bila terserang penyakit. Jika sudah rusak maka nilai jualnya pun hilang (menurun). Pada ukuran 3,5 cm atau berumur sekitar 3 bulan, Maanvis sudah dapat dijual.
DAFTAR PUSTAKA
Daelami Deden A.S. Agar Ikan Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Ganis L.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Maanvis Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Lesmana Darti S. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Jakarta : Penebar Swadaya, 2003.
Sukadi Fatuchri. Ikan Hias Air Tawar dan Prospeknya. Dirjen Perikanan Budidaya, 2003.
Beberapa jenis ikan hias air tawar yang banyak disukai oleh para kolektor di luar negeri antara lain ; Tetra, Maanvis, Diskus, Cupang, Severum, Balck Ghost, dan banyak lagi. Peluang ini sekaligus merupakan tantangan bagi para pembudidaya dan pengusaha Indonesia untuk lebih meningkatkan ekspor ikan hiasnya.
Saat ini, ekspor ikan hias dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan yang signifikan. Apabila dilihat dari volume ekspor tahun 1998 berjumlah hanya 192 ton dan pada tahun 2002 berjumlah 3.513 ton yang berarti kenaikan per tahun rata-rata sekitar 343,6%.
Dengan data dan fakta yang ada, bisa diartikan bahwa komoditas ikan hias ini masih bisa dipacu lagi pengembangannya. Untuk itu, guna mencapai cita-cita yang kita inginkan yakni menyumbangkan devisa dari sector perikanan budidaya, maka cara yang perlu kita lakukan adalah dengan meningkatkan kesehatan ikan yang kita budidayakan sehingga produksinya meningkat.
DESKRIPSI IKAN MAANVIS
Klasifikasi
Sistematika Ikan Maanvis adalah sebagai berikut :
• Ordo : Perchomorphidei
• Subordo : Percoidea
• Famili : Cichlidae
• Genus : Pterophyllum
• Spesies : Pterophyllum scalare
Ikan Maanvis merupakan bukan ikan hias asli Indonesia tetapi berasal dari Amerika Selatan yakni dari dataran Orinocu dan Sungai Amazon. Di habitat aslinya, ikan ini dijumpai pada perairan tenang dan banyak ditumbuhi tanaman air dengan suhu 23 – 28 oC dan pH berkisar antara 6,5 – 7,0. Maanvis termasuk kedalam golongan ikan pemakan segala (omnivore) serta bersifat pendamai sehingga dapat dipelihara bersama ikan-ikan yang memiliki gerakanlamban. Seperti umumnya ikan dari famili Cichlidae, Maanvis pun memiliki sifat sayang terhadap keturunannya. Begitu sayangnya, terkadang ia tega menyantap anak-anaknya bila ia merasa ada yang mengganggu keselamatannya.
PROSES BUDIDAYA IKAN MAANVIS
Persiapan Sarana Pemijahan
Ada beberapa tempat yang dapat digunakan sebagai tempat pemijahan Ikan Maanvis, diantaranya kolam atau bak semen, dan akuarium. Jika menggunkan bak semen, ukurannya 100 x 100 x 80 cm. namun bila menggynkan akuarium bisa dipakai ukuran 100 x 75 x 50 cm atau 60 x 40 x 40 cm. Tempat pemijahan sebaiknya diletakkan pada lokasi yang terhindar dari kebisingan serta diusahakan suasananya agak gelap sesuai dengan sifat ikan ini yang menyukai suasana sepi dan damai.
Karena Maanvis mempunyai sifat menempelkan telurnya, maka di dalam tempat pemijahan harus disediakan benda atau alat sebagai media untuk menempelkan telur. Benda ini bisa berupa pecahan botol, pipa paralon, atau benda lain yang permukaannya licin. Bisa pula dari jenis tanaman air yang berdaun panjang dan kuat ( bisa pula diganti dengan potongan daun pisang yang agak lebar ). Sebelum digunakan, semua alat ini dicuci ersih terlebih dahulu.
Setelah dibersihkan, kemudian wadah pemijahan diisi air setinggi 30 cm dengan suhu air 23 – 26 derajat C dan pH 6,8 – 7. Air sebagai media pemijahan maupun pemeliharaan harus selalu bersih dan kualitasnya terjaga.
Pemilihan Induk
Pada pemilihan induk Ikan Maanvis, perbedaan antara jantan dan betina kurang terlihat jelas. Oleh karena itu, hal termudah yang dapat dilakukan adalah dengan cara memilih induk Maanvis yang sudah berpasangan dari sekumpulan induk yang dipelihara yang kemudian dipisahkan dan ditempatkan pada wadah pemijahan.
Pada umur yang sama, ukuran ikan jantan lebih besar dengan perutnya yang pipih serta bagian kepala yang juga besar mempunyai benjolan kecil (kadang tidak tampak jelas) yang terletak antara ujung mulut dan sirip punggung. Sedangkan Maanvis betian, sekalipun ukurannya lebih kecil tetapi perutnya agak menonjol dengan bentuk kepala yang relative kecil dan umumnya menbentuk garis lurus antara mulut dan sirip punggung.
Ikan Maanvis mulai dewasa dan siap kawin bila umurnya telah mencapai 7 – 12 bulan dengan ukuran tubuh anatar 6 – 8 cm. ikan yang mijah biasanya selalu bersama-sama kemanapun pergi (berkejar-kejaran).
Proses Pemijahan
Untuk menciptakan suasana tentram pada saat pemijahan, sebaiknya pada dinding akuarium ditempel kertas berwarna gelap. Jika menggunakan bak semen, maka pada permukaan air bak tersebut bisa diberi tanaman air yang mengapung seperti eceng gondok (Echornia crassipes). Hal ini dilakukan sesuai dengan sifatIkan Maanvis yang gemar hidup ditempat gelap. Baru setelah itu induk yang telah berpasangan dapat dilepaskan ke dalam wadah pemijahan.
Proses pemijahan biasanya terjadi pada malam hari ketika suasana tenang dan sepi. Induk betina segera akan meletakkan telur pada media yang telah disediakan sehingga keesokan harinya tampak telur yang menempel pada media tersebut.
Penetasan Telur
Setelah menetas, biasanya induk Ikan Mannvis akan menjaga dan merawat telurnya dengan cermat secara bergantian. Kelompok telur yang melekat pada daun atau benda lain dibersihkan dengan mulut sambil mengkipas-kipaskan siripnya agar telur-telur tersebut memperoleh aliran air yang segar. Pada kondisi ini sebaiknya induk jangan dikagetkan, karena jika itu terjadi bisa jadi induk Maanvis akan memakan telurnya karena sayangnya induk kepada keturunannya.
Untuk menghindari terjadinya hal tersebut diatas, alangkah lebih baiknya telur-telur tersebut diangkat dan ditetaskan pada tempat tersendiri. Telur akan menetas dalam waktu 2 – 3 hari pada suhu 25–280C. Larvanya akan menggantung pada permukaan daun dengan perantaraan seutas benang halus yang dihasilkannya. Dua atau tuga hari kemudian anak Maanvis terlihat sudah mulai berenang sendiri.
Pendederan
Persediaan kuning telur pada umur 3 – 4 hari sudah habis dan anakan Maanvis sudah aktif berenang. Keadaan seperti ini merupakan saat-saat yang rawan dalam usaha budidaya Maanvis. Oleh karena itu harus segera mendapat perlakuan sebaik-baiknya yang biasanya dipindah ke wadah pendederan seperti bak semen yang berukuran 2 x 2 m dengan kepadatan 300 ekor.
Semenjak hari pertama hingga hari ke tujuh, benih diberi pakan berupa infusorea atau rotifera. Awal minggu kedua diberi naupli artemia atau kutu air halus hasil saringan, kemudian cacing sutera atau pakan buatan berbentuk tepung halus. Pemberian pakan ini dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak terdapat sisa pakan di dasar wadah yang dapat menyebabkan perubahan kualitas air pada wadah budidaya. Pemeliharaan tahap pertama ini biasanya diakhiri dengan kegiatan seleksi.
Pembesaran
Pembesaran Maanvis dapat dilakukan di kolam atau bak semen ukuran 2 x 2 m dengan kepadatan tergantung pada ukuran ikan. Biasanya kepadatan setelah pendederan dikurangi menjadi 100 – 150 ekor. Benih untuk pembesaran ini biasanya sudah berumur 3 – 4 minggu. Tandanya ialah sirip-siripnya sudah lengkap. Pakan yang diberikan berupa kutu air besar, cacing sutera, ataupun cacing darah.
Biasanya pada usia 2 bulan dan dewasa, ikan ini sudah tahan terhadap perubahan kualitas air. Namun demikian, pergantianair sebaiknya dilakukan secara rutin. Ini disebabkan sirip dadanya yang panjang seperti dasi sangat mudah rusak bila terserang penyakit. Jika sudah rusak maka nilai jualnya pun hilang (menurun). Pada ukuran 3,5 cm atau berumur sekitar 3 bulan, Maanvis sudah dapat dijual.
DAFTAR PUSTAKA
Daelami Deden A.S. Agar Ikan Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Daelami Deden A.S. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya, 2001.
Ganis L.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Maanvis Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Lesmana Darti S. Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Jakarta : Penebar Swadaya, 2003.
Sukadi Fatuchri. Ikan Hias Air Tawar dan Prospeknya. Dirjen Perikanan Budidaya, 2003.
Minggu, 16 Juni 2019
Budidaya Ikan Oscar
Ikan oscar adalah salah satu jenis ikan hias yang banyak digemari oleh kalangan hobiis, karena ikan ini memiliki komposisi warna yang menarik sehingga dalam pemeliharaannya, ikan ini memerlukan makanan dan perawatan khusus. Bercak warna indah yang menempel pada tubuhnya tidak akan muncul apabila ikan ini mengalami stres. Terjadinya stres dapat merupakan satu langkah awal terserangnya ikan ini oleh organisme penyabab penyakit, sehingga selain pengetahuan tentang cara perawatan yang baik, pengetahuan tentang penyakit yang sering menyerang ikan oscar dan cara-cara menanggulanginya, perlu dimiliki oleh para hobiis ataupun para pembudidaya ikan hias ini.
DESKRIPSI IKAN OSCAR
Sistematika
Ordo : Percomorpjoidei
Famili : Cichlidae
Genus : Astronotus
Spesies : Astronotus acellatus, Cuvier
Morfologi
Ikan Oscar memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan nila, ia memiliki kepala yang besar dengan mulutnya lebar, bergerigi, agak meruncing, dan terletak di tengah (terminal). Sirip punggung (dorsal fin) berbentuk lebar yang ujungnya bersebrangan dengan sirip dada (pectoral fin), serta ujung sirip punggung dan sirip anus meruncing agak tumpul. Sirip ekornya berbentuk bulat (rounded).
Tubuhnya dilapisi warna dasar bervariasi, akan tetapi lebih sering ditemukan Oscar yang memiliki warna dasar hijau zaitun gelap atau coklat tua dengan coretan dan bintik-bintik tidak beraturan di bagian sisi yang berasal dari sisik yang berwarna kuning keemasan atau kemerah-merahan. Ikan jantan mempunyai beberapa tanda merah menyala pada tutup insang dan dekat daerah perut di samping. Kecerahan warna ikan ini sering berganti-ganti tergantung pada kondisi ikan. Ikan ini memiliki pergerakan yang gesit karena ditunjang dengan bentuk badan yang langsing, pipih ke samping (compressed).
Tingkah Laku
Ikan oscar termasuk ikan yang cerdas, karena ikan ini mudah mengenali pemiliknya. Selain itu, dapat kita ketrahui bahwa ikan ini juga sensitif terhadap gerakan, intesnsitas cahaya, dan irama akan tetapi ikan ini jugamempunyai kebiasaan merusak atau mengganggu ornamen-ornamen yang ada di dalam akuarium.
Ikan oscar dewasa termasuk ikan buas, karena ia mempunyai kebiasaan memakan ikan-ikan yang berukuran kecil terlebih jika ikan itu bukan dari famili yang sama dengannya. Ikan oscar dapat hidup rukun apabila dipelihara dengan ikan dari Famili Chiclidae lainnya yang memiliki ukuran tubuh sama dengannya.
Makanan
Makanan yang biasa diberikan pada ikan oscar sangat variatif seperti ikan-ikan kecil, jentik nyamuk, ataupun potongan-potongan ikan lainnya. Akan tetapi, untuk menghasilkan ikan oscar yang memiliki kualitas warna yang baik, maka sebaiknya makanan yang diberikan pada ikan ini adalah makanan yang mengandung zat chitine. Jenis makanan yang mengandung zat chitine kebanyakan adalah makanan alami berupa hewan-hewan yang memiliki cangkang seperti kutu air, udang kali, rayap, dan lain-lain.
Reproduksi
Ikan oscar dapat dipijahkan setelah mencapai ukuran panjang 15 cm dengan lebar 10 cm. Telur hasil pemijahan akan ditempatkan oleh induk oscar pada substrat yang memiliki permukaan licin seperti kaca, porselin, ataupun pecahan genting, dan selanjutnya akan dijaga oleh induk sampai telur tersebut menetas.
Ikan oscar dapat bertelur setiap 10 hari sekali dengan jumlah telur sekitar 1000-3000 butir per induk. Sepasang induk oscar dapat dipijahkan sampai 5 musim pemijahan atau sampai berumur 7 tahun. Semakin tua umur ikan oscar, maka kuantitas telur yang dihasilkannyapun akan semakin menurun.
TEKNIK PEMBENIHAN
Persiapan Sarana Pemijahan
Sarana pemijahan yang sering dipakai untuk memijahkan ikan oscar adalah berupa bak semen dengan ukuran 2 x 2 x 0,5 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan pembersihan bak dari kotoran dan sampah-sanpah. Apabila bak yang akan dipakai adalah bak yang baru dibuat, maka sebaiknya bak tersebut direndam dengan air sumur selama 4 minggu dengan perlakuan setiap 2 minggu sekali bak dikuras. Setelah itu lakukan penjemuran terhadap bak pemijahan, hal ini dilakukan selain untuk memberikan rangsangan terhadap oscar, juga untuk membunuh bibit penyakit yang diperkirakan bersarang dalam bak.
Setelah bak pemijahan disiapkan, selanjutnya air dimasukan ke dalam bak dengan ketinggian 25-30 cm. Sumber air yang dapat digunakan adalah air sumur ataupun air PAM, akan tetapi air tersebut perlu diendapkan selama 12-24 jam.
Substrat (Penempel Telur)
Telur ikan oscar bersifat adhesiv, artinya telur memerlukan tempat untuk menempel (substrat). Jenis substrat yang biasa digunakan dalam pemijahan ikan oscar adalah berupa batu yang memiliki permukaan datar ataupun bahan lain yang memiliki permukaan licin, seperti pecahan genting, porselin, kaca ataupun pipa paralon.
Sebelum dimasukan ke dalam bak pemijahan, substrat yang akan dipakai sebaiknya dicuci dahulu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel agar tidak mengganggu telur. Jumlah substrat yang dimasukan disesuaikan dengan jumlah induk oscar yang akan dipijahkan. Untuk setiap pasangan induk oscar yang akan dipijahkan, cukup diberikan substrat 1 saja, dan substrat tersebut kita simpan di bagian sudut bak. Ukuran substrat yang ideal biasanya adalah 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm.
Pemasukan Induk
Ikan oscar dapat dipijahkan dengan perbandingan induk jantan dan betina 1 : 1. Jumlah induk oscar yang akan dipijahkan, sebaiknya disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan 2 x 2 m dapat dimasukan induk sebanyak 4 pasang.
Proses Pemijahan
Proses pemijahan pada ikan oscar dimulai dengan gerakan-gerakan lincah dari induk jantan untuk memikat induk betina, kemudian kedua induk akan mencari tempat yang dianggap cocok dan membersihkannya. Setelah itu, induk betina akan mulai mengeluarkan telurnya di permukaan substrat, dan induk jantan akan langsung mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur tersebut.
Telur-telur hasil pemijahan tadi, akan dijaga oleh kedua induk, akan tetapi sering pula terjadi induk oscar memakan telur-telurnya kembali karena ia kekurangan makanan. Oleh karena itu untuk mencegah hal itu terjadi, maka sebaiknya telur-telur tadi kita pindahkan ke tempat lain untuk ditetaskan.
Penetasan Telur
Telur-telur hasil pemijahan sebaiknya di tetaskan di dalam wadah terpisah dengan bak pemijahan. Wadah yang biasa digunakan adalah akuarium yang diisi air setinggi 6-8 cm. Akuarium tersebut kita tempatkan pada tempat yang terlindung dari hujan dan panas yang berlebihan. Akuarium penetasan sebaiknya di aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut bagi telur. Gelembung udara yang dihasilkan oleh aerator jangan terlalu besar, hal ini bertujuan agar telur tidak terganggu.
Dalam waktu 3 hari, telur-telur yang kita tetaskan biasanya sudah mulai menetas. Larva ikan oscar tidak langsung kita beri makan, karena ia masih memiliki kantung kuning telur sebagai sumber makanannya. Pada umur 4 hari benih sudah mulai diberi makanan alami berupa kutu air. Benih yang dapat dihasilkan dari sepasang induk adalah 1000-3000 ekor.
Perawatan
Larva yang telah menetas selanjutnya kita pelihara di dalam akuarium penetasan sampai berumur 1 bulan. Selama pemeliharaan, ketinggian air dalam akuarium ditingkatkan secara bertahap setiap 7 hari sekali yaitu dari 6 cm menjadi 10 cm, 15 cm dan 20 cm.
Setelah berumur 1 bulan, benih-benih tersebut kita pelihara dalam bak berukuran 4 m2 dengan kepadatan 250 ekor per m2. Selama pemeliharaan, benih di beri makanan berupa kutu air ataupun cacing sutera. Makanan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari secara adlibitum.
DAFTAR PUSTAKA
Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993
Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya, Jakarta : 2001
Hakim A.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Oscar Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
http://www.google.com/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMmG3Mbawo0YkniSM-mZ_JuGcnt6rN_3ZHFZTPrPtFHwBJzZEGxTN3VjivYispKL-yNGMGtMC3xDkKq4uaAcgc8TI8HyCO0u0EBA00Ix2sXKxAnuPS2u-4u4IBXRXZxdYnzcyLRTDYbMVy/s400/Ocellatus.jpg&imgrefurl=http://uplixs-fish.blogspot.com/2007/11/oscar.html&h=257&w=388&sz=38&tbnid=QE2gTkHEfv_eOM:&tbnh=90&tbnw=136&zoom=1&usg=__jOMO3teBbgMwkC7t4WPH3NSfqy8=&docid=uLqxf6Moe9_QMM&hl=id&sa=X&ei=d36IUZuDKsX_rQfvlIGoAQ&sqi=2&ved=0CDMQ9QEwAg&dur=2980
Susanto, Heru. Oscar. Penebar Swadaya. Jakarta : 1993
DESKRIPSI IKAN OSCAR
Sistematika
Ordo : Percomorpjoidei
Famili : Cichlidae
Genus : Astronotus
Spesies : Astronotus acellatus, Cuvier
Morfologi
Ikan Oscar memiliki bentuk tubuh yang mirip dengan ikan nila, ia memiliki kepala yang besar dengan mulutnya lebar, bergerigi, agak meruncing, dan terletak di tengah (terminal). Sirip punggung (dorsal fin) berbentuk lebar yang ujungnya bersebrangan dengan sirip dada (pectoral fin), serta ujung sirip punggung dan sirip anus meruncing agak tumpul. Sirip ekornya berbentuk bulat (rounded).
Tubuhnya dilapisi warna dasar bervariasi, akan tetapi lebih sering ditemukan Oscar yang memiliki warna dasar hijau zaitun gelap atau coklat tua dengan coretan dan bintik-bintik tidak beraturan di bagian sisi yang berasal dari sisik yang berwarna kuning keemasan atau kemerah-merahan. Ikan jantan mempunyai beberapa tanda merah menyala pada tutup insang dan dekat daerah perut di samping. Kecerahan warna ikan ini sering berganti-ganti tergantung pada kondisi ikan. Ikan ini memiliki pergerakan yang gesit karena ditunjang dengan bentuk badan yang langsing, pipih ke samping (compressed).
Tingkah Laku
Ikan oscar termasuk ikan yang cerdas, karena ikan ini mudah mengenali pemiliknya. Selain itu, dapat kita ketrahui bahwa ikan ini juga sensitif terhadap gerakan, intesnsitas cahaya, dan irama akan tetapi ikan ini jugamempunyai kebiasaan merusak atau mengganggu ornamen-ornamen yang ada di dalam akuarium.
Ikan oscar dewasa termasuk ikan buas, karena ia mempunyai kebiasaan memakan ikan-ikan yang berukuran kecil terlebih jika ikan itu bukan dari famili yang sama dengannya. Ikan oscar dapat hidup rukun apabila dipelihara dengan ikan dari Famili Chiclidae lainnya yang memiliki ukuran tubuh sama dengannya.
Makanan
Makanan yang biasa diberikan pada ikan oscar sangat variatif seperti ikan-ikan kecil, jentik nyamuk, ataupun potongan-potongan ikan lainnya. Akan tetapi, untuk menghasilkan ikan oscar yang memiliki kualitas warna yang baik, maka sebaiknya makanan yang diberikan pada ikan ini adalah makanan yang mengandung zat chitine. Jenis makanan yang mengandung zat chitine kebanyakan adalah makanan alami berupa hewan-hewan yang memiliki cangkang seperti kutu air, udang kali, rayap, dan lain-lain.
Reproduksi
Ikan oscar dapat dipijahkan setelah mencapai ukuran panjang 15 cm dengan lebar 10 cm. Telur hasil pemijahan akan ditempatkan oleh induk oscar pada substrat yang memiliki permukaan licin seperti kaca, porselin, ataupun pecahan genting, dan selanjutnya akan dijaga oleh induk sampai telur tersebut menetas.
Ikan oscar dapat bertelur setiap 10 hari sekali dengan jumlah telur sekitar 1000-3000 butir per induk. Sepasang induk oscar dapat dipijahkan sampai 5 musim pemijahan atau sampai berumur 7 tahun. Semakin tua umur ikan oscar, maka kuantitas telur yang dihasilkannyapun akan semakin menurun.
TEKNIK PEMBENIHAN
Persiapan Sarana Pemijahan
Sarana pemijahan yang sering dipakai untuk memijahkan ikan oscar adalah berupa bak semen dengan ukuran 2 x 2 x 0,5 m. Sebelum digunakan, bak pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu dengan melakukan kegiatan pembersihan bak dari kotoran dan sampah-sanpah. Apabila bak yang akan dipakai adalah bak yang baru dibuat, maka sebaiknya bak tersebut direndam dengan air sumur selama 4 minggu dengan perlakuan setiap 2 minggu sekali bak dikuras. Setelah itu lakukan penjemuran terhadap bak pemijahan, hal ini dilakukan selain untuk memberikan rangsangan terhadap oscar, juga untuk membunuh bibit penyakit yang diperkirakan bersarang dalam bak.
Setelah bak pemijahan disiapkan, selanjutnya air dimasukan ke dalam bak dengan ketinggian 25-30 cm. Sumber air yang dapat digunakan adalah air sumur ataupun air PAM, akan tetapi air tersebut perlu diendapkan selama 12-24 jam.
Substrat (Penempel Telur)
Telur ikan oscar bersifat adhesiv, artinya telur memerlukan tempat untuk menempel (substrat). Jenis substrat yang biasa digunakan dalam pemijahan ikan oscar adalah berupa batu yang memiliki permukaan datar ataupun bahan lain yang memiliki permukaan licin, seperti pecahan genting, porselin, kaca ataupun pipa paralon.
Sebelum dimasukan ke dalam bak pemijahan, substrat yang akan dipakai sebaiknya dicuci dahulu untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang menempel agar tidak mengganggu telur. Jumlah substrat yang dimasukan disesuaikan dengan jumlah induk oscar yang akan dipijahkan. Untuk setiap pasangan induk oscar yang akan dipijahkan, cukup diberikan substrat 1 saja, dan substrat tersebut kita simpan di bagian sudut bak. Ukuran substrat yang ideal biasanya adalah 15 x 20 cm atau 20 x 20 cm.
Pemasukan Induk
Ikan oscar dapat dipijahkan dengan perbandingan induk jantan dan betina 1 : 1. Jumlah induk oscar yang akan dipijahkan, sebaiknya disesuaikan dengan ukuran bak pemijahan 2 x 2 m dapat dimasukan induk sebanyak 4 pasang.
Proses Pemijahan
Proses pemijahan pada ikan oscar dimulai dengan gerakan-gerakan lincah dari induk jantan untuk memikat induk betina, kemudian kedua induk akan mencari tempat yang dianggap cocok dan membersihkannya. Setelah itu, induk betina akan mulai mengeluarkan telurnya di permukaan substrat, dan induk jantan akan langsung mengeluarkan spermanya untuk membuahi telur-telur tersebut.
Telur-telur hasil pemijahan tadi, akan dijaga oleh kedua induk, akan tetapi sering pula terjadi induk oscar memakan telur-telurnya kembali karena ia kekurangan makanan. Oleh karena itu untuk mencegah hal itu terjadi, maka sebaiknya telur-telur tadi kita pindahkan ke tempat lain untuk ditetaskan.
Penetasan Telur
Telur-telur hasil pemijahan sebaiknya di tetaskan di dalam wadah terpisah dengan bak pemijahan. Wadah yang biasa digunakan adalah akuarium yang diisi air setinggi 6-8 cm. Akuarium tersebut kita tempatkan pada tempat yang terlindung dari hujan dan panas yang berlebihan. Akuarium penetasan sebaiknya di aerasi untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlarut bagi telur. Gelembung udara yang dihasilkan oleh aerator jangan terlalu besar, hal ini bertujuan agar telur tidak terganggu.
Dalam waktu 3 hari, telur-telur yang kita tetaskan biasanya sudah mulai menetas. Larva ikan oscar tidak langsung kita beri makan, karena ia masih memiliki kantung kuning telur sebagai sumber makanannya. Pada umur 4 hari benih sudah mulai diberi makanan alami berupa kutu air. Benih yang dapat dihasilkan dari sepasang induk adalah 1000-3000 ekor.
Perawatan
Larva yang telah menetas selanjutnya kita pelihara di dalam akuarium penetasan sampai berumur 1 bulan. Selama pemeliharaan, ketinggian air dalam akuarium ditingkatkan secara bertahap setiap 7 hari sekali yaitu dari 6 cm menjadi 10 cm, 15 cm dan 20 cm.
Setelah berumur 1 bulan, benih-benih tersebut kita pelihara dalam bak berukuran 4 m2 dengan kepadatan 250 ekor per m2. Selama pemeliharaan, benih di beri makanan berupa kutu air ataupun cacing sutera. Makanan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari secara adlibitum.
DAFTAR PUSTAKA
Afriantio, Eddy dan Evi Liviawati. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Kanisius. Yogyakarta : 1993
Daelami, Deden. Agar Ikan Sehat. Penebar Swadaya, Jakarta : 2001
Hakim A.R. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Oscar Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
http://www.google.com/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiMmG3Mbawo0YkniSM-mZ_JuGcnt6rN_3ZHFZTPrPtFHwBJzZEGxTN3VjivYispKL-yNGMGtMC3xDkKq4uaAcgc8TI8HyCO0u0EBA00Ix2sXKxAnuPS2u-4u4IBXRXZxdYnzcyLRTDYbMVy/s400/Ocellatus.jpg&imgrefurl=http://uplixs-fish.blogspot.com/2007/11/oscar.html&h=257&w=388&sz=38&tbnid=QE2gTkHEfv_eOM:&tbnh=90&tbnw=136&zoom=1&usg=__jOMO3teBbgMwkC7t4WPH3NSfqy8=&docid=uLqxf6Moe9_QMM&hl=id&sa=X&ei=d36IUZuDKsX_rQfvlIGoAQ&sqi=2&ved=0CDMQ9QEwAg&dur=2980
Susanto, Heru. Oscar. Penebar Swadaya. Jakarta : 1993
Jumat, 14 Juni 2019
Tiram Berkhasiat untuk Keharmonisan Rumah Tangga
Keharmonisan rumah tangga tentu menjadi dambaan bagi pasangan suami istri. Berbagai tips untuk menjaga keharmonisan pasangan suami istri baik mengenai perilaku, komunikasi, penampilan, kesehatan maupun keintiman telah banyak dipublikasikan. Terkait dengan kemesraan pasutri, beberapa penelitian telah menemukan bahan pangan dengan kandungan nutrisi tertentu dapat mempengaruhi aktivitas seksual. Beberapa bahan pangan tersebut adalah tiram (oyster), remis (sejeniskerang), lobster dan kaviar.
Komposisi nutrisi per 100 gram tiram adalah air 74,56 g; energi 105 k.kal, protein 17,1 gram, lemak 0,76 gram. Tiram mentah juga mengandung berbagai macam mineral antara lain kalsium, besi, magnesium, phospor, potassium, sodium, seng, tembaga, mangan dan Selenium. Tiram juga mengandung berbagai macam vitamin antara lain vitamin C, vitamin B 6, vitamin B 12, vitamin A dan vitamin E, sedangkan asam amino yang terkandung dalam tiram adalah tryptophan, threonine, isoleucine, leucine, lysine, methionine, cystine, phenylalanine, tyrosine, valine, arginine, histidine, alanine, asam aspartic, asam glutamic, glycine, proline, dan
serine.
Dibandingkan dengan bahan pangan lainnya maka tiram memiliki kandungan seng atau zinc (Zn) yang cukup tinggi yaitu sebesar 16,62 mg per 100 gram tiram mentah, sedangkan lobster mengandung 3, 02 mg, kacang-kacangan, mete dan kenari 2,5 mg, beras merah 14 mg, buah dan sayur rata-rata mengandung 1 mg. Kandungan seng ini berfungsi untuk meningkatkan produksi sperma dan hormone testosterone. Dr. Ahmad Sulaeman, pakar gizi dari IPB juga menyatakan tiram mengandung kadar Zn yang tinggi. Zn telah terbukti sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk masa pertumbuhan, sedangkan bagi kaum dewasa dapat meningkatkan kemampuan organ seks. Zn mengandung komponen enzim yang jumlahnya lebih dari 100 satuan. Sebanyak 23 komponen enzimnya bahkan bersifat biofaktor, artinya enzim itu bermanfaat untuk menyembuhkan luka, pertumbuhan, dan kekebalan tubuh, berguna meningkatkan metabolisme DNA (deoayribonucleic acid), dan protein.
Pedagang ritel seafood di New York juga mempromosikan bahwa tiram dan remis mengandung zat besi, zinc, yodium, dan senyawa D-aspartic acid serta N-Methyl D-aspartate (NMDA). Zat nutrisi tersebut berfungsi untuk menstimulasi kelenjar thyroid dan meningkatkan libido. Disamping tiram, lobster juga merupakan sumber B12 dan zink yang merupakan nutrisi penting untuk meningkatkan libido. Bagian hijau dari hati lobster diyakini dapat meningkatkan respon seksual. Selain tiram dan lobster, kaviar (telur ikan) juga telah dipuji sepanjang sejarah karena dapat meningkatkan libido. Oleh karena itu kaviar dijadikan sebagai lambang kesuburan. Kaviar mengandung arginin dan zinc yang membantu meningkatkan kelancaran aliran darah pada organ-organ seksual khususnya pada pria. Jadi untuk membentuk rumah tangga harmonis selain harus menjaga perilaku dan komunikasi yang baik, juga perlu didukung asupan gizi yang cukup untuk dapat menjaga penampilan, kesehatan dan aktivitas seksual yang sehat. Makan seafood khususnya tiram dapat berkontribusi untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
Sumber : Manfaat Ikan, Ditjen P2HP (2012)
Rabu, 12 Juni 2019
Budidaya Lobster Air Tawar
Lobster air tawar tidak hanya ikan konsumsi, tetapi bisa juga dijadikan ikan hiasan di dalam akuarium sebagai udang hias, lobster memiliki ciri khas yang tidak ditemukan pada ikan hias. Selain bentuk tubuh yang unik, lobster air tawar yang memiliki warna khas dan beragam.
Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari famili parastacidae yang mulai dikembangkan untuk budidaya petani ikan di Indonesia sejak tahun 2000. Di beberapa negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Cina, Kostarika, Ekuador, Fiji, Guatemala, Israel, Meksoko, Afrika Selatan, Dan Taiwan, budidaya lobster telah dilakukan sejak tahun 1980. Di Indonesia, berbagai kajian ilmiah menunjukkan permintaan pasar terhadap lobster air tawar berkuran 5 – 10 cm relatif tinggi.
Secara fisik lobster air tawar memiliki warna dasar yang beragam atau variatif. Dari segi teknis, lobster air tawar dapat dipelihara di air tawar yang tidak selalu jernih dengan berbagai variasi wadah. Jenis pakannya pun relatif banyak dan mudah diperoleh.Hal yang menarik adalah lobster dikenal memiliki sifat pengembara yang tinggi, warna pada tubuh lobster berkilau, terutama jika terkena cahaya.
DISKRIPSI IKAN
Klasifikasi Lobster
Lobster air tawar termasuk dalam kelas crustacea dengan ordo decapoda. Pada dasarnya terdapat famili atau kelaga besar lobster air tawar. Berikut ini dipaparkan klasifikasi salah satu jenis lobster air tawar dari genus cherax.
Filum : Arthrapoda
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax quadricarinatus
Cherax destruktor
Cherax lorentz
Cherax cairnsensis
Habitat dan Penyebarannya
Lobster air tawar yang berasal dari famili astacidae, combaridae, dan parastacidae menyebar di semua benua, kecuali Afrika dan Antartika. Lobster air tawar astacidae dan cambaridae tersebar dibelahan dunia utara, sedangkan parastacidae menyebar di dunia bagian selatan, seperti Australia, Indonesia bagian timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Habitat alam lobster air tawar adalah dana, rawa, atau sungai yang berlokasi di daerah pegunungan.
Morfologi Pada Lobster
Tubuh lobster terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut kepala dan bagian belakang disebut badan. Dilihat dari organ tubuh lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap :
• Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
• Sepasang antanela untuk mencium pakan, 1 mulut, dan sepasang capit yang lebar dengan ukuran lebih panjang dibandingkan dengan ruas dasar capitnya.
• Enam ruas badan agak memipih dengan lebar badan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala.
• Ekor. Satu ekor tengah memipih, sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri halus, serta dua pasang ekor samping.
• Enam pasang kaki renang
• Empat pasang kaki jalan.
Jenis Dan Pola Makan
Lobster air tawar biasanya aktif mencari makan pada malam hari. Lobster air tawar termasuk pemakan segala. Bahan-bahan makanan dari hewani dan nabati sangat disukainya. Lobster menyukai cacing-cacingan dan pakan buatan.
Lobster termasuk jenis hewan yang tidak rakus. Kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 2-3 gram per ekor lobster dewasa per hari.Kebutuhan pakan tersebut digunakan untuk pertumbuhan, pergantian sel-sel yang sudah rusak, dan perkembangbiakan.
PEMBENIHAN
Pemilihan Calon Induk
Pemilihan induk sebaiknya dilakukan sejak lobster berumur 2-3 bulan. Pada umur ini lobster mempunyai panjang tubuh 5-6 cm dengan ukuran tersebut berarti proses pertumbuhan lobster berjalan dengan baik. Selain proses pertumbuhan, yang hars diperhatikan dalam memilih induk yang berkualitas adalah lobster harus memilki nafsu makan yang tinggi, gerakannya lincah, dan warna tubuhnya cerah.
Pemilihan Calon Induk
Calon induk yang sudah dipilih dipisahkan denagn lobster lain dengan memindahkannya ke wadah lain. Pemindahan ini bertjuan untk emmpermudah pengontrolan.
Dalam pemeliharaan calon induk ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
• Wadah pemeliharaan dan kepadatan tebar
• Pengontrolan dan penyesuaian calon induk
• Pemberian pakan
• Pencegahan penyakit.
Kebiasaan Reproduksi
Perilaku lobster air tawar yang cukup menarik untuk diamati adalah aktifitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yang dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikt :
• Mencari pasangan
• Melakukan percumbuan antar pasanagan
• Melakukan perkawinan
• Induk betina mengerami talur
• Induk betina mengasuh benih hingga waktu tertentu.
Pemindahan Induk Yang Telah Bertelur
Induk betina yang telah mengeluarkan telur harus dipindahkan ke wadah lain agar telurnya menetas. Pemindahan ini bertujuan untuk mencegah dimakannya telu-telur oleh induk jantan atau induk betina yang lain, karena pada dasarnya lobster air tawar adalah binatang yang memiliki sifat kanibal.
Penetasan Telur
Telur-telur yang dikeluarkan induk lobster akan menetas setelah sekitar 1 bulan. Benih-benih akan lepas dari induknya setelah 4-5 hari sejak menetas.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah benih berumur 1-1,5 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara menyipon air dan kemudian benih ditangkap dengan menggunakan scop net.
MENGATASI HAMA DAN PENYAKIT
Lobster cukup tahan terhadap penyakit. Namn, bukan berarti lobster tidak akan terserang penyakit. Penyakit lobster pada umumnya dapat disebabkan oleh protozoa, bakteri, jamur, atau virus. Salah satu penyebab penyakit dapat mask ke dalam akuarium dan menyelang lobster melalui pakan yang tidak bersih dan air yang digunakan kotor. Pakan cacing yang tidak di cuci bersih dan langsng diberikan pada lobster. Misalnya, dapat saja mengandung bibit penyakit.
Jamur yang sering terkena pada lobster adalah lumut. Cara pencegahannya dengan menggunakan daun ketapang dengan cara mengambil daun ketapang sebanyak 6- 10 lembar yang sudah kering atau yang sudah dijemur kemudian ditebar ke dalam akuarium.
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT
PENYAKIT PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Pentakit lobster yang menyerang pada lobster air tawar adalah jamur yang disebabkan oleh sisa pakan yang terdapat pada dasar akuarium. Untuk mencegah timbulnya perbanyakan lumut dapat dilakukan dengan pengontrolan kualitas air dan dilakukan penyiponan sisa pakan yang berada di dasar kotoran yang berada dasar akuarium. Pengobatannya dapat menggunakan bahan alami yaitu dengan mengguanakan daun ketapang kering yang kemudian di tebar ke akuarium sebanyak 6 – 10 lembar. Selain daun ketapang dapat juga digunakan batang pisang dengan cara dipotong – potong kecil yang kemudian juga ditebar ke akuarium. Tetapi yang paling bagus digunakan adalah daun miana karena daun miana tersebut mengandung antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA
Asriani dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lobster Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
http://www.google.com/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0ACRD_CtglWfogLZaC8QRkO83sbXRubi9KjOAFihHQ2xfWXAvF8rweDYsKuhmlArDmf3qAJp3jcWecZzOiV9oU-6D0vvVqzOPGrPLnOLVsBQcuLSFgh79vHysNlnWgFr0nACbH-uggYRn/s1600/LAT.jpg&imgrefurl=http://irfanesukasuka.blogspot.com/2011/05/begini-niih-cara-budidaya-lobster-air.html&h=450&w=600&sz=66&tbnid=jqJD5BnruoVvKM:&tbnh=90&tbnw=120&zoom=1&usg=__tdZQCeMJsq1ATxbDPNpJwlmPP_g=&docid=vCHHzpSlH1_xFM&hl=id&sa=X&ei=6QqHUfjzJcXprAeqz4GYBQ&ved=0CDAQ9QEwAA&dur=7
Karjono dan adijaya, Dian. “Lobster akuarium 10 bulan kembali modal “. Trubus, april 2003.
Sukmajaya yade.“ lobster air tawar komoditas perikanan prospektif “. Penerbit PT Agro media pustaka, 2003.
Wiyanto, R. “Lobster air tawar, pembenihan dan pembesaran “. Jakarta : penebar swadaya, 2003.
Lobster air tawar merupakan salah satu genus dari famili parastacidae yang mulai dikembangkan untuk budidaya petani ikan di Indonesia sejak tahun 2000. Di beberapa negara, seperti Australia, Amerika Serikat, Inggris, Cina, Kostarika, Ekuador, Fiji, Guatemala, Israel, Meksoko, Afrika Selatan, Dan Taiwan, budidaya lobster telah dilakukan sejak tahun 1980. Di Indonesia, berbagai kajian ilmiah menunjukkan permintaan pasar terhadap lobster air tawar berkuran 5 – 10 cm relatif tinggi.
Secara fisik lobster air tawar memiliki warna dasar yang beragam atau variatif. Dari segi teknis, lobster air tawar dapat dipelihara di air tawar yang tidak selalu jernih dengan berbagai variasi wadah. Jenis pakannya pun relatif banyak dan mudah diperoleh.Hal yang menarik adalah lobster dikenal memiliki sifat pengembara yang tinggi, warna pada tubuh lobster berkilau, terutama jika terkena cahaya.
DISKRIPSI IKAN
Klasifikasi Lobster
Lobster air tawar termasuk dalam kelas crustacea dengan ordo decapoda. Pada dasarnya terdapat famili atau kelaga besar lobster air tawar. Berikut ini dipaparkan klasifikasi salah satu jenis lobster air tawar dari genus cherax.
Filum : Arthrapoda
Kelas : Crustacea
Sub kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Parastacidae
Genus : Cherax
Spesies : Cherax quadricarinatus
Cherax destruktor
Cherax lorentz
Cherax cairnsensis
Habitat dan Penyebarannya
Lobster air tawar yang berasal dari famili astacidae, combaridae, dan parastacidae menyebar di semua benua, kecuali Afrika dan Antartika. Lobster air tawar astacidae dan cambaridae tersebar dibelahan dunia utara, sedangkan parastacidae menyebar di dunia bagian selatan, seperti Australia, Indonesia bagian timur, Selandia Baru, dan Papua Nugini. Habitat alam lobster air tawar adalah dana, rawa, atau sungai yang berlokasi di daerah pegunungan.
Morfologi Pada Lobster
Tubuh lobster terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan disebut kepala dan bagian belakang disebut badan. Dilihat dari organ tubuh lobster air tawar memiliki beberapa alat pelengkap :
• Sepasang antena yang berperan sebagai perasa dan peraba terhadap pakan dan kondisi lingkungan.
• Sepasang antanela untuk mencium pakan, 1 mulut, dan sepasang capit yang lebar dengan ukuran lebih panjang dibandingkan dengan ruas dasar capitnya.
• Enam ruas badan agak memipih dengan lebar badan rata-rata hampir sama dengan lebar kepala.
• Ekor. Satu ekor tengah memipih, sedikit lebar dan dilengkapi duri-duri halus, serta dua pasang ekor samping.
• Enam pasang kaki renang
• Empat pasang kaki jalan.
Jenis Dan Pola Makan
Lobster air tawar biasanya aktif mencari makan pada malam hari. Lobster air tawar termasuk pemakan segala. Bahan-bahan makanan dari hewani dan nabati sangat disukainya. Lobster menyukai cacing-cacingan dan pakan buatan.
Lobster termasuk jenis hewan yang tidak rakus. Kebutuhan pakan lobster sebenarnya sangat sedikit, yaitu hanya berkisar 2-3 gram per ekor lobster dewasa per hari.Kebutuhan pakan tersebut digunakan untuk pertumbuhan, pergantian sel-sel yang sudah rusak, dan perkembangbiakan.
PEMBENIHAN
Pemilihan Calon Induk
Pemilihan induk sebaiknya dilakukan sejak lobster berumur 2-3 bulan. Pada umur ini lobster mempunyai panjang tubuh 5-6 cm dengan ukuran tersebut berarti proses pertumbuhan lobster berjalan dengan baik. Selain proses pertumbuhan, yang hars diperhatikan dalam memilih induk yang berkualitas adalah lobster harus memilki nafsu makan yang tinggi, gerakannya lincah, dan warna tubuhnya cerah.
Pemilihan Calon Induk
Calon induk yang sudah dipilih dipisahkan denagn lobster lain dengan memindahkannya ke wadah lain. Pemindahan ini bertjuan untk emmpermudah pengontrolan.
Dalam pemeliharaan calon induk ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
• Wadah pemeliharaan dan kepadatan tebar
• Pengontrolan dan penyesuaian calon induk
• Pemberian pakan
• Pencegahan penyakit.
Kebiasaan Reproduksi
Perilaku lobster air tawar yang cukup menarik untuk diamati adalah aktifitasnya saat perkawinan hingga muncul juvenil. Tahap awal yang dilaksanakan oleh setiap induk sebagai berikt :
• Mencari pasangan
• Melakukan percumbuan antar pasanagan
• Melakukan perkawinan
• Induk betina mengerami talur
• Induk betina mengasuh benih hingga waktu tertentu.
Pemindahan Induk Yang Telah Bertelur
Induk betina yang telah mengeluarkan telur harus dipindahkan ke wadah lain agar telurnya menetas. Pemindahan ini bertujuan untuk mencegah dimakannya telu-telur oleh induk jantan atau induk betina yang lain, karena pada dasarnya lobster air tawar adalah binatang yang memiliki sifat kanibal.
Penetasan Telur
Telur-telur yang dikeluarkan induk lobster akan menetas setelah sekitar 1 bulan. Benih-benih akan lepas dari induknya setelah 4-5 hari sejak menetas.
Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah benih berumur 1-1,5 bulan. Pemanenan dilakukan dengan cara menyipon air dan kemudian benih ditangkap dengan menggunakan scop net.
MENGATASI HAMA DAN PENYAKIT
Lobster cukup tahan terhadap penyakit. Namn, bukan berarti lobster tidak akan terserang penyakit. Penyakit lobster pada umumnya dapat disebabkan oleh protozoa, bakteri, jamur, atau virus. Salah satu penyebab penyakit dapat mask ke dalam akuarium dan menyelang lobster melalui pakan yang tidak bersih dan air yang digunakan kotor. Pakan cacing yang tidak di cuci bersih dan langsng diberikan pada lobster. Misalnya, dapat saja mengandung bibit penyakit.
Jamur yang sering terkena pada lobster adalah lumut. Cara pencegahannya dengan menggunakan daun ketapang dengan cara mengambil daun ketapang sebanyak 6- 10 lembar yang sudah kering atau yang sudah dijemur kemudian ditebar ke dalam akuarium.
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN PENYAKIT
PENYAKIT PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
Pentakit lobster yang menyerang pada lobster air tawar adalah jamur yang disebabkan oleh sisa pakan yang terdapat pada dasar akuarium. Untuk mencegah timbulnya perbanyakan lumut dapat dilakukan dengan pengontrolan kualitas air dan dilakukan penyiponan sisa pakan yang berada di dasar kotoran yang berada dasar akuarium. Pengobatannya dapat menggunakan bahan alami yaitu dengan mengguanakan daun ketapang kering yang kemudian di tebar ke akuarium sebanyak 6 – 10 lembar. Selain daun ketapang dapat juga digunakan batang pisang dengan cara dipotong – potong kecil yang kemudian juga ditebar ke akuarium. Tetapi yang paling bagus digunakan adalah daun miana karena daun miana tersebut mengandung antiseptik.
DAFTAR PUSTAKA
Asriani dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lobster Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
http://www.google.com/imgres?imgurl=https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0ACRD_CtglWfogLZaC8QRkO83sbXRubi9KjOAFihHQ2xfWXAvF8rweDYsKuhmlArDmf3qAJp3jcWecZzOiV9oU-6D0vvVqzOPGrPLnOLVsBQcuLSFgh79vHysNlnWgFr0nACbH-uggYRn/s1600/LAT.jpg&imgrefurl=http://irfanesukasuka.blogspot.com/2011/05/begini-niih-cara-budidaya-lobster-air.html&h=450&w=600&sz=66&tbnid=jqJD5BnruoVvKM:&tbnh=90&tbnw=120&zoom=1&usg=__tdZQCeMJsq1ATxbDPNpJwlmPP_g=&docid=vCHHzpSlH1_xFM&hl=id&sa=X&ei=6QqHUfjzJcXprAeqz4GYBQ&ved=0CDAQ9QEwAA&dur=7
Karjono dan adijaya, Dian. “Lobster akuarium 10 bulan kembali modal “. Trubus, april 2003.
Sukmajaya yade.“ lobster air tawar komoditas perikanan prospektif “. Penerbit PT Agro media pustaka, 2003.
Wiyanto, R. “Lobster air tawar, pembenihan dan pembesaran “. Jakarta : penebar swadaya, 2003.
Selasa, 11 Juni 2019
Budidaya Ikan Louhan
Pada dasarnya, lou han merupakan jenis ikan yang tahan ‘banting’ dari pengaruh temperatur atau kesadahan yang rendah. Namun, yang namanya mahluk hidup tetap saja bisa terganggu kesehatannya, terutama saat kondisinya lemah. Lemahnya kondisi lou han bisa diakibatkan kondisi air yang buruk atau serangan bakteri patogen. Lemahnya kondisi ikan bisa semakin parah jika pengetahuan tentang fisiologi ikan serta pengobatan penyakit tidak dikuasai, karena itu pengetahuan tentang sifat penyakit, serta pengobatan harus dikuasai secara jelas.
Pemeliharaan lou han sebenarnya tergantang pada selera pemiliknya, yang penting adalah teknik atau cara-caranya harus diketahui terlebih dahulu. Hal yang harus diperhatikan dalam memelihara lou han, antara lain :
Kondisi Aquarium dan Peralatannya
Untuk mendukung kesehatan dan penampilan lou han, kebersihan aquarium harus diperhatikan. Aquarium yang kotor bisa jadi sumber penyakit bagi lou han. Yang biasanya menjadi sumber kotoran aquarium adalah sisa pakan, lumut, sisa obat dan kotoran lou han. Patokan dalam membersihkan aquarium adalah tingkat kekotoran aquarium, kondisi peralatan dan aksesoris pendukung juga harus diperhatikan.Jika tidak bersih atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya, peralatan dan aksesoris ini bisa menjadi sumber penyakit.
Kualitas Air
Air merupakan factor penting dalam meningkatkan kualitas lou han. Air harus bersih dari bahan beracun yang berasal dari sumber air, sisa metabolisme ikan atau sisa pakan yang berlebihan. Meskipun lou han tergolong ikan hias yang memiliki toleransi yang cukup tinggiterhadap kualitas air, berbagai parameter air harus tetap diperhatikan. Sebelum digunakan, air perlu diendapkan didalam bak penampungan. Bak penampungan dapat berupa tong bekas atau fiberglass.
Kualitas Pakan dan Pemberiannya
Supaya lou han peliharaan tetap cantik, pakan yang diberikan harus mengandung menu seimbang. Pakan yang salah dapat membuat lou han menjadi stress dan tidak suka makan. Pakan yang seimbang memiliki karbohidrat, protein, lemak, mineral,dan vitamin yang memadai. Pemberian pakan harus sesuai dengan aturan agar tidak cepat mengotori aquarium, sehingga tidak menimbulkan penyakit.Pakan juga harus cukup agar ikan cepat tumbuh, pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering dengan jumlah yang tidak terlalu banyaklebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang dengan jumlah yang berlebihan.
DESKRIPSI IKAN LOU HAN
Sistematika
Lou Han adalah ikan hias yang penampilannya cantik dan menarik dengan aneka warna yang cerah.Budidaya Lou Han sudah banyak dilakukan di Indonesia, baik oleh para peternak atau pengusaha ikan hias maupun para hobiis.
Menurut sistematikanya, ikan Lou han digolongkan sebagai berikut:
Ordo : Percomorphoidei
Sub Ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Cichlasoma
Spesies : Red Flower Horn
Meskipun Lou Han termasuk jenis ikan hias yang relative tahan terhadap infeksi penyakit, jika kualitas air tempat pemeliharaan tidak cocok bagi ikan tersebut, Maka akan timbul masalah. Masalah ini akan semakin parah jika penanganannya di lakukan dengan cara yang tidak sempurna, terutama bagi ikan yang baru di datangkan dari tempat lain. Salah satu masalah yang sering merugikan para peternak ikan hias adalah masalah penyakit.Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah Lou Han memiliki sifat yang mudah berubah. Hal ini disebabkan lou han merupakan hasil persilangan dari beberapa jenis ikan yang termasuk keluarga siklid (Cichlidae) dari genus Cichlasoma. Di samping itu proses perkawinan silang kurang mengikuti kaidah yang benar akan berakibat pada penurunan mutu genetic. Efek dari penurunan mutu genetic ini adalah menurunnya daya tahan ikan terhadap penyakit.
Lou Han (Cichlasoma sp) termasuk salah satu jenis ikan hias baru yang memiliki penampilan cantik dengan nilai ekonomis yang tinggi. Ikan ini mulai marak dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dengan berbagai sebutan, yaitu Flower born, Flower louhan, dan sun go kong. Sebutan lainnya adalah mutiara dari timur.
Lou han merupakan hasil persilangan dari ikan jenis siklid lain,yaitu Cichlasoma synpilum dengan Cichlosoma cycnoguttatum ( Neetropus carpintis). Persilangan antar siklid-siklid ini di lakukan oleh orang-orang dari Negara Malaysia. Namun kini sudah banyak persilangan antar jenis ikan siklid lainnya, baik oleh para peternak local maupun manca Negara, sehingga di peroleh berbagai variasi Lou Han. Beberapa species yang merupakan ikan hias dari family Cichlidae yang sudah dikenal di Indonesia di antaranya jenis Oskar (astronhotus ocellatus),texas (Cichlasoma cyanoguttatum), zebra (cichlasoma nigrofasciatum), angel fish atau manvis (Pteophylum spp), dan discus (Symphysodon discus).
Daerah Penyebaran
Ikan yang tergolong dalam keluarga Cichlidae banyak ditemukan di perairan Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Namun, menurut pakar breeder di Malaysia, kebanyakan keluarga Lou Han berasal dari perairan Amerika latin, seperti meksiko, Paraguay dan Kolombia. Berkat keuletan para beeder di Malaysia, dalam tempo tiga tahun saja. Lou han telah menjadi ikan yang fenomenal, mengalahkan semua jenis ikan eksotis yang bergengsi di Negara Asia.
Penyebarannya di Afrika dan Madagaskar mencapai 700 species dan hanya 3 species yang terdapat di Asia. Beberapa species family Cichlidae yang terdapat di daerah Afrika merupakan species yang endemic, sehingga tidak bisa ditemukan di daerah lain. Species ini biasanya meletakkan telur tidak jauh dari tempat tinggalnya.Ada yang meletakkan telur di batu, daun-daun tanaman air, pasir, dan rongga mulut.Species ini baik jantan dan betina memiliki insting yang kuat untuk melindungi telur atau anaknya.
BUDIDAYA LOU HAN
Pemilihan Calon Induk
Jenis induk jantan dan betina yang dipilih disesuaikandengan jenis keturunan yang diharapkan, keturunan yang dihasilkan merupakan penggabungan factor genetis kedua induknya.Jika dilihat secara fisik, induk jantan memiliki badan yang lebih langsing dengan jarak antara mulut dan nongnong dekat, sedangkan betina memiliki tubuh yang lebihmembulat dan gendut dibagian perut serta jarak antara mulut dan nongnong agak jauh. Lou han jantan memiliki variasi warna yang lebih banyak dan legas, sedangkan lou han betina agak pucat. Hal ini memang tidak mutlak karena ada juga betina yang menampilkan warna cerah, tetapi setidaknya prediksi ini memiliki kemungkinan kebenaran 80 %.
Memijahkan Induk
Lou han adalah ikan yang hidup soliter, karena itu menjodohkan lou han memerlukan strategi khusus. Calon induk diletakkan dalam aquarium yang diberi pembatas kaca, biarkan keduanya saling mengenal sampai lou han betina benar-benar matang telur dan si jantan siap mencumbunya. Dalam proses pengenalan biasanya betina akanlebih agresif dibandingkan jantan. Umur perjodohan paling baik adalah jantan 2,5 tahun dan betina 2 tahun, dalam usia ini telur yang dibuahi lebih banyak serta keturunannya akan lebih besar.
Merawat Telur dan Burayak
Setelah berjodoh dan siap dipilahkan, dalam tempo paling lama tiga hari saja lou han akan bertelur dimedia telur berupa keramik yang diletakan didasar aquarium. Dalam tempo tiga hari telur biasanya sudah mulai menetas. Pada hari ke-4 aquarium tampak dipenuhi oleh burayak lou han. Burayak masih memiliki cadangan kuning telur ditubuhnya sampai hari ke-4 setelah menetas.Pada hari ke-5 baru diberi pakan kutu air yang disaring, pemberian pakan 3-4 kali /hari.yang harus diperhatikan adalah pakan yang diberikan sekali habis dan tiodak cepat mengotori aquarium.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah A dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lou Han Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
S. Hambali, 2001. Mewaspadai dan Menanggulangi Penyakit Pada Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta.
S. Suwandi, 2002. Memilih Anakan dan Meningkatkan Kualitas Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta
Pemeliharaan lou han sebenarnya tergantang pada selera pemiliknya, yang penting adalah teknik atau cara-caranya harus diketahui terlebih dahulu. Hal yang harus diperhatikan dalam memelihara lou han, antara lain :
Kondisi Aquarium dan Peralatannya
Untuk mendukung kesehatan dan penampilan lou han, kebersihan aquarium harus diperhatikan. Aquarium yang kotor bisa jadi sumber penyakit bagi lou han. Yang biasanya menjadi sumber kotoran aquarium adalah sisa pakan, lumut, sisa obat dan kotoran lou han. Patokan dalam membersihkan aquarium adalah tingkat kekotoran aquarium, kondisi peralatan dan aksesoris pendukung juga harus diperhatikan.Jika tidak bersih atau tidak berfungsi sebagai mana mestinya, peralatan dan aksesoris ini bisa menjadi sumber penyakit.
Kualitas Air
Air merupakan factor penting dalam meningkatkan kualitas lou han. Air harus bersih dari bahan beracun yang berasal dari sumber air, sisa metabolisme ikan atau sisa pakan yang berlebihan. Meskipun lou han tergolong ikan hias yang memiliki toleransi yang cukup tinggiterhadap kualitas air, berbagai parameter air harus tetap diperhatikan. Sebelum digunakan, air perlu diendapkan didalam bak penampungan. Bak penampungan dapat berupa tong bekas atau fiberglass.
Kualitas Pakan dan Pemberiannya
Supaya lou han peliharaan tetap cantik, pakan yang diberikan harus mengandung menu seimbang. Pakan yang salah dapat membuat lou han menjadi stress dan tidak suka makan. Pakan yang seimbang memiliki karbohidrat, protein, lemak, mineral,dan vitamin yang memadai. Pemberian pakan harus sesuai dengan aturan agar tidak cepat mengotori aquarium, sehingga tidak menimbulkan penyakit.Pakan juga harus cukup agar ikan cepat tumbuh, pemberian pakan dengan frekuensi lebih sering dengan jumlah yang tidak terlalu banyaklebih baik dibandingkan dengan pemberian pakan yang jarang dengan jumlah yang berlebihan.
DESKRIPSI IKAN LOU HAN
Sistematika
Lou Han adalah ikan hias yang penampilannya cantik dan menarik dengan aneka warna yang cerah.Budidaya Lou Han sudah banyak dilakukan di Indonesia, baik oleh para peternak atau pengusaha ikan hias maupun para hobiis.
Menurut sistematikanya, ikan Lou han digolongkan sebagai berikut:
Ordo : Percomorphoidei
Sub Ordo : Percoidea
Family : Cichlidae
Genus : Cichlasoma
Spesies : Red Flower Horn
Meskipun Lou Han termasuk jenis ikan hias yang relative tahan terhadap infeksi penyakit, jika kualitas air tempat pemeliharaan tidak cocok bagi ikan tersebut, Maka akan timbul masalah. Masalah ini akan semakin parah jika penanganannya di lakukan dengan cara yang tidak sempurna, terutama bagi ikan yang baru di datangkan dari tempat lain. Salah satu masalah yang sering merugikan para peternak ikan hias adalah masalah penyakit.Satu hal penting yang perlu diperhatikan adalah Lou Han memiliki sifat yang mudah berubah. Hal ini disebabkan lou han merupakan hasil persilangan dari beberapa jenis ikan yang termasuk keluarga siklid (Cichlidae) dari genus Cichlasoma. Di samping itu proses perkawinan silang kurang mengikuti kaidah yang benar akan berakibat pada penurunan mutu genetic. Efek dari penurunan mutu genetic ini adalah menurunnya daya tahan ikan terhadap penyakit.
Lou Han (Cichlasoma sp) termasuk salah satu jenis ikan hias baru yang memiliki penampilan cantik dengan nilai ekonomis yang tinggi. Ikan ini mulai marak dibicarakan di Indonesia sejak tahun 2001 dengan berbagai sebutan, yaitu Flower born, Flower louhan, dan sun go kong. Sebutan lainnya adalah mutiara dari timur.
Lou han merupakan hasil persilangan dari ikan jenis siklid lain,yaitu Cichlasoma synpilum dengan Cichlosoma cycnoguttatum ( Neetropus carpintis). Persilangan antar siklid-siklid ini di lakukan oleh orang-orang dari Negara Malaysia. Namun kini sudah banyak persilangan antar jenis ikan siklid lainnya, baik oleh para peternak local maupun manca Negara, sehingga di peroleh berbagai variasi Lou Han. Beberapa species yang merupakan ikan hias dari family Cichlidae yang sudah dikenal di Indonesia di antaranya jenis Oskar (astronhotus ocellatus),texas (Cichlasoma cyanoguttatum), zebra (cichlasoma nigrofasciatum), angel fish atau manvis (Pteophylum spp), dan discus (Symphysodon discus).
Daerah Penyebaran
Ikan yang tergolong dalam keluarga Cichlidae banyak ditemukan di perairan Amerika Latin, Asia, dan Afrika. Namun, menurut pakar breeder di Malaysia, kebanyakan keluarga Lou Han berasal dari perairan Amerika latin, seperti meksiko, Paraguay dan Kolombia. Berkat keuletan para beeder di Malaysia, dalam tempo tiga tahun saja. Lou han telah menjadi ikan yang fenomenal, mengalahkan semua jenis ikan eksotis yang bergengsi di Negara Asia.
Penyebarannya di Afrika dan Madagaskar mencapai 700 species dan hanya 3 species yang terdapat di Asia. Beberapa species family Cichlidae yang terdapat di daerah Afrika merupakan species yang endemic, sehingga tidak bisa ditemukan di daerah lain. Species ini biasanya meletakkan telur tidak jauh dari tempat tinggalnya.Ada yang meletakkan telur di batu, daun-daun tanaman air, pasir, dan rongga mulut.Species ini baik jantan dan betina memiliki insting yang kuat untuk melindungi telur atau anaknya.
BUDIDAYA LOU HAN
Pemilihan Calon Induk
Jenis induk jantan dan betina yang dipilih disesuaikandengan jenis keturunan yang diharapkan, keturunan yang dihasilkan merupakan penggabungan factor genetis kedua induknya.Jika dilihat secara fisik, induk jantan memiliki badan yang lebih langsing dengan jarak antara mulut dan nongnong dekat, sedangkan betina memiliki tubuh yang lebihmembulat dan gendut dibagian perut serta jarak antara mulut dan nongnong agak jauh. Lou han jantan memiliki variasi warna yang lebih banyak dan legas, sedangkan lou han betina agak pucat. Hal ini memang tidak mutlak karena ada juga betina yang menampilkan warna cerah, tetapi setidaknya prediksi ini memiliki kemungkinan kebenaran 80 %.
Memijahkan Induk
Lou han adalah ikan yang hidup soliter, karena itu menjodohkan lou han memerlukan strategi khusus. Calon induk diletakkan dalam aquarium yang diberi pembatas kaca, biarkan keduanya saling mengenal sampai lou han betina benar-benar matang telur dan si jantan siap mencumbunya. Dalam proses pengenalan biasanya betina akanlebih agresif dibandingkan jantan. Umur perjodohan paling baik adalah jantan 2,5 tahun dan betina 2 tahun, dalam usia ini telur yang dibuahi lebih banyak serta keturunannya akan lebih besar.
Merawat Telur dan Burayak
Setelah berjodoh dan siap dipilahkan, dalam tempo paling lama tiga hari saja lou han akan bertelur dimedia telur berupa keramik yang diletakan didasar aquarium. Dalam tempo tiga hari telur biasanya sudah mulai menetas. Pada hari ke-4 aquarium tampak dipenuhi oleh burayak lou han. Burayak masih memiliki cadangan kuning telur ditubuhnya sampai hari ke-4 setelah menetas.Pada hari ke-5 baru diberi pakan kutu air yang disaring, pemberian pakan 3-4 kali /hari.yang harus diperhatikan adalah pakan yang diberikan sekali habis dan tiodak cepat mengotori aquarium.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah A dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Lou Han Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
S. Hambali, 2001. Mewaspadai dan Menanggulangi Penyakit Pada Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta.
S. Suwandi, 2002. Memilih Anakan dan Meningkatkan Kualitas Lou Han. Agromedia Pustaka, Jakarta
Langganan:
Postingan (Atom)